Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - FOOTBALL ENTHUSIAST. Tulisan lain bisa dibaca di https://www.kliksaja.id/author/33343/Greg-Satria

Learn Anything, Expect Nothing

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Membedah Kelayakan Lionel Messi Meraih Gelar Ballon d'Or 2023

31 Oktober 2023   09:27 Diperbarui: 31 Oktober 2023   09:38 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Theatre du Chatelet, Paris, dini hari tadi telah menjadi saksi penahbisan Lionel Andres Messi sebagai Pemain Sepakbola Pria Terbaik 2023. Messi Is Infinity, dengan simbol infinity emas di belakangnya, menjadi tajuk utama dalam gelaran seremoni ini. Simbol yang jika diputar 90 derajat, akan merujuk pada angka 8 sebagai penunjuk raihan Ballon d'Or ke 8 sang legenda dunia. 

Seratus juri yang terdiri dari masing-masing satu jurnalis dari 100 negara peringkat terbaik FIFA, mencapai kuorum bahwa Leo Messi di tahun ini lebih layak mendapatkan Ballon d'Or dibandingkan penyerang andalan Manchester City, Erling Braut Haaland. Perdebatan menyeruak di kalangan pencinta kulit bundar, Apa benar Messi lebih layak dari Haaland?

Berikut merupakan pertimbangan kelayakan Leo Messi memperoleh gelar tahunan ciptaan majalah France Football ini :

1. Penampilan Luar Biasa di Piala Dunia 2022 Qatar.

Bersama timnas Argentina besutan Lionel Scaloni, Messi seakan mendapatkan "ruh keberuntungan" dibanding periode sebelum-sebelumnya. Bayangkan saja, ia sempat mendapati berbagi ruang ganti dengan generasi emas lainnya. 

Mulai dari Juan Veron dan Walter Samuel, Roman Riquelme dan Pablo Aimar, Carlos Tevez dan Mescherano, hingga genarasinya bersama Kun Aguero dan Di Maria. Namun di generasi saat ia mencapai penghujung kariernya lah ia baru mendapatkan Copa America sekaligus Piala Dunia. 

Peran Lionel Scaloni sangat krusial di momen ini. Sempat memutuskan vakum pasca penampilan buruk timnasnya di Piala Dunia 2018 Rusia, Scaloni memberikannya waktu untuk berpikir sebelum berhasil membujuknya kembali untuk berseragam Tango lagi. 

Perubahan mendasar yang dilakukan Scaloni adalah mereset mindset timnas Argentina. Jika periode-periode sebelumnya Leo Messi menjadi andalan utama La Albiceleste, kini Scaloni maunya seluruh pemain bermain untuk Leo Messi. Memang terdengar arogan dan seperti pengkultusan, but it's works!

Setelah meraih Copa America pertamanya di kandang Brazil pada 2021, Leo Messi dkk menatap Piala Dunia Qatar dengan percaya diri. Status unggulan utama meski dapat menjadi beban, memang layak disandang timnas Argentina. 

Kekalahan dari Arab Saudi di laga pembuka, serta perlakuan intimidatif dari bek Saudi kepada Messi, ternyata menjadi pelecut penampilan gemilangnya di ajang ini. 

Lima Man of The Match didapatkan dari keseluruhan tujuh pertandingan Argentina. Tujuh gol dan tiga assist dibukukannya, plus penampilan heroik di partai Final melawan Prancis.

Winner takes all. Begitulah kiranya pertimbangan para juri menyikapi penampilan Leo Messi di Piala Dunia Qatar, yang juga memberikannya gelar Pemain Terbaik sepanjang turnamen. Sementara Erling Haaland hanya menjadi penonton di ajang terbesar ini.

2. Last Dance

Tidak bisa dibohongi lagi, kita telah menyaksikan penampilan Piala Dunia terakhir Leo Messi di Qatar lalu. Meski ada sedikit harapan di tahun 2026, sepertinya hanyalah sebuah fatamorgana saja. Lionel Messi berbeda dengan Cristiano Ronaldo, pun juga ia sudah menggenapi seluruh gelar yang bisa dicapai seorang pesepakbola. Jadi, tipiskan harapan Messi akan bermain di Amerika Utara 2026 besok.

Para jurnalis, yang mayoritas menganggap Leo Messi adalah media darling, ingin mempersembahkan gelar ini dengan tajuk Infinity. Gelar kedelapan akan semakin menjauhkannya dari para pemenang terdahulu, dengan Cristiano Ronaldo hanya mampu memperoleh 5 gelar. Nama terakhir ini patut dicatat, bahwa capaiannya bersama Al Nassr dan Portugal di tahun ini bisa saja membuatnya sebagai kandidat kuat nominator tahun depan. 

Memilih Inter Miami sebagai pelabuhannya di penghujung karir, juga akan membuat dirinya akan kesulitan bersanding dengan nama-nama muda seperti Haaland, Mbappe ataupun Bellingham di gelaran Ballon d'Or tahun depan.

3. Posisi Messi di tim, jika dibandingkan dengan Haaland.

Kita tidak bisa membicarakan secara compare prestasi Messi dan Haaland di klub dan timnas, karena tidak akan terasa adil. Haaland bernegara Norwegia, yang bahkan mencapai Euro saja cukup sulit dilakukan, meski banyak gol yang ia ciptakan untuk Viking. Sementara karier nya di level klub tak dapat dibantah, sangatlah gemilang. Jauh mengungguli Leo Messi yang drop sekali di musim keduanya bersama PSG lalu. 

Akhirinya kita harus melihat dari salah satu kriteria Ballon d'Or, yakni peran vital di tim. Posisi main Leo Messi sebagai pengatur serangan, baik di PSG maupun di Timnas, membuatnya terlihat lebih vital daripada posisi target man seperti Haaland. Messi akan lebih sering mendapatkan bola, plus juga ia handal dalam mencetak gol. 

Analisis lainnya juga bisa kita lakukan dengan menarik Messi atau Haaland keluar dari tim. PSG dan Argentina akan merasakan dampak luar biasa jika kehilangan Messi, jika dibandingkan Manchester City ataupun Norwegia harus bermain tanpa Haaland. 

Memang terlihat tidak adil bagi Haaland dengan raihan gol plus treble nya musim lalu, tapi memang inilah kriteria Ballon d'Or. Seorang fullback, defender, ataupun kiper akan sulit untuk mendapatkan gelar ini, padahal di dalam tim mereka juga tidak kalah pentingnya.

4. Tendensi menjadikan Messi yang terbaik sepanjang masa.

Berbasis gelar yang diberikan oleh sebuah media, Ballon d'Or mau tidak mau tidak bisa lepas dari sebuah framing. Dunia sudah terbelah menjadi tim Messi atau tim Ronaldo dalam dekade terakhir ini. Namun yang terbaik tentunya hanya boleh satu, tidak bisa dibagi. 

Itulah yang bisa diperkirakan menjadi sebuah tendensi bagi media, untuk di masa kejayaan Messi ini menjadikannya yang terbaik sepanjang masa. Raihan Ballon d'Or lah yang bisa menjadi penegas status terbaik tersebut. Pun juga, tambahan satu gelar ini akan menjauhkannya dari kejaran generasi-generasi mendatang.

Tentunya kita akan senang menceritakan ke anak-cucu kita, bahwa yang terbaik sepanjang masa ada di zaman kita. Nama Pele dan Maradona kalau bisa digantikan oleh empunya nama Lionel Andres Messi. 

Demikian yang bisa kita bedah daibalik keputusan juri panelis Ballon d'Or memenangkan Messi di tahun ini. Kita hanya bisa menikmati sisa-sisa karier sang maestro yang sudah di ujung kariernya. Selamat, King Leo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun