Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ketika Pengusaha dan Seniman Dapat Belajar Satu Sama Lain

26 Februari 2024   06:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   15:23 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pelukis menunggu pelanggan di salah satu kios di Jalan Gedung Kesenian, Sawah Besar, Jakarta Pusat (KOMPAS/Fakhri Fadlurrohman)

Suatu hari saya menonton sebuah channel tentang seorang seniman terkenal yang menceritakan kisah hidupnya dimana ia juga selain mengekspresikan dirinya dalam karya seninya juga merangkap berbisnis. 

Keduanya ia anggap sebagai sebuah panggilan hidup yang saling melengkapi dimana tidak ada pertentangan satu sama lain. Meskipun mendapat pertentangan dari kerabat dekatnya, ia tetap yakin dan meneruskan jalan hidupnya itu. 

Tercermin darinya bahwa ia sendiri tidak melihat bisnis sebagai sebuah hal yang "kepepet" atau sebaliknya seni sebagai "tempat pelarian" dari kerasnya dunia ini. Pandangan tersebut cukup menarik dan membekas dalam diri saya.

Ilustrasi tentang Seniman yang Berbisnis. Sumber: knowledge.wharton.upenn.edu
Ilustrasi tentang Seniman yang Berbisnis. Sumber: knowledge.wharton.upenn.edu

Memang dalam kehidupan ini, terdapat dikotomi di mana bisnis dan seni adalah dunia berbeda, dan pelakunya yakni pengusaha serta seniman seperti dua makhluk dari dunia lain yang seakan tidak pernah bertemu. 

Padahal, jika direnungkan apakah menjadi artis maupun pengusaha merupakan karier yang bertentangan, itu semua bergantung pada cara kita melihatnya. Meskipun terdapat perbedaan yang cukup melekat dalam tuntutan keseharian profesi mereka, keduanya bukan berarti tidak sejalan, malahan bahkan dapat menawarkan peluang pembelajaran yang berharga satu sama lain.

Patut diakui, terdapat nilai-nilai yang dapat berkontradiksi satu sama lain, terutama dalam prioritas, manajemen waktu, maupun toleransi risiko. 

Pertama, secara prioritas, seorang seniman sering kali mengutamakan pengekspresian diri, kreativitas, dan mendorong batasan-batasan artistik, sedangkan pengusaha umumnya lebih mengutamakan keuntungan, efisiensi, dan juga memenuhi permintaan pasar. Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik internal ketika mencoba mengejar keduanya secara bersamaan.

Ilustrasi tentang Bisnis dari Seniman. Sumber: startupmindset.com
Ilustrasi tentang Bisnis dari Seniman. Sumber: startupmindset.com

Kedua, secara manajemen waktu, seorang seniman biasanya memiliki jadwal yang fleksibel untuk mendedikasikan waktunya untuk mencari inspirasi dan kreasi, sedangkan karier dalam bisnis sering kali melibatkan jadwal dan tenggat waktu yang ketat. 

Menemukan keseimbangan di antara kedua hal ini dapat menjadi sebuah tantangan tersendiri terutama dalam sebuah proyek bersama diantara keduanya. 

Ini akhirnya berkaitan dengan faktor nilai ketiga, yakni toleransi risiko. Secara toleransi risiko, seorang seniman akan merasa nyaman ketika ia akan mengambil risiko dalam karya mereka, menjelajahi area-area yang belum terpetakan, dan berpotensi menghadapi ketidakpastian finansial. 

Sebaliknya, sebuah bisnis biasanya bertujuan untuk dapat meminimalkan risiko dan fokus pada strategi dengan hasil yang terbukti serta lebih terukur.

Lantas, dengan tiga hal tersebut yang mana secara praktik dapat terlihat bertolak belakang, masih adakah hal-hal yang dapat dipelajari satu sama lain? Secara realistis, terdapat empat hal dimana keduanya dapat saling belajar.

Ilustrasi tentang Kegiatan Bisnis Kreatif. Sumber: petersons.com
Ilustrasi tentang Kegiatan Bisnis Kreatif. Sumber: petersons.com

1. Keterampilan Bisnis bagi Para Seniman

Mempelajari keterampilan bisnis seperti pemasaran, penganggaran, dan cara bernegosiasi dapat membantu para seniman mengelola karier mereka, mendapatkan eksposur atas pekerjaan mereka, dan menjamin stabilitas keuangan. 

Ini sangat membantu mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan yang bersumber dari ketidaksiapan diri pribadi atas sebuah keadaan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat maupun ketidakpastian keadaan dari sisi eksternal.

2. Pendekatan Berbasis Kreativitas untuk Bisnis

Dengan menghadirkan pendekatan artistik dalam pemecahan masalah, pengembangan produk, dan pemasaran, seorang pebisnis dapat mendiferensiasikan bisnisnya dari pesaing lain dan mendorong inovasi perusahaan. 

Pendekatan ini dapat berupa sebuah program unik yang belum pernah dicoba, hingga konten promosi kejutan yang telah dipikirkan matang untuk dijalankan. Tanpa adanya kebaruan dari sebuah brand perusahaan, tentunya akan sangat sulit untuk lebih bersaing, mengelola budaya kerja yang baik, mempertahankan retensi pelanggan dalam dinamika tren bisnis yang amat dinamis.

3. Disiplin dan Manajemen Waktu Seniman

Penerapan disiplin seperti bisnis pada setiap karya mereka dapat membantu para seniman tetap produktif, memenuhi tenggat waktu dalam sebuah proyek seni, dan mengelola proses kreatif mereka secara efektif. 

Pada mulanya, memang disiplin ini tidaklah mudah karena akan terasa sebagai adanya batas-batas tertentu dalam hidup yang membuat ruang gerak seakan terbatas. 

Meskipun begitu, adanya batas-batas ini akan sangat memudahkan para seniman untuk lebih banyak mengekspos peluang-peluang tersembunyi yang bisa lebih banyak dilakukan dengan cara memanfaatkan waktu secara optimal.

Ilustrasi Studio Seni. Sumber: darkyellowdot.com
Ilustrasi Studio Seni. Sumber: darkyellowdot.com

4. Pemahaman Pasar untuk Para Seniman

Dengan pengekspresian diri yang dominan, sering kali berpikir untuk memberi layanan yang sesuai minat pasar bagi para seniman bisa sangat memusingkan. Pada titik ini, pelepasan perspektif diri dalam kerangka belajar untuk mengisi ilmu memahami perspektif lain perlu perlahan-lahan dilatih. 

Lewat adanya pendekatan sikap belajar ini, para seniman dapat memperoleh manfaat lebih dengan memahami sisi bisnis dari dunia seni, termasuk tren pasar, preferensi penonton, dan nilai ekonomi dari penjualan karya mereka. 

Ilustrasi kegiatan bisnis studio. Sumber: howtostartanllc.com
Ilustrasi kegiatan bisnis studio. Sumber: howtostartanllc.com

Selain itu, pada kenyataannya beberapa seniman juga merupakan pebisnis sukses, yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan tersebut dapat digabungkan. 

Contohnya, Jay-Z, Rihanna, Will Smith, dan Oprah Winfrey. Mereka adalah pribadi-pribadi yang sering kali memanfaatkan visi kreatif dan bakat artistik sekaligus kecerdasan bisnis mereka untuk membangun karier yang beragam variasinya dan memperoleh kesuksesan. 

Pada akhirnya, dengan mengulang kembali pertanyaan di atas tentang apakah kedua profesi ini ini saling bertentangan atau saling melengkapi, itu semua bergantung pada aspirasi tiap individu, pendekatan yang diterapkan, dan cara spesifik dalam mengejar karier-karier tersebut. 

Kedua jalur profesi tersebut merupakan hal yang dapat bermanfaat dan nilai-nilai atau skill yang dikembangkan pada masing-masing jalur dapat menjadi aset berharga bagi jalur lainnya yang dapat lebih ditemui dalam keadaan masyarakat saat ini yang menonjolkan tujuan yang lebih ke arah kolaboratif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun