Garuda Muda memang punya tiga kesempatan untuk menuju Olimpiade 2024 Paris, tetapi jika mampu tuntaskan di Semifinal Piala Asia U-23, akan menjadi kesuksesan yang hakiki. Bagaimana tidak, karena sang lawan Uzbekistan sejauh ini catatkan rekor sempurna.Â
Mengalahkan Tim Serigala Putih dan menuju Final, berarti menunjukkan bahwa Indonesia mampu taklukkan dua kandidat kuat juara!
Di perempatfinal, skuad asuhan Coach Shin Tae-yong (STY) tuntaskan perlawanan Korea Selatan lewat adu penalti, setelah berbagi skor imbang 2-2 di waktu normal plus extra time.Â
Dibutuhkan masing-masing 12 penendang untuk menyudahi drama nan menegangkan tersebut, hingga Ernando Ari dan Pratama Arhan menjadi protagonisnya.
Korsel sebelum laga itu mencatat rekor sempurna pula, dengan tiga kemenangan tanpa kebobolan di fase grup. Dua gol Rafael Struick menjadi pemecah "keperawanan" Taeguk Warriors sekaligus menasbihkan Garuda Muda menjadi The Contender, Sang Penantang.Â
Sebagai salah satu semifinalis, hanya Indonesia yang berstatus sebagai debutan! Uzbekistan, Jepang dan Irak sudah pernah merasakan gelar juara Piala Asia U-23 ini.
Irak menjadi juara Piala Asia U-23 edisi perdana tahun 2013. Jepang menjadi kampiun berikutnya tahun 2016, diikuti Uzbekistan (2018), Korea Selatan (2020) dan Arab Saudi (2022).
Garuda Muda dijadwalkan menghadapi Uzbekistan pada laga semifinal pertama, Senin (29/4/2024) jam 21.00 WIB. Venue yang digunakan adalah "markas yang bersahabat" bagi Indonesia, yakni Abdullah bin Khalifa Stadium. Di stadion inilah Timnas bisa menang atas Australia (1-0), Yordania (4-1) dan kalahkan Korsel via adu penalti.
Uzbekistan, sama seperti Korsel, punya hasil sempurna sebelum bersua Indonesia. Mereka raih tiga kemenangan di fase grup. Malaysia ditumbangkan 2-0, Kuwait dicukur 5-0 serta Vietnam digulung 3-0. Lolos sebagai juara Grup D, Serigala Putih berjumpa Arab Saudi di perempatfinal. Hasilnya? Skuad asuhan Timur Kapadze menang 2-0!
Lalu bagaimana persiapan Indonesia dan Uzbekistan hadapi laga hidup-mati nanti? Sejauh mana peluang Garuda Muda untuk menang? Berikut saya akan membahasnya.
Saling Waspada Kedua Tim dan Jimat Milik Timnas Indonesia
Dalam konferensi pers jelang laga, pemain Uzbekistan Umarali Rakhmonaliev mengapresiasi kemenangan Indonesia atas Korea Selatan. Pemain yang cetak gol tunggal via penalti di Final Piala Asia U-20 lalu, juga sudah mengetahui banyak pemain Garuda Muda merupakan anggota Timnas senior.
"Indonesia tim yang kuat karena menang pertandingan terakhir melawan Korea Selatan. Saya pikir mereka mengimprovisasi tim nasional sebagai tim muda. Besok kami menantikan pertandingan yang ketat,"Â kata pemain berusia 20 tahun itu, Minggu (28/4/2024) dikutip dari kompas.com.
Sementara itu Coach STY mewaspadai transisi Uzbekistan yang dinilainya sangat baik. Pelatih 53 tahun asal Korsel menjelaskan bahwa di poin itulah kekuatan utama Serigala Putih menjadi tim terbaik di turnamen ini.
"Uzbekistan dari menyerang ke bertahan dan bertahan ke menyerang, sangat-sangat cepat, itu menjadi faktor yang membuat Uzbekistan menjadi salah satu tim terkuat di kompetisi ini. Lalu, juga seperti yang saya sebutkan, yakni fase transisi. Jadi, itu hal yang perlu kami atasi,"Â ucap STY.
Berdasar pada dua kewaspadaan di atas, akan sangat mungkin awal laga besok berjalan monoton. Selain saling membaca permainan sembari menunggu kesempatan menyerang, fakta historis juga mendukung alotnya pertemuan kedua tim. Di Piala Asia U-20 lalu, Garuda Nusantara arahan STY berbagi hasil imbang 0-0 melawan tuan rumah Uzbekistan di fase grup.
Maka dari itu Indonesia tidak dalam posisi inferior di laga ini. Australia, Yordania, dan Korsel bisa diatasi, plus Garuda Muda mempunyai satu jimat yang urung "pergi". Dia adalah Dokter Choi.
Choi Ju-young kerap kali kita lihat masuk lapangan ketika ada pemain Timnas Indonesia U-23 yang cedera. Sebagai fisioterapis, ia bergabung dengan Timnas Indonesia sejak Januari 2024 untuk masuk ke staf Coach STY di level senior dan U-23.
Awalnya, tugas dr. Choi akan selesai usai fase grup Piala Asia U-23 ini, yakni setelah melawan Yordania. Namun karena Timnas lolos ke 8 besar, maka ia meminta izin ke pihak Korea Selatan tempat ia bernaung, untuk memperpanjang "kerjaan" di Timnas hingga turnamen rampung. Tentu Ketum PSSI Erick Thohir dan Coah STY-lah yang memintanya bertahan.
Mengapa dr. Choi bisa dikatakan sebagai jimat Timnas? Karena ia merupakan bagian dari staf Timnas Vietnam saat menjejak Final Piala Asia U-23 tahun 2018 lalu. Berada dalam tim Park Hang-seo, dr. Choi punya peran besar menjaga kebugaran pemain Vietnam. Namun sayang di Final mereka kalah 1-2 dari Uzbekistan.
Mampu jadi jimat untuk lolos final? Atau malah dikalahkan lagi oleh Uzbekistan? Saya harap yang pertama-lah jawabannya.
Perkiraan Pemain dan Strategi Kedua Tim
Jelas bahwa ketiadaan Rafael Struick adalah masalah terbesar Timnas di laga nanti. Striker yang borong dua gol ke gawang Korsel terkena akumulasi kartu kuning, sehingga akan melewatkan satu laga semifinal ini.
Banyak pihak mengharapkan Ramadhan Sananta akan maju sebagi penggantinya di laga nanti. Apalagi statusnya sebagai topskorer Timnas Indonesia senior di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Tapi menurut saya, dia akan main di babak kedua.
Dalam pengamatan saya, Coach STY jarang memberi kepercayaan kepada pemain yang punya menit bermain minim sebagai starter, di fase gugur. Ini berkaca dari Piala Asia 2023 lalu. Holly Caraka meski kerap jadi pengganti di fase grup, tidak mendapatkan menit main saat melawan Australia di 16 besar.
Resiko merubah pakem tim dengan pemain yang jarang tampil bareng, direduksi benar oleh STY di partai maha-penting. Jadi menurut saya, Witan Sulaeman lah yang mungkin akan dijadikan penyerang depan, false-nine.Â
Formasi 3-4-2-1 bisa dimodifikasi menjadi 3-4-3, dengan tiga pemain di depan bisa bergantian menjadi false-nine.
Ernando Ari yang berjasa di adu penalti melawan Korsel akan tetap menjadi andalan di bawah mistar. Trio pertahanan kemungkinan akan diisi Komang Teguh, Rizky Ridho dan Justin Hubner.
Di sisi sayap, Ilham Rio Fahmi dan Pratam Arhan akan berada di kedua sisi lapangan. Mereka mengapit Nathan Tjoe-A-On serta Ivar Jenner di area tengah. Untuk trio di depan saya lebih menjagokan Marselino Ferdinan dan Witan Sulaeman ditemani Fajar Fathurrahman sebagai starter.
Alasannya adalah Fajar mempunyai atribut bertahan yang lebih bagus dibandingkan Jeam Kelly Sroyer. Untuk babak pertama yang akan menjadi laga wait and see, Fajar bisa menjaga kedalaman sekaligus menjadi ancaman sisi kiri pertahanan Uzbekistan. Tak lupa juga, bahwa ia kerap tampil outstanding di partai-partai genting, seperti saat Sea Games 2023 lalu.
Kelly Sroyer pasti akan dapatkan menit bermainnya di babak kedua. Ia akan menjadi tenaga baru ketika menggantyikan Rio Fahmi atau Fajar ketika mulai kehabisan bensin.
Ramadhan Sananta dan Hokky Caraka akan mendapat kesempatan, jika (jangan sampai) Timnas alami ketertinggalan gol. Memainkan keduanya berarti akan merubah skema umpan pendek yang selama ini adalah andalan Garuda Muda, menjadi permainan direct-pragmatis.
Sementara pelatih Timur Kapadze akan kembali andalkan formasi 4-2-3-1 attacking bagi Uzbekistan. Tiga pemain penting mereka di lini depan adalah ancaman serius pertahanan Timnas.
Pertama adalah kapten sekaligus playmaker Jasurbek Jaloliddinov. Pemain nomor 10 ini punya gaya bermain mirip Martin Odegaard di Arsenal. Adalah tugas Nathan untuk membatasi kreativitasnya di area tengah.
Kemudian ada pemain paling berharga Uzbekistan sejauh ini, Abbosbek Fayzullaev. Bermain sebagai gelandang menyerang kiri, pemain CSKA Moskow ini akan head-to-head dengan Rio Fahmi dan Komang Teguh. Kehadiran Fajar di sisi kanan-atas bisa membantu lakukan double-cover hentikan aksi pemain nomor 14.
Terakhir adalah striker nomor 19, Khusayin Norchaev. Ia cetak gol pertama dengan aksi individu cerdas saat melawan Arab Saudi di perempatfinal. Norchaev bisa dimainkan sejak awal, maupun sebagai senjata pamungkas dari bangku cadangan. Semoga saja Rizky Ridho dan Justin Hubner bisa mengatasi eksplosivitasnya.
Sebagai tim yang andalkan transisi, memegang bola dalam periode lama bukan prioritas utama Uzbekistan. Jadi bisa saja Timnas Indonesia akan lebih banyak mendapat penguasaan bola. Tetapi harus waspada, bola tidak boleh terebut di area sendiri. Arab Saudi sudah menjadi korban terakhir gegenpressing Serigala Putih.
Kontra strategi bisa juga dilakukan Coach STY di awal babak, dengan membiarkan Uzbekistan menguasai permainan. DI sini akan terjadi "kegagapan" Uzbekistan dalam build-up serangan, yang akan di counter oleh kecepatan Witan, Marselino maupun Fajar.Â
Sangat mengasyikan bagi saya, karena kali ini Timnas bisa punya banyak strategi untuk membongkar pertahanan lawan. Semenjak kekalahan kontroversial 0-2 melawan Qatar, Garuda Muda selalu berhasil cetak gol di tiap partainya. Lewat skema yang berbeda-beda pula! Ini berbanding terbalik dengan Piala Asia senior lalu, dimana hanya lemparan ke dalam Arhan yang jadi andalannya.
Semoga Garuda Muda bisa manfaatkan segala hal yang menjadi faktor X positif di laga ini.
Bermain di "mini GBK" Abdullah bin Khalifa Stadium di hadapan ribuan pendukung setia Indonesia. Punya jimat dalam sosok dr. Choi plus waktu istirahat sehari lebih banyak. Serta punya angin keberuntungan sebagai tim underdog penuh kejutan, yang diharapkan menjadi juara sejuta umat.
Menang, lolos Final, plus pastikan dua kaki di Olimpiade 2024 Paris! Amin.
Salam Olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H