Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Bagaimana Mau Pilkada Hijau, Foto Kandidat Saja Masih Dipaku pada Pohon

25 Oktober 2024   10:11 Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:56 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Realita paku baliho foto di pohon tetap berjalan saat Pilkada 2024 DI Kupang, NTT (Dokumentasi foto: Greg Nafanu)

Ada satu hal menarik dalam perhelatan Pilkada serentak tahun 2024 ini. Salah satunya, Pilkada Hijau sebagai langkah bijak untuk tetap melestarikan alam dan lingkungan sekitar.

Permintaan mengenai penerapan Pilkada Hijau datang langsung dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Special request untuk Provinsi Bali yang memang terkenal sebagai provinsi wisata. Tak hanya bagi wisatawan nusantara tetapi menjangkau para wisatawan mancanegara.

Sebenarnya permintaan akan Pilkada Hijau tersebut telah diluncurkan sejak bulan Mei 2024, bertepatan dengan peluncuran tahapan Pilkada Serentak untuk Provinsi Bali yang disampaikan langsung oleh Komisioner KPU RI Idham Holik (Minggu, 5 Mei 2024).

Menurut Idham Holid yang dipublikasikan via infopublik.id (Senin, 6 Mei 2024), penerapan kampanye hijau ini dimaksudkan untuk tetap menjaga keindahan Bali, sebab kerusakan alam akan berpengaruh pada wisata.

Permintaan Pilkada Hijau tidak hanya ditujukan untuk Provinsi Bali, namun ditujukan bagi seluruh provinsi dan kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pilkada Serentak 2024.

Idham Holid menyampaikan bahwa kampanye hijau dalam Pilkada itu adalah aktualisasi dari prinsip ajaran etika. Semua agama, mengajarkan untuk tidak memaku pohon karena merusak lingkungan.

Ilustrasi kampamye hijau stop paku pohon (dok foto: liputan tanjab.com)
Ilustrasi kampamye hijau stop paku pohon (dok foto: liputan tanjab.com)

Perilaku yang tidak mendukung Pilkada Hijau

Banyak contoh perilaku dari masyarakat yang tidak mendukung kampanye hijau. 

Faktor ini sebenarnya terkait dengan kesadaran setiap individu yang kemudian secara bersama-sama melakukannya tanpa merasa bersalah dan terbebani.

Masyarakat harus disadarkan dan disertai dengan aturan yang benar-benar ada sanksinya sehingga pelaku menjadi lebih berhati-hati karena takut kena sanksi.

Sejauh ini, ada 3 tindakan yang sering dilakukan dalam menghadapi perhelatan demokrasi, baik yang levelnya nasional, provinsi, kabupaten/kota, maupun di tingkat desa.

1. Memaku dan menempel foto pada pohon

Tindakan memaku alat peraga kampanye pada pohon masih sering dilakukan. Pemakuan dan penempelan foto kandidat pada pohon merupakan tindakan yang paling sering terlihat.

Sepanjang jalan raya, kita akan melihat baliho berupa foto-foto ditempel dengan meriah. Tak hanya satu kandidat tetapi banyak. 

Di musim kampanye, pohon-pohon berubah menjadi tempat iklan diri secara gratis. Tak hanya ditempel pada pohon-pohon di sekitar pemukiman. Pohon yang ada di pinggir jalan sekitar hutan pun tak luput dari penempelan foto-foto ini.

Memaku pohon itu merupakan tindakan yang merugikan pohon dan lingkungan sekitar. Selain itu, pemasangan yang amburadul mengurangi estetika. 

Bahkan pemasangan baliho foto di pohon bisa berkontribusi pada peningkatan kecelakaan sebab pengemudi secara refleks ingin melihat foto tersebut. Dan secara bersamaan, kemudi bisa oleng dan celaka.

Di Kota Kupang, Provinsi NTT banyak baliho berupa foto pasangan kandidat, baik paslon gubernur/wakil gubernur, maupun paslon wali kota/wakil wali kota.

Baliho ini dipasang di mana saja, sepertinya sesuka hati si pemasang terutama di area-area strategis seperti perempatan, lampu merah, jalan protokol, dan pemukiman.

Tiang listrik dan tiang wifi juga tak luput dari wajah-wajah para kandidat (dok foto: Greg Nafanu)
Tiang listrik dan tiang wifi juga tak luput dari wajah-wajah para kandidat (dok foto: Greg Nafanu)

Baliho ini dipasang dengan cara berikut:

  • Dipaku langsung pada pohon-pohon
  • Dibuat khusus lalu disandarkan dan dipaku pada pohon
  • Disandarkan pada tiang listrik atau tiang wifi

Sebenarnya siapa yang harus dipersalahkan ketika baliho-baliho ini dipasang tanpa memperhatikan ketentuan? 

Mau menyalahkan timses juga sebenarnya tidak. Apalagi menyalahkan relawan yang tugasnya hanya memasang baliho lalu membuat laporan kalau semuanya beres.

Orang yang paling bertanggung jawab adalah pemilik baliho. Sebab perintah itu datangnya dari mereka. 

Karena itu, seharusnya para pemasang baliho dibina terlebih dahulu sebelum turun ke lapangan.

2. Meninggalkan sampah plastik bertebaran

Meninggalkan aneka sampah, terutama sampah plastik bekas air mineral dan pembungkus makanan merupakan hal yang sering terlihat dalam setiap kampanye terbuka.

Sampah-sampah dibiarkan bertebaran di mana-mana. Para kandidat, panitia, dan simpatisan mungkin berpikir toh nanti ada pemulung yang mengumpulkannya.

Padahal, seharusnya sampah-sampah tersebut dikumpulkan. Menyisipkan ajakan untuk tidak membuang sampah sembarangan di tempat kampanye merupakan hal penting yang perlu dilakukan secara berulang.

3. Menginjak tanaman di area kampanye

Tragisnya lagi, ketika kampanye dilakukan di taman atau area terbuka maka banyak pohon yang diinjak-injak. Tanaman menjadi rusak, bahkan mati.

Para hadirin tidak mau tahu bahwa tanaman tersebut tumbuh dengan baik karena ditanam dan dirawat. 

Mereka tidak berpikir lebih jauh bahwa kehadiran pohon-pohon itu sangat bermanfaat bagi mereka juga.

Selaraskan edukasi kampanye hijau dalam Pilkada

Untuk membuat orang menerapkan kampanye hijau dalam Pilkada 2024, ada beberapa tindakan bijak yang bisa dilakukan. 

Tindakan ini harusnya selaras, dan diimplementasikan secara konsisten, baik oleh penyelenggara, konstestan, maupun simpatisan.

Siapa yang harus disalahkan: pemilik wajah, timses atau relawan? (Dok foto: Greg Nafanu)
Siapa yang harus disalahkan: pemilik wajah, timses atau relawan? (Dok foto: Greg Nafanu)

1. Edukasi dan informasi

Hal penting pertama adalah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya kampanye hijau dan dampak positifnya bagi lingkungan. 

Para orator atau yang masik list tim sukses alias timses perlu dibekali dengan pemahaman yang baik sehingga mereka mampu memberikan informasi kepada partisipan tentang praktik ramah lingkungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Keterlibatan masyarakat

Kampanye juga bisa dilakukan melalui cara menanam pohon. Libatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kampanye hijau, seperti menanam pohon, membersihkan sungai, atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. 

Masyarakat perlu diajak untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Bertanam dan memelihara pohon secara sukarela.

3. Kolaborasi dengan komunitas lokal

Kerja sama dengan komunitas lokal yang peduli terhadap lingkungan dapat memperkuat kampanye hijau. 

Dengan menggalang dukungan dari berbagai pihak, pesan-pesan kampanye akan lebih luas disebarkan dan didukung oleh masyarakat.

4. Implementasi kebijakan pro-lingkungan

Perlu pula mendorong calon pemimpin dan partai politik untuk menanamkan komitmen pada kebijakan pro-lingkungan dalam visi dan misi kampanyenya. 

Program-program yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan perlu diusulkan untuk dimasukkan dalam program kerja dan dilaksanakan secara konsisten.

5. Gerakan hijau

Bentuk gerakan hijau yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, akademisi, pelajar, dan aktivis lingkungan.

Gerakan ini dapat menjadi wadah untuk mengkampanyekan perilaku dan kebijakan pro-lingkungan.

Ilustrasi kampanye gerakan hijau di Desa Papayan (dok foto: papayan.desa.id)
Ilustrasi kampanye gerakan hijau di Desa Papayan (dok foto: papayan.desa.id)

Melalui usaha kolaboratif dan konsisten dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye hijau, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan akan semakin meningkat.

Peningkatan kesadaran masyarakat ini akan tercermin dalam sikap dan pilihan mereka dalam Pilkada 2024.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun