Dalam rangka seabad Pram (Pramoedya Ananta Toer), Â yang adalah seorang pemikir dan penghasil buku produktif, saya malahan menuliskan artikel Madilog karya Tan Malaka.Â
Salah satu alasannya adalah semasa hidup,  Pramoedya Ananta Toer  juga sering membahas pemikiran Tan Malaka.
Judul Buku "Madilog" Tan Malaka merupakan akronim dari Materialisme, Dialektika, dan Logika.Â
Saya baru membacanya saat kuliah di tingkat 2. Itu pun secara kebetulan, numpang baca pada salah seorang teman yang suka akan bacaan-bacaan itu. Dan akhirnya, terlarut sampai menyelesaikan bacaan setebal 568 halaman.
Makhlumlah, buku-buku Tan Malaka di zaman Orde Baru lumayan sulit ditemukan. Barangkali pembaca tahu, hampir semua buku karya Tan Malaka itu dianggap bertentangan dengan Pemerintah Orde Baru dan berbau komunis.
Bahkan, gelar pahlawan nasional yang diberikan kepadanya di zaman Bung Karno, dicabut oleh rezim Orde Baru dan melarang pemikiran-pemikirannya untuk dikembangkan di sekolah.
Sekilas tentang Tan Malaka
Sutan Ibrahim Datuk  Tan Malaka atau lebih terkenal dengan Tan Malaka lahir pada tanggal 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat.
Tan Malaka dikenal sebagai Bapak Republik Indonesia. Beliau adalah tokoh pejuang pertama yang menggunakan nama Republik sebagai sistem pemerintahan nasional kita.
Dalam perjuangannya, Tan Malaka pernah dibuang ke Belanda  karena dianggap terlalu radikal oleh penjajah, lalu melarikan diri ke Uni Sovyet.
Namun, Â dalam pengasinganya Tan Malaka tetap berjuang dengan menuliskan berbagai pemikiran progresfinya.
Pemikir progresif ini meninggal dalam usia 51 tahun. Tepatnya pada tanggal 21 Februari 1949 di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur.Â
Tan Malaka mendapatkan anugerah Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963. Akan tetapi, gelar tersebut dicabut pada masa Orde Baru karena alasan politik.
Pemikir progresif ini juga memiliki konsep dan kepedulian terhadap sekolah di Indonesia yang mana tidak sembarangan sekolah, tetapi membangun sekolah progresif.
Sekolah yang dimaksud Tan Malaka adalah membangun siswa bukan hanya untuk pintar. Namun  lebih dari itu, yakni bangunkan hati merdeka sebagai manusia.
Intisari Madilog bagi pemikir muda
Buku Madilog karya Tan Malaka adalah sebuah karya filosofis yang memuat pemikiran-pemikiran tentang materialisme, dialektika, dan logika.Â
Madilog ditulis oleh Iljas Hussein yang tidak lain adalah nama pena dari Tan Malaka sendiri.Â
Pertama kali diterbitkan pada tahun 1943, namun edisi resmi perdananya baru muncul di tahun 1951, enam tahun setelah Indonesia merdeka.Â
Dalam perjuangan Tan Malaka, ia menggunakan 23 nama samaran sehingga tidak terdeteksi oleh penjajah. Salah satunya, Iljas Hussein.
Buku Madilog edisi resmi perdana yang diterbitkan di tahun 1951 itu setebal 568 halaman dengan mencantumkan nama Tan Malaka.
Sementara yang diterbitkan tahun 1943 merupakan terbitan penulis sendiri dengan nama samaran Iljas Hussein.
Menariknya, buku setebal 568 halaman tersebut ditulis oleh Tan Malaka di Batavia (Jakarta) di masa pendudukan Jepang. Selama masa itu, pemikir besar ini memilih untuk menyamar sebagai tukang jahit.
Buku ini memiliki pengaruh yang besar dalam dunia pemikiran Indonesia dan menjadi bahan bacaan penting bagi para pemikir muda. Terutama mereka yang terlibat dalam pergerakan progresif.
Setidaknya terdapat 5 isi dalam buku Madilog yang perlu diketahui oleh para pemikir muda Indonesia saat ini dan dapat menjadi inspirasi untuk memimpin dan memajukan bangsa Indonesia.
1. Pemikiran Materialisme
Tan Malaka menekankan pentingnya pemahaman terhadap materialisme sebagai landasan pandangan dunia yang rasional dan ilmiah.Â
Menurut Tan Malaka, materialisme itu mengajarkan bahwa segala fenomena di dunia ini memiliki dasar material atau fisik. Ia berperan dalam pembentukan masyarakat dan sejarah.
Tan Malaka sebenarnya menggunakan 'materialisme' untuk menyadarkan bangsa Indonesia agar berpikir maju dan modern.Â
Ia juga menggunakan materialisme sebagai dasar pemikirannya dalam perjuangan anti-kapitalis dan anti-kolonial.
2. Dialektika
Dalam buku Madilog, Tan Malaka juga menjelaskan tentang konsep dialektika yang digunakan.
Konsep dialektika ini  adalah cara berpikir yang mengakui adanya perubahan, kontradiksi, dan perjuangan antara kekuatan-kekuatan yang bertentangan dalam suatu proses.
3. Logika
Tan Malaka menekankan pentingnya penggunaan logika dalam berpikir dan berargumentasi.Â
Logika menjadi alat yang sangat diperlukan untuk memahami dan menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita.
4. Kritik terhadap kapitalisme
Dalam buku ini, Tan Malaka juga mengkritik sistem kapitalisme yang dianggapnya eksploitatif dan tidak adil.Â
Ia mendorong para pemikir muda untuk berpikir kritis terhadap sistem ini dan mencari alternatif yang lebih adil.
5. Pemikiran revolusioner
Keseluruhan isi buku Madilog mencerminkan semangat revolusioner Tan Malaka untuk memperjuangkan perubahan sosial dan politik yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.Â
Buku ini bisa menjadi inspirasi bagi para pemikir muda yang ingin berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih baik.
Berkaitan dengan seabad pram (Pramoedya Ananta Toer), mari membaca dan menemukan buah pikiran bernas dan orisinal dari para pemikir besar. Salah satunya, buku Madilog karya pemikir besar Tan Malaka.
Referensi:
https://kompas.com/stori/read/2023/09/04/140000379/apa-isi-buku-madilog-karya-tan-malaka-?
https://www.salamyogyakarta.com/sekolah-ala-tan-malaka/
https://id.wikipedia.org/wiki/Madilog
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI