Banyak orang yang malah menganggap remeh virus tersebut. Penulis beberapa kali menemukan fenomena, dimana orang -- orang yang sudah menganggap remeh virus COVID -- 19 adalah orang -- orang yang sudah jenuh dengan pandemi itu. Sangatlah wajar banyak orang jenuh akan pandemi yang sudah membuat segala aktifitas menjadi terbatas selama beberapa bulan. Namun pada kenyataanya, virus COVID -- 19 tidak henti merenggut nyawa seseorang tiap harinya.
Satu kisah ketika penulis melakukan pekerjaan kolaboratif bersama salah satu seniman tari dari Yogyakarta. Penulis dan seniman tersebut memproduksi sebuah tarian dengan judul "Kidung Jati Mulya". Sebuah karya kolektif antara seniman tari dan juga seniman musik dari Yogyakarta yang berusaha menyajikan tarian kontemporer berpadu dengan tarian traidional, sebagai harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pandemi segera musnah dari muka bumi. Dengan crew kecil yang terdiri dari tiga orang termasuk penulis, akhirnya memproduksi karya kolaborasi tersebut di Pantai Parangkusumo pukul 04.00 WIB.Â
Selama melakukan prosesi pengambilan gambar, warga sekitar menyaksikan seniman tari yang penulis ambil gambarnya menari di pinggiran pantai. Penulis cukup heran dengan keadaan di sana, karena para warga tidak mengenakan masker dan saling berdempetan satu sama lain. Bahkan ketika istirahat, penulis, seniman tari, dan rekan crew singgah ke suatu angkringan dan menemukan bahwa penjual tersebut tidak mengenakan masker. Ujarnya dalam bahasa Jawa, "Mas, Si Kofit kalau pagi seperti ini masih tidur ! Ndak usah khawatir !".Â
Penulis agak jengkel dengan pernyataan penjual angkringan tersebut, namun seniman tersebut malah tertawa. Pada posisi tersebut penulis bingung terhadap sikap seniman tersebut. Seniman itu menertawakan COVID -- 19, namun masker yang ia kenakan tidak pernah lepas dari wajahnya. Penulis cukup terganggu dengan keadaan angkringan pada masa itu.
Selepas beristirahat, penulis, rekan crew, dan seniman melanjutkan prosesi pengambilan gambar. Penulis dan rekan crew berada di pantai terlebih dahulu untuk melakukan persiapan terhadap peralatan pengambilan gambar, sedangkan seniman masih berada di angkringan untuk berganti pakaian. Setelah semua persiapan telah selesai, seniman itu mendekati penulis dan berkata sesuatu. Seakan -- akan seniman tersebut mengetahui isi pikiran penulis di angrkringan tempat penulis beristirahat. Ujarnya dalam bahasa jawa, "Nak semuanya sudah aman. Pekerjaan kita adalah pekerjaan yang melibatkan banyak orang termasuk warga yang menghuni tempat kita bekerja. Sebisa mungkin berikan arahan secara personal dan menggunakan bahasa yang sopan. Ingat kita hanya tamu yang bekerja disini.".
Penulis terdiam cukup lama selepas seniman tersebut melontarkan kalimat tersebut. Kalimat yang memberikan perspektif bagi penulis, untuk mengarahkan sesuatu kepada seseorang dengan pendekatan khusus, sesuai dengan adat dan kebiasaan orang yang bekerja bersama kita.
- Inti Pembelajaran Dari Sebuah Perkuliahan
Pandemi COVID -- 19 membuat segala aktivitas pendidikan sulit untuk terealisasi secara maksimal. Penulis bahkan merasa, kegiatan perkuliahan menggunakan basis online sangatlah membosankan dan tidak memberikan sumbangsih kepada penulis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Â Hal tersebut dapat penulis sampaikan, karena situasi pada perkuliahan daring menutup interaksi antara dosen dan juga mahasiswa. Sehingga saat pertama kali perkuliahan berjalan secara daring, penulis mengikuti kuliah hanya untuk sekedar formalitas. Tak habis pikir, kala itu penulis ber-statement bahwa perkuliahan secara daring ataupun luring adalah sesuatu yang sia -- sia.
Namun pola pikir penulis terhadap perkulihaan secara daring berubah setelah penulis melakukan kuliah online di warung yang biasanya penulis singgahi pada jam makan siang. Penulis kerap di dekati oleh salah satu penarik becak yang kebetulan juga makan siang di warung tersebut. Selepas saya selesai berkuliah, penarik becak tersebut mengajak saya ngobrol terkait perkuliahan yang diadakan secar daring.Â
Penulis dan penarik becak tersebut berbicara cukup panjang, dan pada akhirnya saya mengetahui bahwa penarik becak tersebut memiliki seorang cucu yang sedang berkuliah juga. "Sebisa mungkin jangan seperti saya !" ujar bapak -- bapak penarik becak yang mengobrol dengan penulis. Beliau rupanya mengkritisi gaya perkuliahan penulis, selama mengikuti perkuliahan daring. "Caramu berkuliah tidaklah benar ! Kamu seharusnya mencatat segala sesuatu yang disampaikan dosenmu ! Bukannya malah ongkang -- ongkang kaki sambil menyeruput kopi panas !" ucap bapak -- bapak penarik becak tersebut dengan nada yang cukup tinggi.
Sepulang dari warung tersebut penulis masih cukup terganggu dengan perkataan bapak -- bapak penarik becak tersebut. Penulis berfikir bahwa "tau apa dia tentang sistim perkuliahan ?". Betapa sempitnya pemikiran penulis pada saat itu. Namun perlahan penulis mulai sadar bahwa tenaga pengajar sudah memberikan yang terbaik, untuk murid -- muridnya menjadi berkembang.Â