Kamera diarahkan, kita menjadi tujuan dan pemandangan menjadi lukisan di belakang. Mungkin saja kita egois karena tidak membiarkan pemandangan itu sebagaimana adanya.Â
Atau bahkan kita ingin memberitahu dunia dengan postingan di media sosial, bahwa kita sudah menginjakkan kaki kita di sebuah tempat yang viral atau baru sama sekali.
Apakah benar kita tidak memerlukan sebuah latar yang bagus? Tidak benar. Kita bahkan membutuhkannya setiap saat. Kita ingin sesuatu yang indah dalam hidup kita.Â
Masalahnya bisa jadi terletak pada pemikiran bahwa kita adalah pelaku tunggal yang membuat sebuah tempat dikenal atau harus ada legitimasi dari pihak kita.Â
Yang benar saja? Mau didatangi atau tidak sebuah pemandangan yang bagus tetaplah bagus dari asalnya. Tidak perlu pengakuan dari kita pun.
Ketiga. Jika ada pemandangan yang bagus, apakah ada pemandangan yang tidak bagus? Saya tetap pada pendirian saya bahwa semua pemandangan yang menghantam mata kita, memberi kita kesan yang bagus.Â
Semua pemandangan itu bagus karena menceritakan sesuatu. Tidak ada pemandangan yang tidak bagus atau buruk. Sebab, jika buruk, untuk apa ini semua ada?Â
Jika buruk, untuk apa kita juga ada? Atau sebenarnya bukan sebuah pemandangan yang bagus atau tidak bagus tetapi pemandangan sebagaimana adanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H