Dalam kesempatan suasana semacam itu, kita dapat pula dalam berdiskusi menyentuh secara singkat tujuan desain awal, seperti contohnya tentang bagaimana pandangan klien tentang mencapai aspek estetika modern yang lebih kompetitif dan menarik. Tentunya ini diikuti dengan mengekspresikan keinginan kita untuk bekerja sama secara kolaboratif dengan klien dalam tahap revisi.Â
Pada tahap revisi, kita dapat pula menyarankan untuk mengeksplorasi opsi-opsi alternatif desain atau moodboard yang menyertakan masukan mereka. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dan komitmen untuk mencari solusi.
4. Fokus pada Solusi dan Membuat Rencana Aksi akan Langkah Selanjutnya
Poin penting dari sebuah komunikasi dalam rupa kritik adalah bagaimana kita mengalihkan diskusi dari apa yang salah ke bagaimana memperbaikinya. Dalam hal ini kita bisa menanyakan pada klien apakah mereka memiliki referensi desain khusus yang mereka sukai.Â
Dengan melakukan brainstorming solusi potensial bersama-sama ini, kita menunjukkan keseriusan kita memahami problem yang terjadi dan ketertarikan kita menyelesaikannya dengan solutif. Selain itu, kita dapat menetapkan ekspektasi berupa rencana aksi (action plan) yang jelas untuk langkah selanjutnya.
Berdasarkan umpan balik semacam itu, kita akhirnya dapat mengusulkan opsi desain yang direvisi dengan jangka waktu pengiriman yang lebih jelas. Ini menunjukkan bahwa kita menanggapi kekhawatiran klien dengan serius dan berupaya mencapai penyelesaian.
Konklusi
Pada dasarnya, dalam sebuah dialog yang terdapat kritik atas desain, bahkan yang terkeras sekalipun, mempertahankan sikap tenang dan profesional sepanjang percakapan adalah sebuah kunci kesempatan emas menunjukkan profesionalitas dan sikap enterpreneurship kita.Â
Jika kritik dari klien nampak valid, kita dapat mempertimbangkan untuk meminta opini kedua (second opinion) dari desainer senior di tim atau relasi kita.Â
Kita perlu terus mengingat bahwa tujuan dari proyek desain ini adalah untuk menciptakan desain yang dapat disukai semua orang, yang mana hal itu mengisyaratkan keterbukaan kita pada pandangan lain.Â
Dalam hal ini, terkadang sedikit masukan dari klien bahkan bila itu disampaikan dengan nada negatif dapat memberikan hasil yang lebih sukses. Melalui hal-hal semacam inilah, mental kita sebagai desainer akan terus diasah.