Dari merekalah saya belajar dan sadar, ternyata di fase ini tidak ada satu tulisan saya yang menjadi Artikel Utama!
Jujur awalnya saya skeptis terhadap Artikel Utama, karena toh viewer bisa diperoleh lewat jalan SEO. Tetapi karena K-Rewards yang kecil, saya jadi berganti haluan. Kompasiana bukan tempat untuk cari Harta, tetapi jalan memburu "Takhta"!
Maksud eksplisitnya, dengan menulis artikel berkualitas (menurut Admin), dikemudian hari mungkin saya bisa menjadi Pundit Sepakbola yang sebenarnya. Game of Thrones dengan para Kompasianer sepakbola lainnya jadi ajang saya mengeksplorasi diri dan berharap Mas Firzie Idris (Kompas) ataupun tim JebreeetMedia ada yang membacanya. hehehe. ngarep mode ON.
Angka AU lantas menjadi motovasi kedua saya selain K-Rewards. Berharap jika AU menjadi banyak, akan jadi portofolio sepanjang usia saya. Lengkap ya penjelasannya, Harta dan Takhta.
Lalu saya harus realistis lagi, ada pihak yang menjadi regulator yakni admin Kompasiana. Entitas inilah yang mempunyai "rumah" dan saya hanya satu dari jutaan penghuninya. Aturan sudah ada, tinggal bagaimana penduduk memainkan peranannya.
Pandangan Mengenai Oversharing
Nah, akhirnya kembali ke pembahasan yang menjadi risalah artikel ini dari tulisan Mas Yose Revela, Oversharing. Sedikit disclaimer, saya kurang lebih tahu arah pembahasan artikel tersebut. Selain itu, saya juga tidak terafiliasi dengan Grup WA Kompasianer manapun, karena "tidak tahu" sih tepatnya.. huhuhuhu
Oversharing menurut saya, adalah relatif. Pandangan pertama, jika oversharing dilakukan di ruang lingkup Grup WA Kompasianer, maka admin grup tersebut yang wajib menertibkan. Misal, satu akun berhak sehari sekali saja share atau bahkan tidak sama sekali. Maka dari itu saya ragu jika tudingan untuk "menertibkan" ini adalah tanggung jawab mimin Kompasiana.
Pandangan kedua, Grup WA tersebut mungkin saja hanya satu dari puluhan Grup yang dilakukan oversharing artikel. Maksud saya, selain Grup yang bersinggungan dengan kompasianer lain, ada kemungkinan oversharing dilakukan pada Grup/Medsos sang empunya artikel lainnya di kerabat ataupun handai-taulannya.
Misalnya saya bos Tambang Nikel (Aminn), seluruh karyawan saya yang tergabung dalam Grup WA wajib membaca artikel saya. Menurut saya itu sah.
Nah, kalau misalnya saya yang Bos Tambang Nikel tadi ternyata berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan jumlah penulis Kompasiana, tentu akan bias bagi mimin memberikan punishment atau bahkan sekedar teguran. Saya (Bos Tambang Nikel), sudah melahirkan banyak penulis lain di Kompasiana.
Lalu dimana titik temunya? Mari baca di bawah ini!Â