Wingback kanan akan andalkan Bagas Kaffa, sementara di kiri menjadi pos tetap Pratama Arhan. Dua pivot lebih baik diberikan kepada Arkhan Fikri dan Ivar Jenner, sehingga Marselino bisa maju ke depan bersama Witan Sulaeman dan Rafael Struick.
Sebagai back-up plan, kecepatan Jeam Kelly Sroyer, Fajar Fathurahman dan Rio Fahmi bisa memperkaya sisi sayap. Sementara itu dua striker berlabel Timnas Senior, Ramadhan Sananta dan Hokky Caraka menjadi super-sub lini depan.
Komposisi ini tentu sudah cukup matang dan padu, karena mayoritas sudah bermain bersama di kompetisi Sea Games ataupun Timnas Senior. Jadi kendala komunikasi bukanlah halangan utama.
Adaptasi dengan cuaca juga minim permasalahan seharusnya. Setengah dari skuad adalah pemain Timnas Indonesia yang ikut di Piala Asia 2023 lalu, menjadi benefit tersendiri dibandingkan Yordania dan Australia.
Menunggu Perjumpaan Coach STY dan Klub-klub Liga 1
Kendatipun wacana ini jamak dilontarkan, tentu pelaksanaannya adalah seusai Coach STY resmi memperpanjang kontrak dengan PSSI Juni 2024 nanti. Mayoritas pendukung Timnas Indonesia menginginkan hal tersebut, jadi alangkah bijaknya apapun hasil di Piala Asia U-23 tidak mempengaruhi penilaian terhadap STY.
Coach STY sudah terbukti nerhasil dengan meloloskan Timnas ke 16 besar Piala Asia 2023, serta sekarang punya kemungkinan besar lolos ke fase ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Kedua prestasi ini belum pernah terjadi sebelumnya!
Bila sudah resmi diperpanjang, perjumpaan STY dengan klub-klub Liga 1 sangatlah dirindukan. Disini bukanlah hal negatif yang akan dibicarakan, tetapi langkah integral membangun sepakbola nasional kedepannya. PSSI dan PT LIB harus menjadi moderator pertemuan membangun ini.
Di era Luis Milla, kerap kali pelatih berkebangsaan Spanyol ini bertemu dengan pemain dan klub Liga 1. Dampaknya cukup besar, klub-klub banyak yang mengadaptasi formasi 4-3-3nya, sehingga tersedia sejumlah pemain yang pas untuk posisi tersebut di Timnas seluruh kategori umur. Contoh baik tersebut perlu ditiru, terutama dengan kultur Timur yang mengutamakan komunikasi.Â
Jika komunikasi ini bisa berjalan dengan baik, maka tidak akan ada lagi masalah besar pada pemanggilan pemain di masa mendatang. Semua detail kompensasi, resiko cedera maupun syarat fisik pemanggilan Timnas bisa dibincangkan guna mencapai satu kesepakatan bersama.
Ini juga akan menjadi kabar gembira bagi pemain-pemain muda yang berkarier di kompetisi domestik. Pelatih Timnas yang lebih mendekatkan diri ke regional (seimbang juga dengan kunjungan abroadnya) bisa dinilai sedang melakukan penilaian obyektif pada semua talenta berkewarganegaraan Indonesia. Sehingga Timnas akan mempunyai banyak materi pemain berkualitas di masa depan.