Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Anak Bukan Aset Hari Tua (?), Bisa Jadi Layanan "Seperti Panti Jompo" Dibutuhkan

5 Juni 2024   10:31 Diperbarui: 5 Juni 2024   10:41 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasien lanjut usia di Panti Jompo. sumber : (Shutterstock/FamVeld) via kompas.com

Selain Tuhan YME, kita punya takaran untuk mencintai diri sendiri, mencintai orang tua, mencintai pasangan, mencintai anak, mencintai cucu, mencintai pekerjaan/hobby dan jika diberi umur panjang maka bisa pula mencintai cicit kita. 

Roda akan berputar, dimana bila kita bisa menerima posisi kita dalam hidup berdasarkan waktu, lingkungan juga akan menerima kita. Anak tetap menjadi anak, tetapi dia bisa jadi akan berkeluarga dan memfokuskan diri pada keluarga kecilnya yang mungkin masih terseok-seok. Harapan mereka kepada sosok orang tua, adalah hadir dan menaungi.

Jika semua bisa berjalan sedemikian indahnya, tentu Panti Jompo tidak akan ada pasien lagi, kecuali para lansia yang memang tidak mempunyai keluarga. 

Menyediakan Layanan Masyarakat Seperti Panti Jompo

Akhirnya mari membahas solusi bagi para lansia yang tentu membutuhkan bantuan, disaat anak-cucunya memang sedang berhalangan karena prioritas pada hal lain. Disini clear saya tidak mengatakan "kesibukan", ya.

Sebelum membahas Panti Jompo, ada banyak layanan lain yang bisa ditawarkan bagi para lansia ataupun keluarga yang bersangkutan. Baik itu pelayanan kesehatan fisik, pelayanan kesehatan jiwa maupun membantu kesehariannya jika ditinggal sendiri di rumah.

Artikel sangat baik diberikan kompasianer Ibu Meike Juliana Matthes dalam tulisannya "Nachbarschaftshilfe" di Jerman: Dukungan Relawan bagi Lansia di Rumah".

Beliau menjelaskan dengan gamblang pengalaman menjadi relawan para lansia atau yang membutuhkan di Jerman, dengan metode datang ke rumah yang bersangkutan. Bisa dalam bentuk menemani berjalan, berbelanja, membelikan obat atau bahkan jika ada yang mau bisa memberi bantuan membersihkan rumah.

Semua tentu sudah terkalkulasi, dengan honorarium sesuai kesepakatan, dimana yayasan tempat bernaung para relawan ini bisa merupakan bentukan pemerintah, swasta, ataupun kerohanian.

Saya juga sempat mengetahui beberapa film Barat, dimana anak yang jauh dari orang tua bersepakat membayar iuran tertentu kepada Lembaga Sosial ini agar orang tuanya bisa mendapatkan bantuan yang layak. Mereka ke rumah seminggu tiga kali, dua kali, ataupun sekali sesuai kesepakatan.

Nah, hal ini yang seharusnya bisa dibangun di kota metropolis Indonesia. Secara khusus saya sebut kota metropolis, karena di daerah pinggiran atau pedesaan, masyarakatnya masih relatif mau bahu membahu dengan tingkat sosial tinggi. Sedangkan jika di kota, tetangga sebelah kerap juga tidak terlalu kenal dan jarak rumah yang berjauhan menjadi kendalanya.

Akhirnya, baru bisa bicara Panti Jompo sebagai end-up wadah para lansia, jika semuanya tidak memungkinkan. Para orang tua terlantar, tidak punya keluarga, ataupun dengan kondisi khusus lainnya yang butuh penanganan secara intensif bisa dipersilakan menjadi komunitas para lansia tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun