Sementara, di bagian belakang sering pula dihiasi dengan lampu kelap-kelip guna menambah semarak angkot yang sedang berjalan dan diyakini dapat menambah daya tarik.
3. Di dalam Angkot Full Musik
Ada lagi, full music. Dari jauh, musik harus terdengar oleh penumpang. Jika tidak, ada saja penumpang terutama anak-anak muda ogah naik karena tidak ada musik atau musiknya dianggap tidak bagus.
Pengalaman pernah naik angkot di Kota Kupang, bersama adik. Waktu satu angkot melaju mendekat, saya hendak menyetopnya. Tetapi adik saya bilang begini:
"Kaka, nanti sa! Ini dia pung musik talalu kampungan". Â Dan alhasil, kami harus menunggu angkot berikut yang sesuai dengan seleranya.
"Penampilan luar keren, musiknya terdengan wow, dan tampak bersih".Â
Percaya atau tidak, apakah ketiga faktor tersebut merupakan hal yang mendukung eksistensi angkot di Kota Kupang?Â
Hal yang pasti, Â 3 hal tersebut masih dipertahankan oleh sopir-sopir angkut Kupang dan mereka masih tetap beroperasional hingga kini.
Penumpang menurun sih iya. Tetapi krisis transportasi publik sepertinya tidak terlalu dirasakan oleh sopirsopir angkot di Kota Kupang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H