Pada suatu saat di masa lalu hiduplah masyarakat Desa Osage yang dihuni kaum pribumi-Indian. Doa-doa dalam bahasa Choktaw mereka panjatkan, terutama ketika momen penemuan tambang minyak bumi. Praktis dengan daerah yang kaya hasil bumi itu, mereka menjadi salah satu suku terkaya di wilayah Amerika Utara tersebut.
Akhirnya "saatnya" telah tiba, dimana orang kulit putih Amerika mulai melakukan asimilasi di daerah tersebut. Digambarkan di medio 1920-1930, lewat transportasi kereta, transmigran kulit putih ratusan jumlahnya mulai memasuki Desa Osage, salah satunya adalah Ernest Burkhart.
Ernest merupakan warga Amerika kulit putih keturunan Yahudi, mantan koki untuk pasukan sekutu di Perang Dunia I. Ia terpanggil ke wilayah Osage karena disana ada pamannya, William Hale, dan saudaranya Byron. Dalam pertemuan keluarga itu, Ernest menyadari bahwa pamannya merupakan salah satu penguasa di Desa Osage dengan usaha peternakan sapi-nya, serta menjabat sebagai asisten Sherrif di daerah tersebut. Panggilan yang diinginkan oleh sang paman dari semua orang ialah, William "King" Hale.
Hari-hari awal Ernest di Osage dipekerjakan sebagai "supir taksi" oleh King Hale, dan ia pun mendapati pelanggan pertamanya yang juga love at the first sight-nya, Mollie Kyle.
Mollie Kyle digambarkan sebagai salah satu dari anak-anak perempuan Lizzie Q, yang merupakan janda tuan tanah terbesar di Desa Osage. King Hale menjelaskan bahwa dengan menikahi Mollie, Ernest akan dapat merubah hidupnya menjadi salah satu orang terkaya di daerah itu. Penjelasan yang sekaligus bisa menebak arah keinginan King Hale, yang ternyata bukan hanya menjadi bos dari peternakan sapi saja.Â
Rasa cinta Ernest pada Mollie dikatakannya sama besar dengan rasa cintanya akan uang. Inilah yang akan menjadi konflik batin darinya hingga akhir film, dimana secara beruntun di Desa Osage terjadi kematian-kematian misterius, yang merenggut banyak nyawa warga pribumi-Indian.
After Taste
Dalam 20 menit awal, kita mungkin bisa menebak arah plot film ini. Martin Scorsese tidak merahasiakannya seperti film thriller dengan plot twist, tetapi ini mungkin juga sebuah alasan saya bisa mengantuk di tengah film. Kurang adanya elemen kejutan. Bagaimanapun juga, jika film ini ditujukan untuk mengangkat fakta-fakta penting sejarah Amerika, itu sangat berhasil. Saya menjadi paham konflik-konflik antar pribumi-pendatang dengan SANGAT JELAS, tanpa ada pertanyaan "mengapa? lagi".
Saya menyoroti panjangnya durasi, agak sedikit mubazir dengan menggambarkan banyak kematian. Toh di akhir film, Scorsese punya cara cerdik untuk me"narasi"kan akhir nasib dari para tokohnya. Seharusnya beberapa kematian tidak perlu diperjelas.
Yang luar biasa adalah make up para Artis-nya yang terlihat sangat natural. Tidak ada "over" sekalipun untuk menunjukkan kaum Indian, ataupun tidak ada kumis melinting berlebihan dari kaum pribuminya. Inilah yang membantu saya terbenam dalam karakter Ernest Burkhart.
Saya mengira di awal kemunculannya, Leonardo DiCaprio akan sama seperti karakter Danny Archer di "Blood Diamond". Tapi seperjalanan cerita, Ernest akan dibawa pada konflik dirinya yang rakus, polos, dan sebenarnya tidak terlalu pintar. Ia hanya mempunyai hati yang besar untuk Mollie, dimana inilah yang akan ia pertahankan. Sampai di satu adegan stasiun kereta api, saya menyadari bahwa sesungguhnya Mollie lah yang membawa cerita ini menuju happy ending, setidaknya hanya untuk beberapa waktu. Kekuatan karakter Lily Gladstone memang layak diganjar Golden Globe Awards.