Mohon tunggu...
gregorius winarno
gregorius winarno Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Suka jalan-jalan, menggeluti pendidikan, dan peminat humaniora

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Liburan Tanpa Batas: Kaum Difabel Menikmati Keindahan Singapura (Bagian II)

9 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 9 Januari 2025   07:35 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kaum DIfabel Menikmati Keindahan Singapura 

Menurut Singapura Tourism Board,  jumlah turis Indonesia ke Singapura selama Januari-September 2024  mencapai 1.85 juta. Tentu bukan jumlah yang sedikit. Salah satu alasannya selain dekat dari Indonesia dan nyaman, bisa jadi fasilitas negeri Singapura sangat maju. Termasuk infrastruktur buat kaum difabel.

Dan itu terasakan selama kami di Singapura, fasilitas buat kaum difabel sangat memadai. Setiba kami di Bandara Changi Terminal 4, kami dijemput adik ipar bersama keponakan kami.  Sengaja tidak menggunakan taksi, adik ipar menyewa mobil, Tribecar, yang bisa disewa per jam dengan harga terjangkau. Dan alhamdulilah, mobil cukup buat kami berlima beserta barang-barang bawaan kami dari Jakarta. Termasuk tentu saja kursi roda. 

Dari Changi kami menuju Jurong West. Ujung Barat Pulau Singapura, tempat adik ipar kami tinggal.

Perjalanan dengan mobil ditempuh kurang lebih 40 menit melewati jalan tol, express way. Mungkin karena sudah pukul 22.00, lalu lintas  lancar. Tiba di apartemen Jurong West, dari drop off point kami menuju lift. Bukan hal yang sulit dari tempat parkir menuju unit adik ipar yang ada di lantai 9.

Apartemen ini sering disebut HDB (Housing and Development Board) tempat adik ipar ini dibangun pemerintah. Lokasinya dekat dengan pusat perbelanjaan. Akses transportasi umum juga gampang termasuk halte bus maupun stasiun MRT. Jadi, mudah ke mana-mana. Sekolahan, pusat kesehatan, dan perpustakaan umum juga ada di kawasan ini. Kesemuanya bisa diakses siapa saja. Termasuk turis. Dan yang paling penting ramah bagi difabel. 

Sebelumnya kami sudah menyiapkan destinasi  mana saja yang akan kami kunjungi selama di Singapura ini. Beruntung kami dibantu adik ipar dan keluarganya yang sudah puluhan tahun tinggal di negeri ini. Semua informasi sudah komplit.  Yang paling pokok destinasi dipastikan menarik sekaligus nyaman  dan aman buat Mama.  Pilihan pertama kami adalah Garden by the Bay, salah satu ikon destinasi negara ini.

Kami berangkat pagian. Untuk kemudahan dan fleksibilitas, adik ipar menyewa Tribecar. Beda dengan taksi, Tribecar selain tersedia dekat area tempat tinggal, harganya pun terjangkau. Plus jauh lebih fleksibel sesuai kebutuhan kita. Jalanan lancar. Di Garden by The Bay kami parkir kendaraan di basement. Tersedia fasilitas bagi tempat parkir bagi yang membawa  keluarga dan bagi difabel. Stasiun pengisian baterai mobil listrik pun ada.

Dari Basement  kami naik lift ke lt 1. Garden by the Bay menawarkan banyak tempat spektakuler. Yang kami pilih Flower Dome dan Dome of Cloud  Forest. Akses kursi roda dari lt 1 menuju area Flower Dome mudah. Kebetulan di area ini ada Impressions of Monet, pameran lukisan karya Claude Monet.

Di dome ini, kami berlima sangat menikmati keelokan bunga-bunga, pohon-pohon dan  tanaman dari berbagai penjuru dunia: Afrika, Australia, Amerika Selatan, sekadar menyebut beberapa contoh tanaman berasal. Tak ketinggalan aneka bunga anggrek yang memukau keelokannya.  Bahkan pohon-pohon besar Afrika yang sangat unik bisa kita lihat di sini.  Terbayang betapa luar biasa pengelolaan taman ini.

Puas melihat-lihat aneka bunga dan pohon, kami juga menikmati pameran miniatur kereta lawas. Dikemas dengan sangat atraktif dan edukatif bertajuk  Christmas Train Show. Tak heran banyak keluarga dengan anak-anak berkunjung ke tempat ini.  Soal akses di berbagai penjuru taman ini kami tak khawatir. Sangat mudah buat kursi roda.

Berikutnya, kami menuju Dome of Cloud  Forest. Melihat dari dekat hutan awan, Dilengkapi dengan air terjun buatan. Kita seakan diajak langsung ke hutan awan di Costa Rica, Amerika.

Dari Garden By The Bay, kami kunjungi Bugis, salah satu Kawasan favorit di Singapura. Beruntung kami dapat parkiran basemen persis di pusat perbelanjaan. Dari tempat parkir, kami gunakan lift menuju lt 1. Akses gampang dan nyaman. Di tempat ini kami mampir di toko salah satu klub sepakbola Liga Inggris ternama.

 

Sementara itu, keponakan sudah antre di salah satu resto buat makan siang kami. Begitu selesai dari toko itu, kami dikabari, keponakan sudah dapat meja. Nama restorannya  Oriental Kopi,  restoran favorit bagi warga lokal. Selain enak dengan harga terjangkau, cita rasa makanan dan minumannya cocok bagi kami. Karena itu, tak heran, jika antrean panjang pengunjung seakan tak pernah habis. Rupanya restoran ini berikan akses khusus buat kursi roda. Mudah dan sangat nyaman.

Di Bugis kami sempatkan mendatangi National Library. Untuk ke sana, kami cukup menyebrangi jalan besar tak jauh dari pusat perbelanjaan. Tidak masalah, sangat mudah dan aman. Dari lobby perpustakaan nasional, kami menuju lt 8. Pilihan kami ke lantai tempat buku-buku humaniora. Petugas perpustakaan sigap memastikan kami bisa akses ke perpustakaan. Selebihnya kami pilih sendiri buku dan resources yang mau dibaca. Selain lift, fasilitas toilet khusus buat difabel tersedia di sini.

Apakah MRT sudah dicoba selama kunjungi Singapura ini? Tentu saja. Kebetulan Minggu sore kami punya agenda ke tempat ibadah. Lokasinya sejam perjalanan ditempuh kendaraan umum. Dari Jurong West, kami menuju stasiun MRT Boon Lay stasiun terdekat dari apartemen tempat kami menginap.  Sembari berjalan kaki, kami mendorong kursi roda Mama melewati taman seputaran apartemen, menyebrang jalan langsung masuk area mall. Menyusuri koridor yang nyaman, kami sudah tiba di stasiun MRT. Lumayan 15 menit jalan kaki. Dari lantai dasar kami tapping in, tempelkan kartu MRT dulu di akses masuk sebelum gunakan lift menuju peron MRT. Dalam kereta, seperti umumnya MRT tersedia tempat khusus bagi mereka yang difabel atau yang membawa trolley.

Dari stasiun Boon Lay, kami ambil MRT jalur hijau. Kami akan turun di stasiun Outram Park. Selanjutnya, kami naik MRT jalur coklat. Tujuannya stasiun Great Wall. Dari sana, kami susuri koridor  buat kursi roda menuju tempat ibadah. Tak jauh. Tepatnya di Zion Road. Ada di seberang stasiun Great Wall.  Tempat ibadah yang kami kunjungi gereja St Bernadette.  Akses menuju kendaraan atau sekadar menuju toilet kaum difabel disediakan.

 

Sejak mulai ibadah, hujan deras sekali. Hingga misa selesai, hujan belum reda. Kami putuskan gunakan taksi grab bukan MRT. Mobil grab yang kami pesan cukup besar. Kapasitas memadai buat kami para penumpang, driver dan kursi roda. Mobil berhenti di  spot teduh persis depan pintu masuk tempat ibadah sehingga kami para penumpang tidak kehujanan. Driver pun sigap membantu saat kami memastkan Mama masuk mobil dan duduk nyaman. Sementara salah seorang dari kami lipat kursi roda dan taruh di bagasi mobil. Dari gereka kami putuskan ke Jurong Point Mall untuk makan malam sebelum kembali ke apartemen.

Setelah makan malam, kami masih pengin jalan-jalan. Maka, kami pilih IMM, salah satu spot favorit bagi mereka yang berburu barang-barang factory outlet. Lokasinya di Jurong East. Naik MRT hanya tiga stasiun dari tempat kami makan malam.

Kami berhenti di stsasiun Jurong East. Dulu ada shuttle bus dari stasiun ini ke IMM untuk mengakomodasi para pengunjung. Namun kini, dari Jurong East bisa langsung jalan kaki ke IMM. Pemerintah setempat membangun akses dari IMM melewati West Gate, pertokoan dengan aneka kuliner. Kemudian  melalui salah satu rumah sakit, yaitu Ng Teng Fong Hospital. Kemudian tiba di IMM. Kurang lebih jalan santai 10-15 menit. Dan akses ini ramah buat kursi roda.

Grab sudah. MRT sudah. Bagaimana dengan naik bus? Tentu saja pengalaman ini menarik juga. Mengawali tahun baru 2025, kami putuskan naik bus menuju gereja di Kawasan Bukit Batok  untuk merayakan awal tahun baru. Jadwal bus pukul 10 pagi. Kami pastikan datang lebih awal. Bus datang tepat waktu.  Kami sudah bersiap di halte yang ditentukan. Bus menepi. Uncle driver turun menuju pintu tengah yang bertanda akses difabel. Pintu terbuka dan dengan cekatan Uncle driver membuka papan yang menjadi jembatan antara trotoar dan bus. Dengan demikian, kursi roda bisa lancar masuk bus. Begitu sudah masuk. Tidak lupa tapping in bus card. Uncle driver kembalikan papan tadi tadi ke tempat semula. Baru membuka pintu lain buat penumpang lain yang tertib antre menunggu giliran masuk bus. Di bagian tengah bus, kami temani Mama di area  khusus kursi roda.

Tiba di halte tepat di depan tempat ibadah, bus berhenti. Uncle driver sekali lagi buka papan penyambung lagi. Hingga kursi roda keluar dari bus menuju trotoar dengan aman. Tanpa kelupaan tapping out sebelum keluar bus. Salut  buat masyarakat pengguna transportasi umum dan pengelolanya di negara ini. Tertib dan ramah banget bagi kaum difabel.

Mengenai lingkungan apartemen tempat kami menginap bisa dikatakan  strategis dan nyaman. Selain dekat dengan fasilitasi trnasportasi umum, macam MRT atau bus, lokasinya dekat dengan pusat perbelanjaan yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Kalau hujan? Jangan khawatir, sudah ada kanopi yang memastikan kami tidak kehujanan. Sejak dari apartemen, susuri pinggir taman, jembatan penyebrangan hingga mal tersambung.

Satu hal lagi selama di negeri ini. Jangan kaget jika lihat antrean. Orang Singapura suka antre. Sepanjang apa pun. Karena antrean itu bergerak, kok. Sabar dan tertib saja. Pasti giliran tiba. Sistem pendukung sangat memadai. Bahkan masyarakat inisiatif lapor jika menemui ketidaktertiban. Satu waktu, kami ditemani keponakan pergi ke Johor Baru. Kali ini Mama tidak ikut karena ada acara lain dengan adik ipar. Menuju MRT Kranji, stasiun sebelum perbatasan Singapura Malaysia,  semua berjalan lancar. Lalu tibalah kami di halte bus yang akan membawai kami ke imigrasi Singapura sebelum ke Malaysia. Alamak. Antrean Panjang banget. Kami sudah sempat pesimis. Nggak yakin,  perlu berapa lama nih kami bakal di sini. Ternyata praduga kami tak terbukti. Bus datang silih berganti dengan cepat. Dalam waktu singkat kami sudah masuk bus. Tujuannya adalah imigrasi Singapura sebelum menyebrang selat Johor.

Di imigrasi Singapura, kami scan passport. Cepat. Lalu kami menuju tempat bus yang akan membawa kami ke seberang. Antrean banyak orang namun  sebentar saja. Dalam waktu singkat bus sudah tiba di bandaraya Johor Bahru. Turun dari bus, kami para pengunjung diarahkan menuju tempat imigrasi. Prosesnya juga lancar. Kami siapkan paspor dan diminta tunjukkan tiket pp Jakarta-Singapura. Tuntas.

Dan mulailah kami bertualang kuliner  di Johor Bahru:  Dim sum, kopi, kudapan, makanan khas lokal rasanya ingin dicoba. Jelang sore kami kembali ke Singapura. Persis seperti alur pagi  tadi. Lancar. Dalam bus menuju rumah, keponakan sempat ngeledekin: Kira-kira begini katanya no worries lah. Orang Singapura suka antre. Namun tak perlu khawatir. Semua berjalan dan lancar kok. Kami pun senyam senyum sendiri.

Kalau ditanya kesan kami selama perjalanan ini? Hemat kami akses dan fasilitas bagi kaum difabel pengguna kursi roda di are publik bagus.  Toilet khusus difabel pun bersih dan terawat. Pendeknya untuk urusan ini selama trip kali ini kami tidak menemui masalah. Selama di Singapura ini tidak sedikit kami jumpai opa oma yang menggunakan kursi roda elektrik. Jadi, ke mana-mana bisa sendiri. Inilah yang menyemangati mereka. Bahwa mereka pun meski difabel tetap bisa aktif bergiat. Dan produktif.

 

Bersambung Bagian III (Terakhir): Kembali ke jakarta

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun