Alasan Menkop Budi, konsumsi susu dalam negeri mencapai 4,4 juta ton/tahun di tahun 2022-2023. Sementara, industri susu sapi dalam negeri hanya mampu menyediakan 837.223 ton.Â
Karena industri susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 20 persen kebutuhan, maka Pemerintah perlu impor 80 persen lagi terutama dari Australia dan Selandia Baru untuk menutupi kekurangan tersebut.
Di lain pihak, pemerintah telah berencana untuk mengimpor 1.000.000 sapi perah yang sudah diwacanakan oleh Presiden Prabowo Subianto di masa kampanye Pilpres 2024.Â
Tujuan impor sapi perah tersebut adalah guna memenuhi produk susu sapi dalam negeri sendiri sehingga Indonesia tidak tergantung pada impor susu sapi dari negara lain.
Rencana tersebut kembali disampaikan oleh Amran Sulaiman, Menteri Pertanian Kabinet Merah Putih periode 2024-2029 saat rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR pada hari Selasa (5 November 2024).
Mencari Jalan Tengah: Adakah?
Pemerintah tentunya ingin agar program nasionalnya, terutama mega program "Makan Bergizi dan Minum Susu Gratis" bagi anak-anak usia sekolah, balita, ibu menyusui dan ibu hamil terpenuhi.
Sementara, pemerintah menyatakan jika produk susu sapi dalam negeri selama ini tidak mencukupi. Hal inilah yang melatarbelakangi impor susu sapi jalan terus.
Di lain pihak, pada masa kampanye Pilpres 2024 lalu muncul gagasan dari Capres Prabowo Subianto (kini Presiden RI ke-8) untuk mengatasi impor susu sapi.
Agar susu sapi di dalam negeri dapat terpenuhi, maka setidaknya harus mengimpor 1 juta ternak sapi perah secara bertahap dari tahun 2025 hingga tahun 2029.
Lantas, jalan kompromi apa yang selayaknya perlu dilakukan sehingga impor sapi perah dapat dilaksanakan dengan baik hingga kahirnya menutup kran impor susu sapi, sambil memastikan susu peternak lokal diserap habis oleh industri susu?