Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasih Tak Kenal Batas, Meneladani Perjalanan Hidup Pak Tjip dan Bu Roselina

24 Oktober 2024   15:41 Diperbarui: 25 Oktober 2024   05:52 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta tak terpisahkan (dok foto: kompasiana.com/tjiptadinataeffendi)

Agak susah memikirkan judul yang pas untuk goresan sederhana tentang perjalanan hidup dua tokoh teladan  ini, Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata.

Bukan karena sedikitnya keteladanan yang akan diunggkapkan melainkan banyak sekali yang ingin diceritakan. Termasuk bagaimana memilih topik yang tepat untuk merepresentasi seluruh rangkaian cerita tersebut.

Namun setelah merenung beberapa kali, rasanya judul "Kasih Tak Kenal Batas, Meneladani Perjalanan Hidup Pak Tjip dan Bu Roselina" cocok untuk kado 60 tahun pernikahan beliau berdua. Semoga berkenan.

Sekalipun belum pernah bertatap muka secara langsung, atau bercakap-cakap rasanya beliau berdua selalu hadir lewat tulisan-tulisan sederhana berbasis pengalaman hidup pribadi yang berkualitas. 

Saya mengenal Bu Roselina dan Pak Tjip karena kompasiana, rumah besar bagi ribuan anggota yang sama-sama suka menulis dan berbagi, mulai dari yang ringan-ringan saja hingga lumayan serius. 

Rumah besar yang mana semua orang tak hanya menuangkan ide dan pengalaman hidupnya, tetapi menjadi sarana bertukar pikiran dan saling mengunjungi  lewat fasilitas dinding yang ada. Ya, bukan dinding pemisah, tetapi dinding silaturahim.

Prinsip hidup yang menjadi teladan

Sekalipun hanya mengenal dan berinteraksi dengan Pak Tjip dan Bu Roselina via kompasiana, rasanya seperti sudah lama mengenal dan dan menimba ilmu dan pengalaman dari kedua orang tua ini. 

Hal yang paling menyenangkan adalah sapaan 'Ananda' yang selalu disematkan dalam kolom komentar  yang ada. Meskipun ada yang pernah merasa tidak nyaman kala disapa dengan panggilan kesayangan 'Ananda'.

Selama beriteraksi, ada beberapa prinsip dan pengalaman hidup yang saya petik dari bapak dan ibu asal Sumatera Barat ini yang rela hijrah ke Australia guna mengejar mimpi-mimpinya.

1.Senior duluan menyapa yunior
Di dalam adat orang timur (termasuk di daerah kami), biasanya yang yunior atau lebih muda-lah yang biasa menyapa yang senior atau lebih tua. 

Namun bagi beliau berdua, tak harus begitu. Bahkan jujur, dinding saya sudah ada tulisannya bu Roselina ketika pagi hari membuka blog kompasiana.

Dari sini pula saya tahu, bu Roselina konsisten bangun pagi. Beliau sepertinya mengalokasikan waktu khusus untuk membalas komentar-komentar kompasianer, atau terlebih dahulu menyapa dan menuliskan artikel-artikel berupa tips hidup.

Teladan ini membuat saya pun berubah untuk sering mulai menyapa anggota keluarga besar  atau tetangga sekitar yang lebih muda terlebih dahulu.

Dan sedikit demi sedikit, keakraban pun terjalin dan sering menjadi ice breaker ketika ada pertemuan kelaurga besar yang sedikit membahas sesuatu yang 'hot'. 

2. Hidup itu dinamis

Poin penting ini saya dapatkan dari buku Pak Tjip berjudul "Transformasi DIRI dalam Mengarungi Samudra Kehidupan".  

Ya, hidup yang dinamis ini memberikan berbagai pilihan. Dalam satu hari saja, ada begitu banyak pilihan yang memerlukan keputusan. Memilih dan melakukan ini atau tidak.

Tentu saja setiap pilihan ada konsekuensi dan ada yang dikorbankan. Akan tetapi, pilihan dengan pertimbangan yang tepat namun cermat dapat membawa kita pada sesuatu yang berarti.

Cinta tak terpisahkan (dok foto: kompasiana.com/tjiptadinataeffendi)
Cinta tak terpisahkan (dok foto: kompasiana.com/tjiptadinataeffendi)

3. Selalu antusias dalam hidup

Pengalaman ini juga saya dapatkan dari membaca buku Transformasi Diri dari Pak Tjip yang ditulis dengan sederhana dan mudah diikuti oleh orang yang tingkat pemahamannya rata-rata saja seperti saya ini.

Sikap antusiasme ini mampu membuat orang tetap semangat, pantang menyerah, berani mengambil risiko, percaya diri, dan selalu menemukan jalan baru.

Mencari jalan baru kala buntu, seperti berkas cahaya. Sekalipun semua pintu dan jendela tertutup rapat, cahaya masih menerobos masuk melalui lubang atau celah kecil.

4. Berhenti berkeluh kesah

Teladan lain dari kedua senior ini adalah tidak berkeluh kesah dalam menjalani hidup. Tak perlu memojokkan diri, menerima nasib, dan rendah diri. 

Dalam artikel-artikel kompasiananya, saya tidak pernah menemukan kata-kata yang mengarah ke hal negatif. Selalu memberi motivasi, baik lewat cerita pengalaman hidup sendiri maupun orang lain.

5. Kasih tak kenal batas

Last but not least, prinsip hidup yang saya temukan dalam pribadi Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata adalah "kasih tak kenal batas".

Kenyataan 60 tahun pernikahan telah menunjukkan cinta dan kasih mereka berdua yang dirawat bersama-sama. Ketika ada onak dan duri, dibersihkan secara bersama-sama pula. 

Tak hanya itu, kasih itu ditunjukkan pula kepada anak, cucu, dan cicit yang barangkali kalau dihimpun dalam satu lingkungan sudah bisa membentuk satu RT atau RW sendiri.

Menariknya lagi, kasih yang mereka tunjukkan pun lebih jauh lagi. Tak kenal batas, menembus sekat-sekat perbedaan. 

Sahabat-sahabat beliau berdua dari berbagai kalangan yang beraneka ragam. 

Berbeda agama, etnis, suku bangsa, golongan, dan kelompok yang kaya atau miskin, semua mendapatkan perlakuan yang sama.

Salah satu momen penting Bu Roselina dan Pak Pak Tjip menjalin hubungan dengan sahabat di setneg (dok foto: kompasiana.com/roselinatjiptadinata)
Salah satu momen penting Bu Roselina dan Pak Pak Tjip menjalin hubungan dengan sahabat di setneg (dok foto: kompasiana.com/roselinatjiptadinata)

Ini hanya beberapa poin keteladanan yang mampir dalam pemikiran saya, ketika menggoreskan tulisan sederhana ini sebagai kado 60 tahun pernikahan Pak Tjip dan Ibu Roselina walaupun hanya diucapkan via kompasiana ini.

Selamat mengayuh bahtera hidup sampai selamanya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun