Jika sebuah keputusan banyak mudarat daripada manfaatnya, tentu wajar jika banyak pihak melakukan protes, termasuk saya. Dimana kurang setuju dengan keputusan awal PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang secara sepihak mengumumkan penundaan kompetisi darurat selama Piala Asia U-23, demi kepentingan Timnas.
Artikel saya sebelumnya (meski tidak dilabeli "pilihan", mungkin karena terlalu keras) bisa dibaca di link ini.
Pada hari Kamis 4 April 2024, usai dengar pendapat dengan seluruh perwakilan klub via daring, diputuskan bahwa kompetisi BRI Liga 1 kembali digulir 15 April 2024 usai Lebaran. Ini adalah keputusan terbaik yang mengatasnamakan musyawarah. Saya salut dan angkat topi.
Banyak media menyebut peristiwa penganuliran keputusan ini sebagai "prank" PSSI dan PT LIB pada April mop yang sudah lewat. Tetapi jika dibahas lebih serius, lebih baik dikatakan prank daripada tidak ada sama sekali. Biaya kontrak pemain yang ditanggung untuk extend selama sebulan terlalu besar.
Biaya operasional ini lebih banyak dikeluhkan oleh klub-klub dibanding dari sisi teknis pemanggilan pemain untuk "membela negara" di kompetisi non-FIFA. Toh mereka sebagian besar juga tidak menolak pemanggilan pemain yang bersangkutan, padahal punya hak untuk menolak. Rizky Ridho, Ramadhan Sananta, Witan Sulaeman dll sudah tampak berada di Qatar.
PT LIB sudah melakukan tugasnya dengan benar usai membuka forum rembug-an dengan klub-klub, walaupun sempat ada keraguan karena keputusan perdana. Ini menunjukkan ada perbaikan di sisi profesionalitas fungsi regulasi dalam menjalankan kompetisi. Jika bukan force majeure, show must go on!
Penjelasan Direktur Utama PT LIB dan Legawa-nya PSSI
Ferry Paulus, Direktur Utama PT LIB adalah yang pertama kali memberikan informasi ini kamis (4/4/2024) lalu.
"Dalam club owner's meeting, kami mencari win-win solution untuk semua pihak, akhirnya kami memutuskan bahwa pekan ke-31 BRI Liga 1 2023-2024 akan kembali bergulir pada 15 April 2024," ucap Ferry dikutip dari laman Liga Indonesia Baru dikutip dari kompas.com.
Sebelumnya beliau cukup dikecam banyak pihak (terutama klub) karena tidak mendiskusikan langsung usulan PSSI untuk menunda kompetisi. Kini dengan usainya pertemuan virtual tersebut, beliau jadi clear masalah-masalah apa saja yang dihadapi klub jika tetap keukeuh pada putusan perdana.
Menambahkan info terbaru tersebut, sehari sebelumnya Ketua PSSI sudah memberikan info perihal meeting internal PSSI dan PT LIB. Erick Thohir yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN, ingin agar PT LIB membuat jadwal yang "fix" hingga tahun 2027.
"Saya memimpin rapat para Exco dengan Direktur Utama, PT LIB, Ferry Paulus. Kami berdiskusi dan meminta PT LIB untuk menyiapkan jadwal kompetisi hingga 2027. Kami meminta PT LIB menyesuaikan agenda-agenda Timnas Indonesia yang akan mengikuti Piala Asia, SEA Games, Kualifikasi Piala Dunia, Piala AFF, dan laga persahabatan. Semoga ini bisa membuat Timnas Indonesia dan kompetisi bisa berjalan selaras," ujarnya dikutip dari bola.net.
Secara tersirat, akhirnya PSSI tahu bahwa kendala di klub-klub sangat besar jika memaksakan penundaan hingga Piala Asia U-23 selesai. Statement Erick Thohir bisa mengandung makna ke-legawa-an, bahwa mungkin ada tim yang tidak bisa menrelakan pemainnya ikut ke Qatar.
Ini sebenarnya win-win solution bagi semuanya, karena akan menjadi pelajaran berharga di kemudian hari jika kembali dihadapkan pada masalah yang sama. Klub sebagai pemilik pemain juga terlibat dalam pengambilan keputusan. Sekali lagi, jika mereka merelakan pemain untuk ikut ke Piala Asia U-23, merupakan given untuk PSSI, bukan hak.Â
Peluang Timnas U-23 Bersaing di Piala Asia u-23
Sampai sekarang, belum ada kepastian tentang nasib 28 nama yang dipanggil Timnas Indonesia U-23 kecuali mereka yang sudah berada di Qatar. Rizky Ridho, Witan Sulaeman, Ramadhan Sananta, Bagas Kaffa, Arkhan Fikri, Ernando, dan Adi Satryo adalah beberapa nama yang tertangkap gambar sudah melakukan pelatihan di Qatar.
Untuk pemain abroad, tampaknya hanya Pratama Arhan, Ivar Jenner, Marselino Ferdinan dan Rafael Struick yang kemungkinan besar bisa bergabung. Memang secara logis cukup sulit bagi Justin Hubner, Nathan Tjoe-A-On, maupun Elkan Baggott untuk bergabung di tengah kompetisi yang masih berjalan.
Evaluasi untuk Timnas kelak, hendaknya melakukan konsolidasi terlebih dahulu kepada klub sebelum mengumumkan nama yang dipanggil untuk pertandingan non-FIFA Matchday. Karena jika ada penolakan, yang akan sulit tentu pada staf kepelatihan sendiri. Dalam hal ini Coach Shin Tae-yong (STY) dan jajarannya.
Indonesia akan tergabung di dalam Grup A pada Piala Asia U-23, yang diisi tuan rumah Qatar, Jordania dan Australia. Secara peringkat FIFA tentu Indonesia adalah unggulan terakhir pada grup ini.Â
Tetapi harus diingat, negara-negara tersebut juga tidak bisa seenaknya memainkan pemain terbaik di klub lho! Liga juga sama-sama berjalan bagi mereka. Sehingga pemain yang dipanggil-pun adalah level kelas dua untuk kategori umur di bawah 23 tahun.
Meski berat, peluang masih terbuka bagi Indonesia. Kerangka tim yang dibawa adalah pemenang Sea Games 2023, dengan tambahan Ivar Jenner dan Rafael Struick. Cukup mumpuni untuk bersaing dengan Qatar, Yordania dan Australia dengan target runner-up grup.
Memainkan formasi 3-4-2-1 andalan Coach STY, Ernando Ari yang berlaber kiper Timnas Senior akan menjadi andalan di bawah mistar. Tiga pemain bertahan, dua mutlak menjadi milik kapten Rizky Ridho dan Komang Teguh. Satu posisi tersisa bisa diperebutkan Muhammad Ferarri dan Kakang Rudianto yang mendapat panggilan terakhir.
Wingback kanan akan andalkan Bagas Kaffa, sementara di kiri menjadi pos tetap Pratama Arhan. Dua pivot lebih baik diberikan kepada Arkhan Fikri dan Ivar Jenner, sehingga Marselino bisa maju ke depan bersama Witan Sulaeman dan Rafael Struick.
Sebagai back-up plan, kecepatan Jeam Kelly Sroyer, Fajar Fathurahman dan Rio Fahmi bisa memperkaya sisi sayap. Sementara itu dua striker berlabel Timnas Senior, Ramadhan Sananta dan Hokky Caraka menjadi super-sub lini depan.
Komposisi ini tentu sudah cukup matang dan padu, karena mayoritas sudah bermain bersama di kompetisi Sea Games ataupun Timnas Senior. Jadi kendala komunikasi bukanlah halangan utama.
Adaptasi dengan cuaca juga minim permasalahan seharusnya. Setengah dari skuad adalah pemain Timnas Indonesia yang ikut di Piala Asia 2023 lalu, menjadi benefit tersendiri dibandingkan Yordania dan Australia.
Menunggu Perjumpaan Coach STY dan Klub-klub Liga 1
Kendatipun wacana ini jamak dilontarkan, tentu pelaksanaannya adalah seusai Coach STY resmi memperpanjang kontrak dengan PSSI Juni 2024 nanti. Mayoritas pendukung Timnas Indonesia menginginkan hal tersebut, jadi alangkah bijaknya apapun hasil di Piala Asia U-23 tidak mempengaruhi penilaian terhadap STY.
Coach STY sudah terbukti nerhasil dengan meloloskan Timnas ke 16 besar Piala Asia 2023, serta sekarang punya kemungkinan besar lolos ke fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Kedua prestasi ini belum pernah terjadi sebelumnya!
Bila sudah resmi diperpanjang, perjumpaan STY dengan klub-klub Liga 1 sangatlah dirindukan. Disini bukanlah hal negatif yang akan dibicarakan, tetapi langkah integral membangun sepakbola nasional kedepannya. PSSI dan PT LIB harus menjadi moderator pertemuan membangun ini.
Di era Luis Milla, kerap kali pelatih berkebangsaan Spanyol ini bertemu dengan pemain dan klub Liga 1. Dampaknya cukup besar, klub-klub banyak yang mengadaptasi formasi 4-3-3nya, sehingga tersedia sejumlah pemain yang pas untuk posisi tersebut di Timnas seluruh kategori umur. Contoh baik tersebut perlu ditiru, terutama dengan kultur Timur yang mengutamakan komunikasi.Â
Jika komunikasi ini bisa berjalan dengan baik, maka tidak akan ada lagi masalah besar pada pemanggilan pemain di masa mendatang. Semua detail kompensasi, resiko cedera maupun syarat fisik pemanggilan Timnas bisa dibincangkan guna mencapai satu kesepakatan bersama.
Ini juga akan menjadi kabar gembira bagi pemain-pemain muda yang berkarier di kompetisi domestik. Pelatih Timnas yang lebih mendekatkan diri ke regional (seimbang juga dengan kunjungan abroadnya) bisa dinilai sedang melakukan penilaian obyektif pada semua talenta berkewarganegaraan Indonesia. Sehingga Timnas akan mempunyai banyak materi pemain berkualitas di masa depan.
Semoga keputusan ini menjadi langkah maju bagi federasi maupun regulator untuk menjalankan sepakbola Nasional. Tidak ada dikotomi lokal ataupun abroad, semuanya penting dan punya kesempatan yang sama.Â
Salam Olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H