Masih dalam euforia kemenangan Timnas Indonesia U-23 atas Korsel via adu penalti, kali ini saya akan membahas hal-hal yang terjadi dan fakta seputar pertandingan. Laga  berkesudahan 2-2 di waktu normal hingga extra-time, harus berlanjut hingga drama adu penalti mendebarkan. Saya mencatat, angka 12 menjadi modus yang cukup menarik.
Pertandingan waktu normal dan extra time berjalan total selama 120 menit, dan harus diakhiri dengan adu tendangan 12 pas. Dari masing-masing tim ada 12 kali kesempatan menendang, dimana 1 gagal dari Indonesia, dan 2 pesakitan bagi Korsel. Terakhir, sang penentu kemenangan babak tos-tosan ini adalah Pratama Arhan, sang pemilik nomor punggung 12.
Maka dari itu, saya jabarkan 12 serba-serbi yang menghiasi kelolosan Timnas Indonesia ke Semifinal Piala Asia U-23 Qatar 2024.
1. Timnas Indonesia jadi Debutan "Giant-Killer"
Sebagai debutan di Piala Asia U-23, capaian Indonesia sangat membanggakan. Tercatat hanya kalah sekali melawan Qatar di partai pembuka, itupun dihiasi beberapa keputusan kontroversial wasit Nasrullo Kabirov. Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta diusir, dan Garuda Muda-pun kalah 0-2 dari tuan rumah.
Tiga partai setelahnya, ketika bermain menggunakan 11 pemain, Timnas tak terbendung dengan selalu mencetak gol di setiap laganya. Australia terhempas 1-0, Yordania digulung 4-1, serta Korsel berhasil ditaklukkan lewat drama adu penalti di perempatfinal.Â
Media Prancis, Lucarne-opposee mempunyai sebutan "Sang Pengacau" untuk disematkan ke Garuda Muda. Bagaimana tidak, asuhan Coach Shin Tae-yong (STY) berhasil gulingkan dua calon juara sekaligus, Australia dan Korsel. Permainan satu-dua sentuhan yang cepat menjadi senjata andalan untuk mengalahkan lawan-lawannya.
2. Kemenangan atas Korsel Menjadi Pembuktian STY
Jelang perempatfinal melawan Korsel, Coach STY selalu ditanyakan perihal memori memilukan bersama Timnas Korsel usai Piala Dunia 2018 Rusia. Berada di Grup F, Taeguk Warriors yang kala itu ditangani Coach STY harus kalah bersaing dengan Swedia dan Meksiko, kendatipun mampu menang 2-0 atas Jerman di partai pamungkas grup.
Kegagalan lolos ke 16 besar dianggap sebagai aib bagi bangsa. Sehingga tepat sepulang kedatangan mereka kembali di Seoul, Coach STY, Son Heung-min dan kawan-kawan harus mendapat tradisi "lemparan telur dan bantal" sebagai cap atas kegagalan.
Coach STY bertanggung jawab dengan meletakkan jabatan pelatih Korsel, meski kabarnya Federasi Sepakbola Korsel (KFA) masih mau memberinya kesempatan karena baru setahun tangani Timnas senior.Â
Dua tahun berselang, pelatih 53 tahun menerima tawaran PSSI di era Mochamad Iriawan, dan menandatangani kontrak elama 4 tahun hingga Juni 2024 nanti. Kabar gembira bagi pecinta Timnas, kesepakatan verbal telah tercapai antara Ketum PSSI Erick Thohir dan STY untuk melanjutkan kontrak hingga 2027.
Alasannya adalah terpenuhinya dua target besar PSSI. Pertama adalah kelolosan ke 16 besar Piala Asia 2023, kemudian ke 8 besar Piala Asia U-23 2024. Bahkan, Coach STY sendiri berhasil menepati janji pribadinya untuk menembus 4 besar. Salut!