Salah satu tuntutan dunia bisnis saat ini adalah bagaimana sebuah perusahaaan dituntut untuk semakin kreatif agar dapat semakin membedakan diri dari pesaingnya.
Beragam cara mungkin telah dilakukan seperti meng-hire konsultan marketing, mencoba membuat konten viral, hingga mendandani brand yang kita miliki dengan elemen-elemen visual yang menarik.
Tentu hal ini tidak salah karena memang untuk dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar, kita perlu tampil lebih mencolok.Â
Meskipun begitu, di sisi lain seorang pengusaha tentunya akan berpikir bagaimana perencanaan marketingnya tidak overbudget, bagaimana ia mendapat hasil yang optimal dengan harga yang terbaik.
Di sini, kita perlu menyadari bahwa ada hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengeksekusi sebuah kegiatan marketing yang terutama berbasis kreativitas.
Sebagai sebuah hal yang tidak berwujud (intangible), kreativitas merupakan hal yang lebih kompleks ketimbang aset tak berwujud lainnya seperti software komputer, lisensi, hak paten, copyright, hingga goodwill yang masih dapat dibukukan dalam laporan keuangan. Bentuk kreativitas itu tidak nyata tetapi uniknya outputnya dapat kita lihat seperti desain visual, konten-konten viral, hingga strategi marketing yang berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Dari aspek keuangan, dengan kondisi diatas tentunya mengukur kreativitas pada strategi pemasaran dalam konteks finansial murni dapat merupakan hal yang amat rumit, karena kreativitas sering kali berkaitan dengan konsep kualitatif yang tidak langsung dapat diterjemahkan ke dalam angka. Meskipun begitu, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi dampak finansialnya.
1. Pengukuran dari Conversion Rate
Salah satu hal yang dapat menjadi jembatan antara orang marketing kreatif dan pebisnis adalah adanya conversion rate dari suatu promosi.
Campaign kreatif sering kali mengungguli campaign konvensional karena adanya kebaruan dan engagement lebih tinggi. Secara finansial, kita sendiri dapat melacak bagaimana strategi baru inimemengaruhi tingkat konversi (misalnya, prospek terhadap penjualan, kunjungan situs web hingga pembelian) dibandingkan dengan campaign sebelumnya.