Gerbong itu adalah para profesional yang masih ataupun pernah menjadi "pembantu"nya dalam kabinet. Nama Erick Thohir adalah yang paling wajib untuk diikat, karena tidak dapat dipungkiri ia memiliki suara elektoral yang cukup besar setelah dinilai sukses menggawangi BUMN dan PSSI. Meski kita tidak pernah mengetahui secara pasti maksud pernyataan "Demi cinta, harus banyak bersabar" dalam pantun yang ditulisnya. Beliaupun masih ada kemungkinan di ajak sahabatnya Sandiaga Uno untuk menyeberang, meski akan kecil kemungkinannya pasca kegagalan gelaran Piala Dunia U-20 lalu.
Nama-nama lain yang ditunggu dukungannya seperti Nadiem Makarim, Susi Pudjiastutik, Gita Wirjawan, maupun Sri Mulyani yang mempunyai fans fanatik sendiri terutama di kalangan pemilih muda.
Pasangan AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) Diuntungkan Start Cepat.
Beralih ke Koalisi Perubahan, suara untuk mereka dapat dipastikan mayoritas berasal dari pihak yang kontra terhadap Presiden Jokowi. Ketidakpuasan maupun segala pengalaman buruk yang diterima kelompok pemilih ini pada masa dua periode pimpinan Jokowi, menjadikannya solid dalam mengusung sebuah perubahan. Sehingga kecepatan NasDem dalam mengikat Anies Baswedan jauh-jauh hari tampaknya membuat mereka lebih rileks dalam pertarungan Pilpres ini.
Hal ini dibuktikan dengan gimmick-gimmick seperti selebetan sarung, maupun puisi Raditya Dika yang disenandungkan oleh Cak Imin ditengah panasnya hubungan kedua kubu yang lain sepekan terakhir. Manuver-manuver kekinian ini diharapkan dapat menggaet swing voter yang tidak sreg dengan dua frasa, yakni Dinasti Politik dan Presiden Petugas Partai. Koalisi ini mempunyai kelebihan waktu yang dapat dimanfaatkan untuk memikirkan strategi pemenangannya.
Kejutan-kejutan juga disuarakan sebelumnya mengenai Kapten Tim Pemenangan Koalisi Perubahan ini, dimana September lalu diserukan akan nama besar yang bakal bergabung seperti Najwa Shihab, serta dua bulan sebelumnya Anies Baswedan melakukan kunjungan pribadi ke kediaman Susi Pudjiastutik. Mereka sadar pesona kaum hawa dalam Pilpres 2024 ini cukup menentukan elektabilitas para paslon.Â
Koalisi perubahan, dalam hal ini khususnya Anies Baswedan harus dapat membuktikan keseksian namanya sebagai Calon Presiden dengan keberhasilannya menggaet nama-nama besar di atas. Kemunculannya dalam berbagai acara keluarga di televisi maupun media mainstream lainnya juga dapat membantu Cak Imin untuk semakin luwes juga, terutama jika mendapatkan gojlokan dari para pemain peran ini. Sebuah senyum dari penonton, dapat menjadi pintu masuk bagi visi-misi mereka mengendap di pikiran para swing voter ini, yang mayoritas adalah anak muda.
Visi bertajuk "Indonesia Adil Makmur untuk Semua" serta misi "8 Jalan Perubahan" sempat membuat tanya banyak kalangan ketika tidak ada yang menyinggung seputar Ibu Kota Negara. Namun Cak Imin telah memberikan tanggapannya Kamis lalu, bahwa pembangunan IKN telah menjadi Undang-Undang sehingga pasti akan dilanjutkan. Perlu disadari juga, selain PKS, NasDem dan PKB sendiri awalnya merupakan teman dekat dari Presiden Jokowi dalam merumuskan tentang adanya Ibu Kota Negara yang baru.
Poin minusnya dari Koalisi Perubahan ini adalah, ternyata lebih banyaknya waktu bagi mereka untuk bermusyawarah, ternyata tidak berbanding lurus dengan cepatnya pembentukan Tim Pemenangan Capres. Dikala kedua koalisi pesaingnya sudah menetapkan ketua tim pemenangan, Koalisi Perubahan menyatakan masih menunggu setelah 13 November besok untuk mengumumkannya. Tentu besar harapan bagi penikmat pertandingan demokrasi di Indonesia ini, ada salah satu dari nama Srikandi-srikandi di atas yang ikut bergabung, atau bahkan Anies Baswedan dapat menggaet nama-nama populer di luar prediksi masyarakat, sehingga gelaran Pilpres 2024 akan menjadi semakin seru.
Kepercayaan Diri Yang Berlebih Dapat menjadi Bumerang Bagi PDI-P
Menguasai area legislatif dan eksekutif telah menjadi masa yang indah bagi PDI-P hingga gelaran Pilpres tahun depan. Tidak dapat disangkal, mesin kaderisasi mereka berhasil menghasilkan banyak nama besar di kancah perpolitikan Indonesia belakangan, termasuk klan Joko Widodo. Penunjukan Ganjar Pranowo sebagai capres pun terhitung secara cermat telah dipikirkan Megawati Soekarnoputri untuk dapat menggantikan sesama kadernya, Joko Widodo. Meski sempat juga melakukan cek ombak atas nama putrinya, Puan Maharani, Bu Mega melanjutkan logika berpolitiknya dengan tetap mendengarkan suara DPC partai Banteng Moncong Putih. Terlihat familiar kan dengan sepuluh tahun lalu saat Joko Widodo dipilih untuk diusung daripada dirinya sendiri?