Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "The Beekeeper" (2024), Aksi Sigma Male Berantas Organisasi Phising Amerika

14 Januari 2024   08:44 Diperbarui: 14 Januari 2024   08:51 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film The Beekeeper. | imdb.com

Awal tahun 2024, saya langsung tertarik ketika disuguhkan poster film "The Beekeeper" sebagai film action yang bisa segara ditonton di bioskop. Bernuansa kuning hitam, Jason Statham sang pemeran utama tampak sangat sadis dengan kawanan lebah menyatu dengan dirinya. 

Beberapa saat kemudian saya melihat trailernya, dan memang benar, dibandingkan perannya sebagai Christmas di The Expendables 4, film ini akan menyuguhkan karakter individual yang lebih Jason Statham banget. Karakter yang di bahasa kekinian kita kenal sebagai sigma-male.

Sigma-male merujuk pada seorang pria dengan karakter penyendiri, namun memiliki kharisma dan kemampuan spesifik yang kuat. Berbeda dengan tipe-Alfa, dimana lebih senang tampil di menonjol depan umum, sigma-male akan menunggu momen "pembebasan" hingga ia akan benar-benar muncul ke permukaan. 

Biasanya alasannya ada dua, pertama jika ia dimintai pertolongan oleh seseorang, atau kedua ketika kenyamanannya mulai diusik oleh orang lain. Di film The Beekeeper, gabungan kedua alasan inilah yang membuat Jason Statham a.k.a Adam Clay harus keluar membasmi kejahatan yang terjadi di depan matanya.

Disutradarai oleh David Ayer, yang kita kenal dengan karya penyutradaraannya di film Fury dan Suicide Squad, The Beekeeper merupakan film full action yang badass dengan plot yang lurus-mengerucut. Scene-scene pertarungan ditunjukkan dengan keren, dan ini memang keunggulan Jason Statham dalam membuat pertarungan "bermartabat" dengan gestur cool nya. 

Dibandingkan Fury, karya David Ayer ini lebih merupakan ekskalasi dari Suicide Squad. Karena tone warna yang diambil hampir sama, terlebih adegan di dalam ruangan, gelap tetapi ada perpaduan warna ngejreng seperti ungu, kuning dan pink. Adegan perkelahian juga memperhitungkan ritme seperti ketukan dalam bermusik. Meski tidak sebagus John Wick, hidangan koreografinya cukup memuaskan untuk dilihat.

Back Stage

David Ayer, sang sutradara, mendirect cerita yang naskah orisinilnya ditulis oleh Kurt Wimmer. Dilandaskan pada kejadian nyata tentang maraknya penipuan phising berkedok call-center di Amerika, Wimmer mengembangkannya menjadi latar belakang kemunculan seorang "solo-revenger". 

Karya tulisan tangan dari Kurt Wimmer yang cukup bisa dikenang adalah Point Blank, Total Recall dan Salt. Genre action menjadi specialist dari sang penulis, dan kali ini mendapatkan aktor yang sangat ikonik, Jason Statham (Adam Klay).

Menggunakan Statham yang berwajah serius sebagai main karaketer, bisa menjadi pisau bermata dua. Di mana sedikit saja keraguan dalam karakternya, akan membuat persona-nya mendadak hilang. Mungkin ini yang saya rasakan di scene akhir Meg 2: The Trench. Untungnya naskah yang ditulis Wimmer tidak terlalu berbelit. 

Meski cenderung remeh, karena ketidakmungkinan seseorang dengan mudahnya menerobos pengamanan A1, saya masih bisa menikmati ulanh cara-cara yang sering dipakai di film action lain seperti memasuki lubang udara ataupun perkelahian di lift. Tidak memukau, tetapi mengasyikkan.

Artis lain yang membantu peran menonjol Statham adalah, Emmy Raver-Lampman (Verona Parker), Jeremy Irons (Wallace Westwyld), dan Josh Hutcherson (Derek Danforth), serta artis pembantu lainnya. 

Pemeran selain Jason Statham sepertinya memang disengaja tidak dikulik tajam latar belakangnya. Karakter hanya di dijelaskan lewat hubungan kausalitas. Misalnya saja Derek Danforth sang dalang kejahatan utama sepanjang film, punya sifat buruk karena minim perhatian orang tua. Sang ayah, Wallace, mau menolong anaknya hanya karena dia ayahnya. Sesimpel itu. Meski ada sedikit twist mengapa kejahatan dilakukan, tetapi hanya terlihat seperti dunia yang begitu sempit.

Pada akhirnya, sinematografer Gabriel Beristain juga mengerjakan garapan dengan cukup baik. Mampu memanjakan mata dengan adekan ledakan yang cukup besar, meski masih terasa CGI nya.

Sinopsis

Eloise Parker, seorang mantan guru yang juga ketua sebuah badan amal, menjalankan kegiatan sosialnya di rumah sorang diri. Gudang belakang rumahnya disewa oleh seorang veteran pasukan khusus bernama Adam Klay. 

Pasukan khusus yang dimaksud bernama "The Beekeeper", organisasi rahasia pemerintah yang tugasnya menyelesaikan kasus-kasus di luar jalur penegakan hukum. Di gudang rumah Mrs. Parker, Clay menggunakannya untuk secara literally menjadi peternak lebah untuk hasilkan madu-madu berkualitas.

Suatu saat Mrs. Parker mendapatkan notifikasi di laptopnya, bahwa telah teretas oleh virus. Maka ia dianjurkan untuk menelepon call-center untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ia pun melakukannya, dan tanpa sadar Mrs. Parker telah menjadi korban phising dan dana badan amal untuk anak terlantarnya senilai 2 juta dollar, raib dikuras oleh komplotan tersebut.

Adam Clay yang berniat memberikan madu hasil ternak lebahnya, dikagetkan oleh peristiwa bunuh dirinya Mrs. Parker di rumah tersebut. Ia pun diamankan oleh satuan FBI, dimana yang bertugas adalah anak kandung Mrs. Parker yang bernama Verona. Mendapatkan sebab bunuh dirinya sang "ibu kost" karena penipuan berkedok call-center, Adam Clay segera menghubungi rekannya di Beekeeper untuk mencari loaksi perusahaan penipuan tersebut. 

Bermotifkan membalas dendam Mrs. Parker, Clay membakar habis satu gedung tersebut seorang diri, yang ternyata mengarahkannya pada mafia penipuan yang melandasi pendanaan kampanye terbesar di belantika politik Amerika Serikat.

Verona Parker yang terus terlambat dalam mengejar aksi-aksi Adam Clay, akhirnya bisa menyamakan kecepatan di akhir film untuk sebuah adegan yang cukup klise, masalah keluarga. 

After Taste

Film The Beekeeper memiliki durasi 1 jam 45 menit, dengan rating Dewasa 17+ dan masih tayang di bioskop Indonesia. Banyak adegan sadis yang dipertontonkan, karena film full-action ini ingin menunjukkan sebuah dendam yang harus terbayar tuntas. Untuk menjaga kenetral-an karakter, tokoh Adam Clay tidak sekalipun membunuh orang yang tidak layak dibunuh seperti pasukan FBI. Kesan "memilih target" pembantaian ini cukup mencolok, dengan hanya seragam yang menjadi pembeda identitasnya.

Jason Statham mampu bawakan karakter dengan bagus, seperti mengingatkan film-film The Transporter-nya. Hanya saja karakter lain terasa kurang. Misalnya Jeremy Irons yang mempunyai face benar-benar antagonis, tidak mempunyai kekejaman yang mumpuni untuk melindungi anaknya Josh Hutcherson. Hutcherson sang Peeta Mellark-Hunger Games, digambarkan dengan sangat kekanak-kanakan untuk pemuda seusianya. 

Saya teringat karakter ini mirip dengan Daniel Wu yang memerankan Joe Kwan di New Police Story, mampu menjadi penjahat kelas kakap karena dukungan rekan-rekannya. Rekan inilah yang kurang dari karakter Derek Danforth jika ia memang menjadi villain utamanya. Ia hanya tergambar memiliki banyak uang untuk mempekerjakan pembunuh bayaran.

Sesuai judulnya, nilai-nilai tentang lebah menjadi pemanis dialog di dalam film ini. 

"Para pemimpin perlu menjaga sarang mereka. Sarang mereka adalah orang-orang yang mereka pimpin." adalah sebuah dialog dalam diskusi antara Adam Clay dan Verona Parker. Dimana menjelaskan mana yang seharusnya dibela oleh sang agent FBI.

IMDb memberikan rating 6.7/10 hingga saat ini, dan saya pribadi secara subyektif hampir sama dengan memberikan rate 7/10. Filmnya cukup mengasyikkan, dan adegan-adegan fightnya cukup memanjakan mata. Biasanya, kesuksesan film action itu ketika kita keluar bioskop, kita merasa seolah-olah memiliki adrenalin seperti tokoh utamanya. Kemudian dalam perjalanan pulang, baik naik motor ataupun mobil, kita merasa seakan-akan ditakdirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Ya, paling tidak saya merasakan hal tersebut. Bagaimana dengan anda yang telah menonton filmya juga? Apa merasakan hal yang sama?

Salam

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun