Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Memang Ada yang Konsumsi Serangga dan Ulat Sagu, Namun Sulit Masuk Menu MBG

31 Januari 2025   10:11 Diperbarui: 31 Januari 2025   21:58 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serangga dan ulat sagu digadang-gadang sebagai pangan yang mengandung protein tinggi, bahkan melebih protein daging ayam.

Belalang segar misalnya, memiliki kandungan protein sebesar 20% dari seluruh komponen nutrisinya. Sementara kandungan protein belalang kering justru lebih besar, mencapai 40% tersebar dalam seluruh badan dan kulit belalang. Selain itu, belalang juga mengandung vitamin A.

3. Variasi menu

Kehadiran menu serangga dan ulat sagu, diharapkan menjadi salah satu varian menu untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. 

Dengan adanya variasi menu, diharapkan siswa menjadi tidak bosan karena hanya mendapatkan suguhan menu yang itu-itu saja.

Menu dan distribusi MBG di beberapa sekolah dikhabarkan makin membaik seperti di Tangerang (dok foto: tangselpos.id/Ist)
Menu dan distribusi MBG di beberapa sekolah dikhabarkan makin membaik seperti di Tangerang (dok foto: tangselpos.id/Ist)

Mengapa Kontra

Di lain pihak, banyak warga yang tidak setuju dengan ide memasukkan serangga dan ulat sagu dalam menu MBG sekalipun itu berbasis pada pangan lokal.

Alasannya, program nasional ini harusnya tidak memasukkan unsur-unsur percobaan. 

Sekalipun ada daerah yang warganya mengkonsumsi serangga dan ulat sagu, persentasenya tidaklah seberapa.

Apalagi sekarang sudah hampir hilang kebiasaan konsumsi serangga dan ulat tersebut sebab generasi mudanya tidak suka konsumsi hewan itu.

Lagi pula, harus ada peternakannya sebab konsumsi serangga dan ulat sagu liar yang bebas di alam bisa saja justru mengandung penyakit yang menular pada anak-anak yang mengkonsumsinya.

Program Jangan untuk coba-coba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun