Sebelum namanya mencuat setahun terakhir ketika menangani Bayer Leverkusen, ada beberapa momen yang akan mengingatkan saya pada sosok Xabi Alonso. Dikala Xabi bermain, momennya adalah gol jarak jauh ke gawang Newcastle, gol di Istanbul kala Liverpool mengalahkan AC Milan di Final UCL 2005, serta momen ditendang Nigel De Jong di Final Piala Dunia 2010. Namun ketika membahas ia sebagai pelatih mendadak semuanya kabur, digantikan oleh klip wawancara Jose Mourinho yang menyebutkan ada seorang mantan pemain yang akan punya start bagus sebagai seorang pelatih, yaitu Xabi Alonso.
Xabi bermain di posisi tengah yang pasti memahami pertandingan dengan baik, ia juga merupakan anak dari seorang pelatih bola, dan ia dilatih oleh pelatih-pelatih hebat seperti Mourinho, Benitez, Pep Guardiola, dan Ancelotti. Kira-kira itulah yang disampaikan Mourinho bagaimana previlage itu dimiliki oleh Xabi Alonso sebagai bekalnya masuk dunia kepelatihan. Dan perkataan Mou pun terbukti benar setelah Bayer Leverkusen berhasil mengangkangi Bayern Munchen di Bundesliga, serta lolos 16 besar Europa League.
Kini nama Xabi sangat erat dikaitkan dengan Liverpool, yang mana akhir musim nanti akan ditinggal oleh Jurgen Klopp. Selain prestasinya yang sementara unbeaten bersama Leverkusen di musim ini, tentu nostalgianya sebagai mantan pemain The Reds mendorong banyak pemberitaan untuk mempersuasinya mau menangani Liverpool.
Saya pribadi berpendapat, bukan musim depanlah waktunya. Biarlah satu periode kepelatihan lagi sosok lain menangani Liverpool, baru Xabi akan dengan nyaman menangani Merseyside Merah. Berikut alasan yang saya kemukakan :
Misi Yang Belum Selesai Bersama Bayer Leverkusen.
Memulai karier kepelatihan bersama Real Madrid Junior, berikutnya menyeberang menangani Real Sociedad B, hingga akhirnya ditawari dan sukses mengantar Bayer Leverkusen menjadi pemuncak Bundesliga hingga saat ini. Itulah gambaran kecepatan pelatih berusia 42 tahun ini dalam meniti karier kepelatihan.
Tentu masih panjang jalan ke depan bagi Xabi Alonso membuktikan kapasitasnya di tim besar, tetapi alangkah indahnya jika ia bisa merangkai prestasi bersama Die Werkself. Menangani Bayer Leverkusen sejak pertengahan musim lalu, berarti ia baru akan menjalani 1.5 tahun di BayArena akhir musim nanti. Apapun hasilnya, besar kemungkinan musim depan Leverkusen akan berlaga di Liga Champions yang menjadi ajang "naik kelas"nya bersama tim merah-hitam.Â
Simon Rolfes, eks gelandang timnas Jerman yang kini menjadi Direktur Olahraga Bayer Leverkusen, mengatakan bahwa ia 100 persen yakin bahwa Xabi akan bertahan musim depan.
"Ya, aku yakin akan hal itu. Salah satunya adalah kontrak, yang lainnya adalah seberapa nyaman perasaannya, keluarganya, dirinya sendiri. Bahwa dia tahu apa yang dia miliki di klub. Bahwa dia tahu bahwa dia memiliki tim yang sangat bagus dan kami juga akan memiliki prospek yang sangat bagus tahun depan." ujarnya ketika diwawancarai Kickers dikutip dari onefootball.
Berhadapan Langsung Dengan Bayangan Jurgen Klopp.
Inilah yang paling dibenci seluruh suksesor, hidup dalam bayang-bayang kesuksesan periode sebelumnya. Raihan Jurgen Klopp dalam 9 musim masa kepelatihan hingga Juni nanti tidaklah main-main. Meski Rafael Benitez mampu membangkitkan The Reds di kancah Eropa lewat torehan UCL 2005-nya, hanya Klopp-lah yang mampu memberi penawar dahaga 30 tahun tanpa gelar Premier League, plus juga gelar Champions League tahun 2019.
Banyak pihak setuju bahwa Klopp adalah sosok di balik kebangkitan hegemoni Liverpool. Bahkan ada sebuah kalimat Coach Justin, "Klopp layak diberikan empat patung di depan Stadion Anfield.". Dibilang lebay, ya memang sebegitu hebatnya Jurgen Klopp.
Nah, jika Xabi mengambil jabatan melatih Liverpool di Juni nanti, tentu akan berhadapan langsung dengan prestasi Klopp sebagai pembandingnya. Apalagi, musim ini ada kemungkinan juga Liverpool akan meraih banyak gelar, karena masih berjuang di empat kompetisi.Â
Cara paling mudah untuk meredam ekspektasi, jika kelak melatih Liverpool, adalah membiarkan manajer lain mengambil alih jabatan itu dahulu. Barulah kemudian, jika Xabi masuk, akan menggunakan manajer tersebut sebagai pembandingnya. Bicara dari segi umur, dengan usia 42 tahun masih panjang juga jalan Xabi Alonso untuk kembali ke Anfield di kemudian hari.
Formasinya Kurang Cocok Mengakomodir Bintang Lama The Reds.
Virgil Van Dijk, Alisson Becker, dan Mohammed Salah merupakan tiga bintang lama yang tersisa dari era kepelatihan Jurgen Klopp. Memang ada nama-nama seperti Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson yang juga cukup lama berbaju Merseyside Merah, tetapi umur mereka relatif masih di usia prima. Tiga pemain di atas butuh pendekatan lebih karena jasanya yang cukup besar di tim, dan pengaruhnya yang pasti besar pula.
Menggunakan formasi 3-4-2-1 sebagai basic-formation di Bayer Leverkusen, Xabi Alonso sangat mendambakan kecepatan dalam setiap transisinya, baik bertahan dan menyerang. Itulah sebabnya Alex Grimaldo dan Frimpoong atau Nathan Tella menjadi piston bagi ritme permainan Leverkusen. Katakanlah Alisson, Robertson dan Van Dijk tidak bermasalah dengan formasi ini, tetapi Trent Alexander-Arnold dan Mohammed Salah harus merubah peran jika Xabi tetap menginginkan formasi tersebut.
Trent kurang memiliki kecepatan sebagai winger, sedangkan Mo Salah lebih nyaman menunggu di sayap daripada ikut melakukan link-up di tengah seperti Hofmann dan Writz di Bayer. Jadi, Xabi-lah yang nanti harus dituntut beradaptasi dengan skuad Liverpool yang ada sekarang. Surplus penyerang menjadi sisi positifnya, sementara kekurangan winger mobile menjadi masalah yang harus diselesaikan di bursa transfer.
Peluang Besar Melatih Bayern Munchen
Nah, berita yang paling baru membahas tentang kemungkinan ini. Thomas Tuchel tengah terancam jabatannya usai ditaklukkan Xabi dan tim 0-3 di BayArena, serta takluk 0-1 dari Lazio di Olimpico pada leg pertama 16 besar UCL Kamis (15/2) dinihari. Ada sumber yang menyebutkan bahwa Bayern akan menyaingi Liverpool untuk mendapatkan tanda tangan Xabi Alonso di akhir musim nanti. Thomas Tuchel dengan apapun yang akan didapatkannya bersama Die Roten musim ini, pasti akan ditendang. Berita fresh ini disajikan oleh skysports Kamis (15/2) malam ini lewat link berikut. Â
Jika ini benar adanya, maka pilihan inilah yang terbaik jika harus hengkang dari Bayer Leverkusen. Disini saya tetap berasumsi bertahan di Leverkusen merupakan pilihan terbaik musim depan, tetapi pindah ke Munchen juga tidak ada salahnya. Toh Xabi juga mantan pemain Bayern Munchen.
Menilik kesuksesan Pep Guardiola membangun ulang Manchester City, ia menggunakan Munchen sebagai tempatnya menimba ilmu lagi, terutama tentang perekrutan pemain. Dengan menangani tim sekaliber Munchen, tentu list pemain Grade-A akan berhubungan langsung dengan Xabi daripada masih melatih Bayer. Disinilah akan timbul sebuah pengalaman mendatangkan pemain kaliber bintang, yang mungkin bisa bermanfaat kelak jika ia memang jadi menangani Liverpool.
Pada akhirnya, Xabi Alonso adalah salah satu pelatih paling menjanjikan dari deretan mantan pemain bintang yang pernah ada. Prestasi yang akan digapainya bersama Leverkusan musim ini, semoga, tentu akan berarti banyak dibandingkan ketika Zinedine Zidane hanya meramu kondisi tim Real Madrid yang sudah bertaburkan bintang. Dan juga gaya bermain dari tim Xabi Alonso, lebih menunjukkan karakter yang kuat dibandingkan Barcelona-nya Xavi Hernandez. Â
Vamos, Xabi! Please, Stay. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H