Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kontroversi Kasus Brandoville Studios, Ketika Pemilik Modal Hilang Etika dalam Memperlakukan Karyawan

13 September 2024   19:30 Diperbarui: 13 September 2024   22:19 3979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagat media sosial khususnya di kalangan pekerja kreatif baru-baru ini dihebohkan oleh kasus Brandoville Studio, sebuah studio animasi yang bermarkas di Jakarta Pusat. 

Kasus ini mencuat setelah cuitan seorang yang memberikan beragam tangkapan layar dari para mantan pegawai studio tersebut. 

Dalam postingannya, terdapat beragam bukti kekerasan baik secara verbal maupun fisik dari Cherry Lai, istri dari CEO Brandoville Studios, Ken Lai. 

Banyak warganet kemudian segera merespon kasus tersebut dan saat ini tengah menjadi perbincangan hangat. 

Asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan industri kreatif seperti Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI), Asosiasi Game Indonesia (AGI) pun turut mengeluarkan kecaman dan secara terbuka menyatakan pengawalan akan kasus kekerasan yang berlangsung itu. 

Polisi Resor Jakarta Pusat pun diketahui segera menanggapi dengan membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus tersebut.

Diketahui, perusahaan studio tersebut saat ini sudah tutup, namun para pemimpinnya mendirikan studio baru bernama Lailai Studio yang berdiri di Jakarta namun berkantor pusat di Hong Kong. 

Brandoville Studios sendiri awalnya termasuk studio yang cukup prestisius dan tergolong dalam rating AAA (premium) karena membantu pengembangan game-game besar seperti Final Fantasy VII Remake, The Last of Us, dan Warcraft 3 Reforged.

Cherry Lai dan suaminya sebagai CEO Brandoville Studios. Sumber: indogamers.com
Cherry Lai dan suaminya sebagai CEO Brandoville Studios. Sumber: indogamers.com

Kasus-kasus yang melibatkan nama Cherry Lai sebagai pelaku tersebut begitu mengerikan. 

Dalam cuitan di atas, terdapat cerita-cerita seperti seorang karyawan yang hamil tua mengalami pendarahan karena terpaksa bekerja hingga jam 3 pagi, pemaksaan hukuman terhadap karyawan yang diminta untuk menampar dirinya sendiri sebanyak 100 kali.

Lalu ada pemaksaan bekerja pada hari libur tanpa adanya upah tambahan, pemaksaan terhadap mantan karyawan yang telah dikeluarkan untuk datang di tengah malam, ketidaan pembayaran lembur, pemerasan, penjambakan terhadap karyawan, hingga penggunaan uang karyawan semena-mena untuk kepentingan pribadi. Bahkan Cherry Lai menyatakan sendiri bahwa karyawan yang bekerja dengannya akan menjadi miliknya, yang mana itu ditanggapi karyawannya sebagai perbudakan.

Ketika mengetahui kasus tersebut, saya  terngiang pengalaman kerja saya dahulu yang juga pernah menjadi karyawan bagi suatu perusahaan milik orang dari Cina daratan yang mana saya mendapat beberapa perlakukan keras, meski tidak sampai seekstrim perlakuan dari Cherry Lai. 

Meskipun begitu, pengalaman kerja saya tersebut sudah cukup membawa saya untuk pemulihan pada psikiater selama setahun lebih. 

Ilustrasi kekerasan verbal dalam kantor. Sumber: michelersimon.com
Ilustrasi kekerasan verbal dalam kantor. Sumber: michelersimon.com

Apa yang saya temui dari kedua kasus baik saya maupun Cherry Lai ini membawa saya pada sebuah gambaran akan betapa dalam beberapa studi kasus di industri.

Terdapat karakteristik para pemilik modal usaha yang bisa sangat semena-mena pada karyawan hanya karena alasan mereka sudah membayar karyawan tersebut dalam gaji bulanan. Ada masalah etika serius mengenai perlakuan terhadap karyawan dan hak-haknya.

Warren Buffet memang pernah mengatakan "Jika kamu tidak menemukan cara bagaimana membuat uang bekerja untukmu saat kamu tidur, maka kamu akan selamanya bekerja untuk uang." 

Meskipun begitu, "membuat uang bekerja untukmu" tidak pernah berarti memperlakukan karyawan atau mitra dengan sewenang-wenang agar mereka segera menghasilkan uang untuk kita apabila kita menjadi seorang entrepreneur. 

Terdapat pijakan berupa Hukum Ketenagakerjaan, Hak Asasi Manusia, hingga prosedur etis yang harus seorang pemilik usaha ketahui dan jalankan. 

Kasus Brandoville Studios ini akhirnya membuka babak baru dunia industri yang begitu sering luput dari perhatian: etika memperlakukan karyawan. 

Di era yang mana ketidakpastian semakin menjadi-jadi, seorang pemilik usaha entah besar atau kecil semestinya menyadari bahwa karyawan bukanlah budak pesuruh, "kloningan pemikiran" dari diri kita, melainkan mitra yang begitu berharga. 

Jika turnover ratio dari karyawan begitu tinggi dimana itu disebabkan perlakuan kita sebagai pemilik usaha sendiri, dan itu terus dibiarkan tanpa ada penanganan kebijakan manajemen yang tepat, maka bukan tidak mungkin usaha kita tinggal menunggu waktunya untuk diberondong hujatan netizen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun