Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Alasan Pendekatan Helix Tidak Cukup dalam Analisis Ekosistem Industri Kreatif

2 Oktober 2024   04:50 Diperbarui: 2 Oktober 2024   05:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Studio Kreatif. Sumber: pec.ac.uk

Ekosistem industri ini seperti organisme hidup, di mana setiap entitas (pemasok, distributor, pelanggan, pesaing, lembaga pemerintah, dll.) memainkan peran penting dalam kesehatan dan keberhasilan sistem secara keseluruhan. Adanya ekosistem yang berjalan akan membuat sebuah entitas bisnis memahami interdependensi satu sama lain yang mampu mengurangi resiko bisnis, identifikasi peluang, bentuk preventif untuk beradaptasi dengan perubahan, hingga membangun keunggulan kompetitif.

Bagi entitas bisnis sendiri, sebuah pendekatan berbasis analisis helix sendiri dapat dikatakan tidaklah cukup untuk menangkap posisinya dalam ekosistem. Untuk menganalisis strategi atau nilai bisnis dari ekosistem industri kreatif secara efektif, amat penting bagi suatu bisnis untuk  melihat dengan kombinasi pendekatan-pendekatan dasar variabel bisnis seperti:

1. Analisis Budaya (Cultural Analysis): Memahami konteks budaya tempat industri beroperasi, termasuk tren, nilai, dan preferensi konsumen.
2. Riset Pasar (Market Research): Menganalisis tren pasar, lanskap kompetitif, dan perilaku konsumen.
3. Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis): Meneliti berbagai tahap proses kreatif, dari pembuatan ide hingga distribusi, untuk mengidentifikasi area potensial yang perlu ditingkatkan.
4. Analisis Strategis (Strategic Analysis): Mengevaluasi keunggulan kompetitif industri, posisi strategis, dan potensi pertumbuhan dari bisnis.
5. Analisis Keuangan (Financial Analysis):
Menilai kinerja keuangan, profitabilitas, dan peluang dari investasi industri.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, dalam sebuah kondisi dimana entitas bisnis sendiri perlu memetakan posisinya dalam industri, adanya gap-gap dalam Helix perlu dikombinasikan dengan variabel-variabel dimana keberlangsungan bisnis dapat diraih. Tanpa adanya perangkat-perangkat tersebut, bukan tidak mungkin sebuah bisnis akan menjadi gambling dalam setiap proyek kreatif maupun peluncuran atau inovasi produk kreatif dalam lingkungan ekosistem yang masih belum terpetakan sepenuhnya.

Ilustrasi Studio Kreatif. Sumber: pec.ac.uk
Ilustrasi Studio Kreatif. Sumber: pec.ac.uk

Konklusi: Menata Ekosistem Industri Kreatif Melampaui Batas Framework Helix

Meskipun kerangka-kerangka kerja seperti Triple Helix, Quadruple Helix, dan Hexa Helix menawarkan berbagai wawasan berharga tentang kolaborasi antar pemangku kepentingan dan ekosistem inovasi yang ada, diketahui kerangka kerja tersebut tidak cukup untuk menganalisis strategi atau nilai bisnis industri kreatif secara menyeluruh. 

Sebagaimana dijelaskan di atas, sektor kreatif sendiri beroperasi dengan basis yang jauh lebih fluid dan dinamis, didorong oleh tren budaya, keterlibatan emosional, dan disrupsi digital yang tidak dapat sepenuhnya ditangkap oleh model-model ini.

Dalam mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang industri kreatif, perusahaan-perusahaan kreatif dan pembuat kebijakan harus melihat melampaui kerangka kerja yang berbasis kelembagaan dan mengadopsi perangkat-perangkat yang secara khusus dirancang untuk sifat karakter dari sektor ini yang begitu cepat berubah dan amat digerakkan oleh konsumen sambil tetap memperhatikan variabel-variabel dalam bisnis. 

Dengan menggabungkan wawasan yang bisa diambil dari perangkat-perangkat seperti pemikiran desain (Design Thinking), analisis tren budaya, dan studi ekosistem digital, para pemangku kepentingan dapat memperoleh pemahaman yang lebih akurat dan dapat ditindaklanjuti tentang nilai bisnis dan potensi strategis industri kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun