Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Apakah Sebuah Usaha Pasti Akan Laris Ketika Membuat Konten Viral?

20 Oktober 2023   06:30 Diperbarui: 20 Oktober 2023   14:45 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pemilik usaha pastinya menginginkan adanya keberlangsungan pada usahanya. Tak heran seribu satu cara berusaha diraih agar usaha dapat laris manis. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan membuat konten yang viral yang dapat ditonton orang banyak. Trik-trik mulai dari permainan slogan, narasi konten, hingga menghadirkan polesan gimmick-gimmick yang berbeda dari sebuah iklan promosi konvensional adalah hal-hal yang sangat sering keluar.

Secara mendasar, konten viral sendiri adalah konten yang dibagikan secara luas dan cepat secara online. Konten-konten semacam itu seringkali bersifat menghibur, informatif, atau relevan bagi khalayak luas. Ketika suatu bisnis membuat konten viral, mereka berpeluang untuk mampu menjangkau banyak pelanggan potensial dan meningkatkan kesadaran brand.

Dari dunia literatur sendiri, sebuah studi yang dilakukan oleh Journal of Business and Management Science menemukan bahwa ada hubungan positif antara viral marketing dan niat membeli. Studi tersebut menemukan bahwa konsumen yang berinteraksi dengan pesan viral marketing lebih cenderung membeli produk atau layanan yang diiklankan.

Meskipun begitu, pada kenyataannya, di lapangan banyak sekali contoh kegagalan promosi yang hendak memviralkan produk namun ternyata malah menimbulkan kontroversi dan malah berujung pada kerugian perusahaan. Perusahaan sekelas Dove pernah gagal ketika mereka melakukan campaign Real Beauty di Inggris dan juga Burger King yang pernah gagal berpromosi saat mengadakan Mobile Campaign.

Ilustrasi orang tengah bermain sosial media. Diolah dari: canva.com
Ilustrasi orang tengah bermain sosial media. Diolah dari: canva.com

Berdasarkan adanya perusahaan yang justru gagal ketika akan memasarkan secara viral, hal yang penting untuk diingat bahwa tidak semua konten viral diciptakan sama. Ada banyak hal-hal dalam kerangka konten yang perlu dilihat secara hati-hati. Beberapa konten viral memang dapat terlihat konyol atau menarik perhatian, dan mungkin tidak relevan dengan target audiens bisnis.

Dengan demikian, untuk membuat konten viral yang menghasilkan peningkatan penjualan, bisnis perlu fokus pada pembuatan konten yang informatif, menarik, dan relevan dengan target audiens mereka.

Adalah penting untuk dicatat bahwa tidak semua konten viral akan secara langsung menghasilkan peningkatan penjualan. Berikut beberapa pertimbangan yang perlu kita pikirkan:

1. Ukurlah Dahulu Relevansi Konten: Isi konten haruslah relevan dengan audiens target dan produk atau layanan. Viralitas saja tidak menjamin penjualan jika kontennya tidak disukai calon pelanggan atau malah tidak nyambung dengan produk anda.

2. Lakukan Strategi Konversi Audiens: Pada titik ini amatlah penting dimana kita perlu memiliki strategi yang jelas dan efektif bagaimana mengkonversi penonton menjadi pelanggan. Setelah orang-orang melihat konten viral, kita sendiri perlu membimbing mereka untuk melakukan pembelian atau mengambil tindakan yang diinginkan.

3. Jangan Lupakan Kualitas Produk: Kualitas produk atau layanan pada tahap ini memainkan peran penting dalam mengubah minat viral menjadi pembelian sebenarnya.

Bagaimanapun program bisnis yang kita jalankan haruslah diikuti dengan bagaimana kita sendiri mengantisipasi dari dalam kualitas dari produk kita sendiri. Adalah hal yang ironis ketika kita sendiri ingin viral tetapi ternyata kita luput akan kesiapan produk. Hal semacam itu dapat mengeluarkan suara-suara yang negatif yang malah memperburuk bisnis kita

Ilustrasi orang tengah bermain sosial media. Sumber: canva.com
Ilustrasi orang tengah bermain sosial media. Sumber: canva.com
4. Pahami bahwa Viralitas memiliki Sifat Tidak Dapat Diprediksi: Viralitas konten seringkali tidak dapat diprediksi. Meskipun kita dapat membuat konten dengan tujuan menjadi viral, tidak ada jaminan bahwa dampaknya akan sebesar atau seheboh bayangan kita. Hal ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk waktu dan respons penonton.

5. Kembali Kepada Keberlanjutan Jangka Panjang: Mengandalkan konten-konten viral saja untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan bisa menjadi hal yang amat berisiko dimana akan lebih banyak effort yang usaha kita keluarkan dan juga secara manajerial kesiapan kita untuk menghandle dampak yang terjadi dapat membuat perusahaan tidak fokus bidang usahanya.

Oleh karenanya, amatlah penting untuk memiliki strategi pemasaran komprehensif yang mencakup berbagai taktik dan saluran.

Pada akhirnya, kita dapat menyepakati bahwa membuat konten viral memang berpotensi menghasilkan tingkat pembelian yang lebih tinggi, namun ini bukan jaminan atau satu-satunya strategi untuk kesuksesan bisnis.

Adanya program semacam ini haruslah menjadi bagian dari strategi pemasaran yang lebih luas, dan kita tidak dapat mengesampingkan elemen-elemen lain seperti kualitas produk, layanan pelanggan, dan taktik konversi yang sama pentingnya dalam mengubah perhatian viral dari audiens menjadi penjualan aktual oleh pelanggan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun