Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Harta, Takhta, Kompasiana

12 Juni 2024   10:24 Diperbarui: 14 Juni 2024   10:12 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo kompasiana. Sumber : www.kompasiana.com

Pinginnya sih rehat sebentar usai menulis Review Timnas Indonesia kalahkan Filipina, karena artikel tersebut Puji Tuhan dan Alhamdulillah, dipilih admin Kompasiana menjadi Artikel Utama (AU). Namun pagi saya kembali membara kala membaca tulisan Mas Yose Revela yang berjudul "K-Rewards dan Bahaya Laten "Oversharing""

Sesuai pengalaman saya, agak sulit artikel kedua yang berselang kurang dari 12 jam dari artikel AU punya kesempatan menjadi AU kembali, kecuali topiknya berbeda dan mungkin terbitnya berhari-hari kemudian. Jadi, saya pasrah deh kalau artikel ini hanya berlabel "Pilihan" oleh adimin Kompasiana. Nothing to lose...

Mengapa saya mematok pentingnya AU pada paragraf di atas? Ya karena itulah yang bisa memacu diri saya menjadi kompasianer, selain tentu K-Rewards! Cuan!

Saya mulai menulis di Kompasiana sejak akhir Oktober 2023. Awalnya saya mengulik tentang dua hal, sepakbola dan perfilman. Namun karena saya sadar tidak punya waktu banyak nongki di Bioskop seperti masih bujang dahulu, akhirnya saya putuskan fokus membahas di ranah Sepakbola saja. Agama kedua saya!

Tentu jalan yang saya tempuh penuh liku-liku, hampir sama lah dengan Kompasianer baru lainnya. Ingin menulis sebaik dan sebanyak mungkin, di like dan comment banyak kompasianer lain, dan satu lagi, menemukan keyword paling mujarab dalam SEO! Search Engine Optimization.

Saya bukanlah seorang influencer yang sudah punya "massa banyak", bukan pula seorang dosen/guru yang punya murid untuk diajak ber-Kompasiana. Jadi momen menerjang langit dengan memburu ilmu SEO di awal menulis tersebut, bagi saya ternyata suatu kesia-siaan. 

Saya ambil contoh, pada dua bulan pertama, saya menulis banyak sekali (sehari bisa lebih dari dua) artikel mengenai preview atau prediksi pertandingan sepakbola. Tujuan SEO saya pernah tercapai, lho! Indikatornya, sewaktu saya klik misalnya match "Arsenal vs Chelsea" di google, artikel saya menjadi salah satu yang terpampang di laman pertama google.

Viewer otomatis akan meningkat, bisa dikisaran 500 hingga 1.000 an. Tetapi ada satu yang kemudian mulai mengganjal, setelah akun Kompasiana saya berhak mendapat K-Rewards. Nominalnya sangat kecil (sampai sekarang, sih. hehehe). Inilah yang saya maksud dengan kesia-siaan tadi. Banyak artikel, tetapi hasilnya kecil.

Apa yang saya pikirkan di momen tersebut adalah mindset "Harta" atau cuan! Tidak bisa dipungkiri, ini menjadi salah satu alasan menjadi Kompasianer. Betul tidak?

Sempat satu bulan saya minim karya, karena feel "kesia-siaan" tadi. Momen tersebut saya manfaatkan untuk membaca artikel Kompasianer lainnya yang terutama berhubungan dengan sepakbola. Aki Hensa, Kakak Gobin Dd, Mas Hadeen, Mas Rokhman dan Mas Yose Revela menjadi acuan saya. 

Dari merekalah saya belajar dan sadar, ternyata di fase ini tidak ada satu tulisan saya yang menjadi Artikel Utama!

Jujur awalnya saya skeptis terhadap Artikel Utama, karena toh viewer bisa diperoleh lewat jalan SEO. Tetapi karena K-Rewards yang kecil, saya jadi berganti haluan. Kompasiana bukan tempat untuk cari Harta, tetapi jalan memburu "Takhta"!

Maksud eksplisitnya, dengan menulis artikel berkualitas (menurut Admin), dikemudian hari mungkin saya bisa menjadi Pundit Sepakbola yang sebenarnya. Game of Thrones dengan para Kompasianer sepakbola lainnya jadi ajang saya mengeksplorasi diri dan berharap Mas Firzie Idris (Kompas) ataupun tim JebreeetMedia ada yang membacanya. hehehe. ngarep mode ON.

Angka AU lantas menjadi motovasi kedua saya selain K-Rewards. Berharap jika AU menjadi banyak, akan jadi portofolio sepanjang usia saya. Lengkap ya penjelasannya, Harta dan Takhta.

Lalu saya harus realistis lagi, ada pihak yang menjadi regulator yakni admin Kompasiana. Entitas inilah yang mempunyai "rumah" dan saya hanya satu dari jutaan penghuninya. Aturan sudah ada, tinggal bagaimana penduduk memainkan peranannya.

Pandangan Mengenai Oversharing

Nah, akhirnya kembali ke pembahasan yang menjadi risalah artikel ini dari tulisan Mas Yose Revela, Oversharing. Sedikit disclaimer, saya kurang lebih tahu arah pembahasan artikel tersebut. Selain itu, saya juga tidak terafiliasi dengan Grup WA Kompasianer manapun, karena "tidak tahu" sih tepatnya.. huhuhuhu

Oversharing menurut saya, adalah relatif. Pandangan pertama, jika oversharing dilakukan di ruang lingkup Grup WA Kompasianer, maka admin grup tersebut yang wajib menertibkan. Misal, satu akun berhak sehari sekali saja share atau bahkan tidak sama sekali. Maka dari itu saya ragu jika tudingan untuk "menertibkan" ini adalah tanggung jawab mimin Kompasiana.

Pandangan kedua, Grup WA tersebut mungkin saja hanya satu dari puluhan Grup yang dilakukan oversharing artikel. Maksud saya, selain Grup yang bersinggungan dengan kompasianer lain, ada kemungkinan oversharing dilakukan pada Grup/Medsos sang empunya artikel lainnya di kerabat ataupun handai-taulannya.

Misalnya saya bos Tambang Nikel (Aminn), seluruh karyawan saya yang tergabung dalam Grup WA wajib membaca artikel saya. Menurut saya itu sah.

Nah, kalau misalnya saya yang Bos Tambang Nikel tadi ternyata berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan jumlah penulis Kompasiana, tentu akan bias bagi mimin memberikan punishment atau bahkan sekedar teguran. Saya (Bos Tambang Nikel), sudah melahirkan banyak penulis lain di Kompasiana.

Lalu dimana titik temunya? Mari baca di bawah ini! 

Sekelumit Saran Kepada Admin Kompasiana

Memang tidak semua Kompasianer mempunyai Mindset "Harta" dalam keseharian menulisnya. Ada yang mindset-nya "Takhta", "Harta dan Takhta", ataupun sekedar menjaga kewarasan saja. Bebas.

Tetapi titik singgungan yang kerap terjadi adalah pada perhitungan K-Rewards. Tidak adillah, tidak terbuka lah, tidak sesuai jumlah viewer lah, menjadi dengungan di kepala saya juga lho.. yang bulan Mei lalu cuma dapat 80an- rebu rupiah. hehehe

Namun apalah daya, Kompasiana adalah induk semang dari komunitas yang bertagline Beyond Blogging ini. Saya punya kepercayaan mereka mengelola nya dengan adil dan untuk kemaslahatan anggota. K-Rewards tetap menjadi ranah admin, tanpa bisa diganggu gugat! Untuk itulah saya tetap menulis. 

Maka dari itu saya mempunyai dua saran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh Admin mengenai potensi meraup "Harta" bagi Kompasianer.

Pertama, ini yang tidak populis dahulu, adalah membuka Member Account. Saya rasa memang sedikit kontroversi, tetapi admin tentu paham maksud saya hingga menyamakan Kompasiana dengan Wattpad, Fizzo dan sebagainya. Jika momentum bisa didapatkan, maka penulis murni akan mendapat hak tulisannya dari iuran member-nya. Tentu lah ada potongan bagi Kompasiana juga.

Saran pertama ini saya sendiri juga ragu, alasan utamanya adalah Kompasiana masihlah... hmmm, di bawah Kompas.com, Kompas.id maupun kompas.tv. CMIIW. Tentu banyak "halangan" mematenkan tulisan para citizen journalist.

Nah, mungkin saran kedua ini saya rasa bisa sedikit relevan. Yakni meng "unlock" atau membuka kolom donasi. Reward dari pembaca tidak berdasarkan menjadi Member Account, tetapi berdasarkan per artikel. 

Jika ada pembaca yang merasa relate, terbantu, tercerahkan oleh salah satu artikel Kompasianer, ia bisa secara langsung memberikan donasi ke kolom "Donate".

Mau dalam bentuk e-wallet apapun, monggo. Dipotong sekian persen untuk biaya admin-pun, monggo. Kami para Kompasianer jadi merasa terbuka dengan adalanya reward, selain K-Rewards.

Sekali lagi ini sifatnya subyektif, ya. Bagi para kompasianer yang memang tidak berkenan mendapatkan donasi, misalnya berpola pikir ini "mengemis digital", juga tidak apa-apa mematikan fitur "Donate" nya.

Demikian tumpahan isi otak saya di pagi indah ini, karena Timnas lolos ke babak ketiga, dan juga puas bisa menyuarakan aspirasi berdasar artikel Mas Yose Revela. Sekali lagi terimakasih buat MAs Yose atas ijinnya.

Salam 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun