Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

(Nominasi Oscar '24) Review Spider-Man: Across the Spider-Verse, Film Terbaik Tahun 2023

4 Januari 2024   21:58 Diperbarui: 12 Februari 2024   06:29 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Promosi Spider-Man: Across the Spider Verse via www.primevideo.com

Tahun 2023 telah lewat, kini saatnya saya dapat membagikan Film Terbaik sepanjang tahun 2023 menurut subyektif saya! Bersemangat sekali rasanya, karena ini adalah review film pertama saya, dimana ternyata lebih rumit daripada mereview jalannya sebuah pertandingan sepakbola. Saya angkat topi pada reviewer-reviewer hebat lainnya, yang dengan telaten menonton ratusan film yang tersebar di tahun 2023 lalu.

Tema besar yang diambil banyak pegiat film di tahun 2023 mayoritas tentang tema keluarga. Terutama penulis cerita Hollywood yang mungkin mengambil hikmah dari pandemi Covid-19 sebagai obyek kontemplasi dari naskahnya. 

Avatar: The Way of Water, Fast X, Guadians of the Galaxy vol.3, dan Ant-Man and The Wasp : Quantumania menjadi contohnya. Namun saya mempunyai sebuah film yang akan meraih banyak nominasi pada Oscar 2024 nanti, yang merupakan salah satu kompilasi terbaik dari semua aspek film, Spider-Man : Across the Spider-Verse.

Apa alasan saya menyebutnya Film Terbaik tahun 2023? Pertama, ide tentang caranya memecahkan kerumitan universe paralel dengan cara luar biasa. Kedua, penyajian film kartun garapan Sony Pictures ini benar-benar memukau indera audio visual penonton cinema. 

Contoh gampangnya adalah di awal film, bagaimana musik Def Leppard dapat dijadikan kombinasi dengan flashback film pertama, Spider-Man into the Spider-Verse, yang di narasikan oleh Gwen Stacy.

Back-Stage

Film sekuel kedua dari Spider-Verse Miles Morales ini mulai digarap oleh Sony Pictures pada Juni 2020 setelah kesuksesan besar film pertamanya. Jika di film pertama hubungan paman-ponakan menjadi landasan masalah, tentu selain pembuka portal dimensi Winston Fisk, di film kedua garapan bareng director Joaquim Dos Santos, Kemp Powers dan Justin K. Thompson ini, masalahnya lebih deep karena menyangkut relasi anak-orang tua. 

Penulis nakah Phil Lord, Christopher Miller, dan Dave Callaham layak dapat bintang karena dedikasikan cerita yang panjang dan luas, tetapi bermuara di sebuah titik tepat sasaran, keluarga.

Film kedua dari rencana trilogi dari Sony Pictures ini mendapatkan banyak pengembangan daripada film pertamanya. Jika di film Spider-Man into the Spider-Verse kita bagaikan menonton sebuah komik bergerak disertai musik yang seru, maka di film keduanya ini kita bagai menonton beberapa komik bergerak di suatu waktu sekaligus. 

Agak bingung? Begini singkatnya. Tema multiverse sudah diambil sebagai "jalan ninja" film ini untuk menggabungkan berbagai Spider-Man lintas universe. Di film pertama ada 6 Spider-Man dihadirkan, yang ternyentrik adalah Spider-Man Noir yang hitam putih, dan mereka mayoritas bergerak bersama di universe-Miles Morales. 

Nah, di film kedua ini, portal dimensi akan sangat sering terbuka karena adanya Spider-Society. Ada banyak sekali versi Spider-Man yang muncul dengan latar belakang, dialog dan kecepatan yang berbeda. 

Contoh paling kasat mata adalah Spider-Punk, yang gerakannya jauh lebih cepat daripada Spider-Man lainnya karena ia berasal dari Universe-Punk. Maka dari itu, imajinya seperti kita membaca majalah secara perlahan, tetapi di dalamnya ada sebuah buku komik yang  terus terbuka dengan cepat.

Untuk pengisi suara di film yang rilis tanggal 31 Mei 2023 di Indonesia ini menghadirkan banyak buntang, antara lain : Shameik Moore (Miles Morales), Hailee Steinfeld (Gwen Stacy), Oscar Isaac (Miguel O'Hara), Brian Tyree Henry (Jeff Morales), Daniel Kaluuya (Hobie Brown/Spider-Punk) dan Jason Schwartzman (Spot)

Sinopsis:

Film diawali dari flashback momen perpisahan Gwen Stacy dan Miles Morales di film pertama, dimana ternyata keduanya sama-sama menanggung rindu. Kerinduan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga sebagai sahabat, dan terutama rindu akan aksi berbahaya sebagai masing-masing Spider-Man.

Hingga akhirnya muncul beberapa Spider-Man lain yang mengatasnamakan sebagai Spider-Society, bertugas menangkap musuh-musuh Spider-Man yang melintasi universe. Grup ini dipimpin oleh Spider-Man kuat bernama asli Miguel O'Hara.

Miles Morales masihlah bermasalah dengan sekolahnya, karena ia memang tidak terlalu suka dengan dunia pendidikan. Ia hanya ingin beraksi membasmi kejahatan, sama seperti ayahnya, Jeff, yang adalah seorang polisi. Hubungan anak rebel dan ayah patriarki jadi gema yang menggaung di sepanjang film. Merasa relevan?

Di universe Miles ini, muncullah villain yang menjadi pengantar lintas universe, yakni Spot. Berbentuk manusia dengan hanya warna putih dan titik hitam di tubuhnya, Spot mempunyai kelebihan bisa berpindah tempak seenaknya, meski sebenarnya bukanlah tandingan Miles Morales yang lebih pintar.

Akhirnya datanglah sebuah momen dimana Miles Morales bertemu dengan para Spider-Society tersebut, tentu bersama Gwen, dan mereka melakukan perjalanan lintas universe untuk mencari sebuah makna dari kata "Pengorbanan". Spot memainkan peran trouble-maker nya dengan apik, sehingga Miles Morales harus dihadapkan pada musuh terkuat yang lain di ending film.

Jika kita mengira film ini berakhir happy ending, kita haruslah menunggu sampai akhir untuk sadar bahwa Spider-Man across the Spider-Verse adalah film kedua dari sebuah trilogi. Muncullah sang calon musuh besar berikutnya di film pamungkas nanti, bernama Prawler. Dia adalah versi Spider-Man yang terlihat sangat jahat dan menjadi ketua perkumpulan penjahat di universenya. Dan dia adalah... Miles Morales.

Untuk melihat lebih lengkap film dengan durasi 2 jam 20 menit ini, saya bisa menganjurkan pembaca untuk menotonnya secara resmi di Netfilx, AppleTV, ataupun GoogleTV. 

After Taste

Momen-momen paling berkesan di film Spider-Man: Across the Spider-Verse ini adalah pencarian jati diri Miles Morales sebagai seorang Spider-Man. Ia merasa berbeda dengan banyak "kembarannya" yang lain, dimana mereka hanyalah mengikuti aturan sebuah Canon, tanpa memikirkan nyawa yang akan hilang. Miles hanya berpikir tentang menjadi orang baik, dan berikut adalah dialog yang disampaikannya kepada Miguel O'Hara,

"(Karena aku anak kecil) Semua orang terus memberitahuku bagaimana ceritaku seharusnya, Tidak, Aku akan melakukan sesuai caraku!"

Rebel dan intens, itulah kesan yang saya dapatkan tentang karakter Miles Morales ini. Dan itu akan merubah pandangan awam tentang Spider-Man versi Peter Parker. Untuk pengalaman menonton melalui layanan streaming berbayar, saya berikan skoring 9.5/10 untuk film ini. 

Sony Pictures telah menemukan formulasi dengan Miles sebagai pemeran utamanya, baik nanti akan muncul kembali di film ataupun game-game garapannya. Pada akhirnya, setelah film ini selesai barulah saya tersadar bahwa Joaquim Dos Santos dkk telah menyuguhkan cerita lintas universe, sama mudahnya dengan membuka banyak pintu kamar dari ruang keluarga. Berbeda dengan film Universe-Paralel lainnya yang biasanya hanya mempunyai dua ruangan, ataupun jika melewati banyak ruang itu hanyalah sekedar numpan lewat.

Jadi tidak sabar untuk menonton sekuel yang ketiga, yang berjudul Spider-Man: Beyond the Spider-Verse dimana rencana rilisnya adalah pertengahan tahun 2024 ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun