Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kabar Baik bagi Indonesia, FIFA Putuskan Piala Dunia U-17 Digelar Tiap Tahun!

15 Maret 2024   21:05 Diperbarui: 16 Maret 2024   02:13 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad Timnas U17 Indonesia di laga Piala Dunia U17 2023 kontra Ekuador, Jumat (10/11/2023) (Sumber: PSSI) via kompas.tv

Masih ingat ingar-bingar Piala Dunia U-17 akhir tahun lalu? 

Masih ingin melihat Arkhan Kaka yang lain cetak gol untuk Timnas Indonesia U-17 di ajang dunia? FIFA memberikan kesempatan itu, karena Jumat (15/3/2024) pagi WIB, mereka mengumumkan akan menggelar Piala Dunia U-17 tiap tahunnya mulai tahun 2025!

"Dewan FIFA telah mengonfirmasi bahwa Piala Dunia U-17 akan diperluas menjadi 48 tim dan diselenggarakan setiap tahun," demikian pernyataan FIFA dikutip dari kompas.com.

Implikasinya akan dahsyat jika dunia sepak bola Indonesia mampu menanggapi kabar ini secara positif. Demikian pula, jadwal tersebut juga berlaku juga untuk Piala Dunia U-17 Wanita. Ayo manfaatkan kesempatan ini, para pelaku bola!

Piala Dunia U-17 Pria akan digelar tahun 2025-2029 di Qatar, yang sukses selenggarakan Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023. Sementara itu, Maroko dipilih sebagai penyelenggara Piala Dunia U-17 Wanita dalam periode lima tahun yang sama.

Merujuk pernyataan FIFA di atas, Piala Dunia U-17 Pria akan mengalami penambahan jumlah tim. Dari sebelumnya 24 negara, akan menjadi 48 negara. Ini akan menambah potensi bagi negara-negara yang sepak bolanya sedang berkembang seperti Indonesia untuk bisa berselaras dengan para kiblat sepak bola dunia.

Bukan hanya bertanding karena bantuan status sebagai tuan rumah, Garuda Muda jadi bisa bersaing untuk mendapatkan kuota tambahan tersebut dari fase kualifikasi.

Begitu pula di sektor wanita, peserta yang sedianya hanya 16 negara, pada tahun 2025 akan diikuti oleh 24 negara. Mengapa kabar ini baik bagi sepak bola wanita Indonesia? 

Jelas jawabannya, karena kita surplus calon pemain di kategori umur ini! Inilah saatnya PSSI, klub, bahkan tingkat SSB mulai memacu lahirnya Sam Kerr dari Indonesia!

Skuad Timnas U17 Indonesia di laga Piala Dunia U17 2023 kontra Ekuador, Jumat (10/11/2023) (Sumber: PSSI) via kompas.tv
Skuad Timnas U17 Indonesia di laga Piala Dunia U17 2023 kontra Ekuador, Jumat (10/11/2023) (Sumber: PSSI) via kompas.tv

Alasan FIFA Menambah Jumlah Tim dan Frekuensi Piala Dunia U-17

Jelas Piala Dunia U-17 yang digelar di Jakarta, Surabaya, Solo, dan Bandung menjadi pertimbangan termutakhir FIFA untuk merevolusi hajatan ini. Animo suporter di Indonesia di kisaran 11 ribu penonton per pertandingan telah menjadi indikasi, bahwa meskipun dalam kategori umur di bawah 17 tahun, Piala Dunia U-17 tetap mempunyai tempat tersendiri di kalangan pecinta bola.

Pasalnya dari ajang inilah lahir bintang-bintang dunia di masa depan. Kita mengingat Toni Kroos, Jadon Sancho, Phil Foden, Pedri, dan Ferran Torres sebagai contoh alumnus terbaiknya.

Di gelaran tahun 2023 lalu, mata kita bisa dimanjakan oleh aksi-aksi kiper Paul Argney, Ibrahim Diarra, Marc Guiu dan Paris Brunner yang menajdi pemain terbaiknya. Juga ada Claudio Echeverri yang sudah resmi dimiliki Manchester City. Bahkan yang terbaru, bek Barcelona yang menjadi Man Of The Match di leg kedua 16 besar UCL kontra Napoli, Pau Cubarsi, adalah palang pintu Timnas U-17 Spanyol saat itu.

Nama-nama ini telah melegitimasi bahwa turnamen Piala Dunia U-17 sangat bisa mengangkat karier seorang pemain sepak bola muda.

Tetapi patut diingat juga, bahwa karier sepak bola tidak melulu hanya ditentukan oleh keikutsertaan di timnas kategori umur. Masih banyak jalan yang bisa ditempuh, terutama di level klub-klub profesional.

Cristiano Ronaldo, N'Golo Kante, dan Harry Kane adalah contoh terbaik dari pemain yang terus berkembang baik di level klub tanpa melewati fase turnamen Internasional bersama Timnas-nya masing-masing. Jadi, banyak jalan menuju Roma!

Ikhtisar dari keperluan FIFA menambah kesempatan ini tentu untuk memperbanyak momentum transfer "knowledge dan experience" kepada negara kelas dua. Sehingga gap antara negara adidaya dengan segara-negara tersebut tidak terlalu jauh karena banyak frekuensi untuk saling bertemu.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir bersama pelatih Timnas Putri Indonesia, Satoru Mochizuki, Selasa (20/2/2024) (Sumber : PSSI) via kompas.com
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir bersama pelatih Timnas Putri Indonesia, Satoru Mochizuki, Selasa (20/2/2024) (Sumber : PSSI) via kompas.com

Sepak Bola Wanita sebagai Peluang "Kakap" bagi Indonesia

Jika persaingan kategori pria bisa dikatakan sangat ketat, peluang bagus harus bisa dimanfaatkan PSSI di sektor wanita. 

Ranking FIFA Timnas Putra Indonesia sekarang di urutan 142, sementara untuk Timnas Putri di urutan 109. Masih banyak yang harus dilakukan untuk pembenahan sepak bola wanita, tapi PSSI telah melakukan satu langkah maju.

Pada tanggal 20 Februari lalu, PSSI resmi menunjuk Satoru Mochizuki sebagai pelatih Timnas Putri Indonesia. Dikutip dari kompas.com, pelatih asal Jepang ini berkontribusi dalam kesuksesan timnas putri Jepang tampil sebagai semifinalis Olimpiade 2008, runner-up Olimpiade 2012, dan juara Piala Dunia Wanita 2011.

Patut dinantikan bagaimana kiprahnya, yang diharapkan akan menjadi duplikat Coach Shin Tae-yong dalam membenahi Timnas Putri Indonesia.

Setelah "mercusuar" turnamen besarnya sudah pasti ada (Piala Dunia U-17 Wanita), pelatih Timnas Putri juga sudah ditunjuk, maka kini giliran bagian grassroot yang harus bereaksi. 

Putri-putri bangsa yang berusia di 12 sampai 15 tahun harus aware apabila mereka benar-benar menyukai olahraga kulit bundar ini. Para orangtua juga dituntut supportnya untuk menjadi penyambung talenta tersebut dengan akademi, SSB, klub, ataupun seleksi Timnas kategori umur.

Klub-klub juga harus mempersiapkan timnya sebaik mungkin, untuk mewadahi pemain putri berbakat ini ke jenjang yang lebih tinggi. Hingga di tahun mendatang nama-nama seperti Zahra Muzdalifah, Shalika Aurelia, Rani Mulyasari dan pemain putri terbaik Nasional lainnya bisa mendapatkan persaingan dari para bakat-bakat terpendam ini.

Secara khusus, bukan untuk mengkotak-kotakkan, wilayah Indonesia Timur mempunyai sumber daya yang melimpah untuk olahraga terpopuler di dunia ini. Daerah Papua, Nusa Tenggara Timur maupun Maluku bisa dituju oleh para pencari bakat untuk mendapatkan mutiara-mutiara yang siap dipoles.

Pemerintah Kabupaten/Kota-pun bisa menyumbangkan jasanya dengan menjadi sponsor para calon pemain sepak bola ini. Paling tidak dengan menyediakan lapangan yang memadai, bisa jadi tempat untuk mengasah bakat-bakat mereka.

Seluruh pihak terkait, mulai sang pemain, orang tua, akademi, ataupun pemda/asprov harus mulai melek secara profesional, apabila para pemain daerah tersebut go international, bisa menciptakan trickle down effect bagi lingkungan mereka. Pengelolaan pemain dengan agensi yang baik, bisa mengarahkan talenta ini bersaing hingga level dunia.

Persebaya Surabaya U-20 Juara Elite Pro Academy Liga 1 U-20 2019. Termasuk Ernando Ari dan Rizky Ridho di dalamnya. (Instagram Persebaya Surabaya)
Persebaya Surabaya U-20 Juara Elite Pro Academy Liga 1 U-20 2019. Termasuk Ernando Ari dan Rizky Ridho di dalamnya. (Instagram Persebaya Surabaya)

Permasalahan Klasik Pembinaan Sepak Bola Usia Dini di Indonesia dan Solusinya

Kurang profesional. Itulah permasalahan utama dalam pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia. Dua kata itu sudah mencakup banyak hal yang menjadi derivatif masalah lainnya, seperti pemain "titipan", disiplin pemain serta perilaku kasar pemain muda di lapangan.

Pelatih Timnas U-17, Nova Arianto, usai melakukan tiga kali seleksi nasional untuk bakal calon Timnas U-17, mengakui mendapatkan banyak pemain "titipan". Pemain titipan ini bukan mentah-mentah berarti buruk ya. Tetapi titipan ini adalah rekomendasi dari rekan pelatih sejawat. 

Mengapa ini masih dianggap wajar? Karena data pemain sepak bola usia dini sangat minim sekali! 

Ini ajakan untuk para orangtua dan agen pemain, untuk mulai mempromosikan anak-anak kebanggaannya. Paling tidak dibawa dahulu ikut ke level akademi atau SSB (Sekolah Sepak Bola). Dari situ pelatih tentu akan mengendus jika anak tersebut memang berbakat, dan "menitipkannya" ikut ke seleksi nasional.

Yusuf Kurniawan atau biasa dipanggil dengan Bung Yuke, pelaku aktif pembinaan sepak bola nasional, mengatakan masalah lain tentang perilaku kasar pemain sepak bola usia dini di lapangan.

"Sebagian besar pemain EPA ini tidak dikader dari usia dini. Mereka baru diambil dari SSB setelah memasuki usia remaja. SSB itu yang sekarang banyak ikut turnamen-turnamen yang menuntut menang-menangan. Jadi terbiasa menghalalkan segala cara: main kasar, tidak sportif, tidak respek. Ditambah lagi, mereka melihat perilaku senior-seniornya di liga Indonesia juga seperti itu," kata Bung Yuke dikutip dari CNN Indonesia (24/10/23).

EPA sendiri merupakan singkatan Elite Pro Academy adalah turnamen kategori umur yang diselenggarakan oleh PSSI. Bung Yuke mengatakan hal tersebut, karena seyogyaya di usia dini, pemain bisa berkembang sesuai dengan nature-nya. Nature mereka adalah mengasah skill, kerjasama dan mulai memahami profesionalitas dalam berkarier di sepak bola.

Permainan keras yang menjurus kasar bisa mencederai fisik dan mental pemain muda ini. Sekali lagi, kemenangan bukan tolak ukur keberhasilan di kategori ini!

Pada akhirnya ini menjadi panggilan bagi seluruh pemerhati sepak bola nasional untuk menangkap peluang terbaiknya. SSB, akademi, atau klub usia muda yang menjadi grassroot pemain harus mendapat perhatian paling besar untuk memberlakukan profesionalitas sepak bola.

Para pemain yang akan dijaring ke level pro, harus diberi bekal disiplin, pemahaman taktik, komunikasi, leadership dan juga etika profesi sebagai pesepak bola. Ini menjadi penting, karena sepak bola adalah permainan tim dan akan banyak sekali masalah kedepannya bila satu poin saja terlewatkan.

Pelatih-pelatih tingkat SSB dan akademi harus diperlakukan layaknya pelatih klub profesional. Baik dari sisi gaji, pengetahuan ataupun komunikasi publik. Apa yang mereka sampaikan, niscaya akan menjadi acuan para pemain muda ini melangkahkan kakinya ke panggung dunia.

Semoga Indonesia bisa mengambil peluang terbuka ini secara proaktif. Kemajuan sepak bola Indonesia yang sudah dirasakan dalam empat tahun belakangan, dapat mengalami percepatan yang signifikan jika PSSI dan pecinta bola persisten untuk mendukungnya.

Salam olahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun