"Sudah-sudah. Oke itu tadi jawaban dari Gustaf. Sekarang giliran kamu, Rachel. Siapa tokoh yang paling kamu suka?"
"Pasti Kit Harrington. Iya kan, Chel? Hahahaha" ledek Andy yang kepalanya semakin membesar setelah bisa bikin se kelas tergelak.
"Sotoy Kamu, Ndy. Siapa juga yang suka pemeran pria. Huffttt"
"Oke, yang lain diam! Sekarang kita dengarkan jawaban Rachel."
"Terimakasih Bu Niken. Tokoh yang saya suka adalah Arya Stark. Dia lambang keberanian keluarga Stark serta seluruh Westeros. Karena Arya-lah Night King mati."
"Ya elah, itu sih karena beruntung aja, Chel. Lagian kan semua cerita fiksi pasti ada aja "pahlawan kebetulan" macam Arya." sahut Gustaf mengejek.
"Kebetulan bagaimana? Dia satu-satunya Stark yang paling berani hadapi Night King seorang diri. Dia kehilangan sosok orang tua dan paling masuk akal jadi Raja Westeros dibandingkan Bran!"
Sosok anak pria yang termenung di pojok kanan tadi tiba-tiba tersentak, mencari sumber suara opini barusan.
"Sudah, anak-anak. Tidak perlu salang menghakimi. Semua pilihan tidak ada yang salah. Inilah namanya relevansi karakter. Dimana tokoh, artis atau orang penting yang cenderung sesuai dengan pemikiran kita, akan kita jadikan sosok protagonis kita. Mereka yang kita idolai ini biasanya punya karakter, latar belakang, atau ide yang sama dengan kita. Tidak apa-apa.. Gustaf suka dengan takdir Daenerys, sementara Rachel dengan keberanian Arya."
"Lalu apa hubungannya semua ini dengan pelajaran Fisika, Bu Niken?" tanya Andy Brata yang kali ini baru teringat kebingungannya sedari tadi.
"Nah tumben pertanyaanmu berbobot, Ndy.."