Alasan FIFA Menambah Jumlah Tim dan Frekuensi Piala Dunia U-17
Jelas Piala Dunia U-17 yang digelar di Jakarta, Surabaya, Solo, dan Bandung menjadi pertimbangan termutakhir FIFA untuk merevolusi hajatan ini. Animo suporter di Indonesia di kisaran 11 ribu penonton per pertandingan telah menjadi indikasi, bahwa meskipun dalam kategori umur di bawah 17 tahun, Piala Dunia U-17 tetap mempunyai tempat tersendiri di kalangan pecinta bola.
Pasalnya dari ajang inilah lahir bintang-bintang dunia di masa depan. Kita mengingat Toni Kroos, Jadon Sancho, Phil Foden, Pedri, dan Ferran Torres sebagai contoh alumnus terbaiknya.
Di gelaran tahun 2023 lalu, mata kita bisa dimanjakan oleh aksi-aksi kiper Paul Argney, Ibrahim Diarra, Marc Guiu dan Paris Brunner yang menajdi pemain terbaiknya. Juga ada Claudio Echeverri yang sudah resmi dimiliki Manchester City. Bahkan yang terbaru, bek Barcelona yang menjadi Man Of The Match di leg kedua 16 besar UCL kontra Napoli, Pau Cubarsi, adalah palang pintu Timnas U-17 Spanyol saat itu.
Nama-nama ini telah melegitimasi bahwa turnamen Piala Dunia U-17 sangat bisa mengangkat karier seorang pemain sepak bola muda.
Tetapi patut diingat juga, bahwa karier sepak bola tidak melulu hanya ditentukan oleh keikutsertaan di timnas kategori umur. Masih banyak jalan yang bisa ditempuh, terutama di level klub-klub profesional.
Cristiano Ronaldo, N'Golo Kante, dan Harry Kane adalah contoh terbaik dari pemain yang terus berkembang baik di level klub tanpa melewati fase turnamen Internasional bersama Timnas-nya masing-masing. Jadi, banyak jalan menuju Roma!
Ikhtisar dari keperluan FIFA menambah kesempatan ini tentu untuk memperbanyak momentum transfer "knowledge dan experience" kepada negara kelas dua. Sehingga gap antara negara adidaya dengan segara-negara tersebut tidak terlalu jauh karena banyak frekuensi untuk saling bertemu.
Sepak Bola Wanita sebagai Peluang "Kakap" bagi Indonesia
Jika persaingan kategori pria bisa dikatakan sangat ketat, peluang bagus harus bisa dimanfaatkan PSSI di sektor wanita.Â