Memang pelecehan verbal kepada Vinicius Jr di lapangan sudah terlampau banyak jumlahnya. Paling parah tentu laga melawan Valencia (22/5/2023) di Mestalla Stadium.Â
Suporter El Che di salah satu tribun menyanyikan chant bernada rasis terhadap Vinicius Jr. Vini yang mendengarnya, lalu melaporkan hal tersebut kepada pengadil di lapangan. Laga pun dihentikan selama 10 menit untuk panitia pertandingan Mestalla bisa mengkondisikan suporternya.
Malang bagi Vini, usai laga dilanjutkan ia malah mendapat kartu merah karena mendorong wajah pemain Valencia Hugo Duro. Ketegangan pun sempat memanas diantara kedua tim, dan laga usai untuk kekalahan Real Madrid 0-1. Atas kejadian ini, Valencia dihukum denda 45 ribu euro, plus harus mengosongkan tribun Mario Kempes selama lima laga ke depannya.
Seusai laga, Vinicius Jr memberikan pernyataan bahwa La Liga merupakan kompetisi yang rasis karena dirinya terlalu sering mendapatkan perlakuan seperti itu. Bahkan, bintang Real Madrid tersebut menyebut Spanyol sebagai negara yang rasis di dunia. Duh..
Meski demikian dunia sepakbola tidak tinggal diam terhadap perlakuan negatif yang didapatkan salah satu talenta terbaik ini. Pada ajang Ballon d'Or 2023, Vinicius Jr mendapatkan Socrates Award yang merupakan penghargaan khusus bagi upaya seorang pemain di bidang kemanusiaan. Tentu dalam hal ini, Vini sangat getol memerangi diskriminasi rasial terhadap pesepakbola kulit berwarna.
Vinicius Jr telah resmi menjadi duta anti diskriminasi rasial di seluruh belahan dunia, lewat sepakbola.
Seluruh Dunia Sudah Mendengar, Kini Saatnya Vini Legawa dan Fokus
Lalu apa langkah selanjutnya bagi Vini? Terutama menghadapi ulah supoter Atletico Madrid pada Kamis lalu? Seyogyanya Vinicius Jr selain tetap mengkampanyekan "anti-racial abuse"Â juga mulai bercermin kepada dirinya sendiri. Jika menuntut orang lain untuk berubah, ia juga harus berubah menjadi lebih dewasa dalam bersikap di atas lapangan.
Perundungan bermotifkan perbedaan ras merupakan tindakan sangat tercela yang selalu menjadi parasit dunia olahraga. Untuk itu dibutuhkan penitensi langsung dari otoritas-otoritas terkait, karena individu pemain seperti Vinicius jr tidak akan bisa sendirian mengubah bad habit ini.
Para otoritas terkait, seperti klub (Real Madrid), La Liga, UEFA dan FIFA memang sudah waktunya menetapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) terhadap perilaku rasis dalam koridor permainan sepakbola.Â
Aksi rasis yang dilakukan pemain ataupun suporter di lapangan, harus ada hukuman tertulisnya. Mencontoh Liga Belanda, mereka mulai memberlakukan penghentian pertandingan jika ada "gangguan" apapun dari tribun penonton. Entah itu ucapan rasis ataupun lemparan benda ke lapangan.