Dalam CBT, akan diselami lagi bagaimana sudut pandang atlet menyikapi sebuah masalah. Lalu dalam terapi ini, akan dipilah mana yang merupakan asumsi negatif, lalu disingkirkan. Sehingga diperoleh sudut pandang obyektif penanggulangannya.
Tujuan dari CBT adalah untuk menambah rasa percaya diri atlet, meningkatkan konsentrasi, dan meminimalkan gangguan dan emosi. Bisa dikatakan, terapi ini cocok untuk pemain dalam mengahdapi cibiran-cibiran netijen. Hehehe.Â
Kemudian yang kedua, MBT, adalah perpaduan beberapa teknik terapi termasuk CBT di dalamnya. Dalam penanganan yang komprehensif ini, banyak atlet yang membutuhkannya ketika menghadapi sebuah kemunduran karier, seperti Richarlison dan Dele Alli. Penanganan mental paska cedera panjang juga bisa menjadi salah satu kegunaan terapi MBT ini.
Goal yang akan dicapai ialah pemain bisa mengatasi hambatan mental, memiliki keterampilan pengaturan emosi, serta bisa mempunyai keputusan strategis yang lebih baik lagi.
Nah, dari sini memang harus menjadi concern para pelaku sepakbola untuk memperhatikan aspek mental dalam kehidupan pemain. Mental paska cedera, kemunduran karier, cibiran netizen, bahkan mungkin over-proud karena sanjungan banyak orang bisa di minimalisir dengan peran penting psikoterapi.
Semoga artikel ini bermanfaat, Salam Olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H