Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lacak Realita dan Benahi Banyaknya Mahasiswa NTT Belum Lancar Membaca

18 Oktober 2024   04:30 Diperbarui: 18 Oktober 2024   12:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan literasi di Provinsi NTT masih tertatih-tatih (dok foto: .kompas.id)

Ada hal menarik yang dikemukakan dalam acara temu media yang diselenggarakan oleh Balai Penjamin Mutu Pendidikan atau BPMP Provinsi NTT di Kota Kupang pada hari Selasa, 15 Oktober 2024. 

Hasil temu media tersebut mengungkapkan temuan, banyak mahasiswa NTT yang belum lancar membaca yang mana menunjukkan bahwa kemampuan literasi di NTT begitu rendah.

Demikian dirilis oleh kompas.id (Selasa, 15 Oktober 2024).

Realita ini hendaknya menjadi perhatian yang serius. Salah satunya adalah melakukan penguatan literasi sejak dini melalui pendidikan dasar. 

Dalam pemaparannya, Kepala BPMP NTT Herdiana mengungkapkan beberapa fakta yang diambil dari laporan World Literacy Foundation tahun 2023. 

Dalam laporan tersebut ditemukan bahwa kerugian yang timbul akibat rendahnya literasi di Indonesia mencapai Rp 209 triliun. Negara Indonesia menempati urutan kedua setelah Meksiko yang kerugiannya sekitar Rp 300 triliun.

Sementara bagi Provinsi NTT, menurut dia, capaian literasi pada tingkat SD masih terus dikuatkan. Dari total 5.215 SD sebanyak 1.381 masuk kategori baik, 1.457 kategori sedang, dan 2.184 kategori rendah. 

Adapun tindakan yang dilakukan pihak BPMP NTT di tahun 2024 adalah melakukan intervensi penguatan literasi pada 10 dari total 22 kabupaten/kota. 

Sudah ada 1.457 sekolah yang menjadi sasaran dengan jumlah peserta didik lebih kurang 131.000 orang. Demikian disampaikan oleh Herdiana yang ditulis oleh kompas.id.

Gerakan literasi di Provinsi NTT masih tertatih-tatih (dok foto: .kompas.id)
Gerakan literasi di Provinsi NTT masih tertatih-tatih (dok foto: .kompas.id)

Sebenarnya, contoh kasus kemampuan pelajar di NTT yang masih kurang lancar dalam hal membaca tak hanya di level mahasiswa. Di tingkat SMA pun masih banyak yang pelajarnya tidak lancar membaca.

Tanggapan Netizen

Temuan ini mendapatkan berbagai tanggapan dari netizen di NTT, diantaranya melalui Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter (X) dan diskusi langsung terbatas.

Beberapa tanggapan serius pun muncul, ketika penulis memosting ulang artikel kompas.id ini di akun Facebook pribadi dan di grup Biinmaffonews, salah satu grup FB dengan anggota terbanyak di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.

Pemilik Akun FB Edi Danggur misalnya, berkomentar  agar artikel ini dijadikan sebagai bahan introspeksi orang NTT.  

"Ketika membaca judul artikel ini, pertanyaan yang muncul di benak adalah apakah kenyataannya benar seperti itu?", demikian tanggapan Edi Danggur.

Ia pun melanjutkan komentarnya begini, "Setelah membaca seluruh isi artikel, muncul perasaan prihatin. Artikel seperti ini tentu jadi bahan introspeksi bagi pendidik dan peserta didik kita di NTT saat ini". 

Oki Kono Ambrosius, salah seorang guru di Kabupaten Timor Tengah Utara juga ikut memberikan pendapat. Menrutnya, kalau mau literasi dimulai dari SD harus ada buku bacaan yang menarik. 

Kita biasakan para siswa SD dengan buku-buku cerita yg menarik. Tumbuh kembangkan dulu minat baca lewat cerita-cerita menarik. Karena selama ini yang ada di Perpustakaan hanya buku-buku mata pelajaran. 

Saat jam pelajaran buku-buku itu digunakan dalam kelas. Jelas ini membosankan bila disuruh untuk membaca buku yang sama. Dewasa ini buku-buku cerita hampir tdk ada sama sekali.

Dulu semasa kita ada banyak buku cerita semisal cerita suku asli Amerika suku Indian, ada cerita Winotou yang membuat kita makan sambil baca, dan masih banyak lagi.

Perpustakaan perlu membenahi diri agar menarik mahasiwa dan pelajar untuk membaca buku-buku di sana (dok foto: cdn-assetd.kompas.id)
Perpustakaan perlu membenahi diri agar menarik mahasiwa dan pelajar untuk membaca buku-buku di sana (dok foto: cdn-assetd.kompas.id)

Lain lagi tanggapan dari pemilik akun FB, Yefta. Ia malahan tetap pesimis dan berpendapat bahawa  generasi yang akan datang pun tetap akan kesulitan membaca.

Menurutnya, aturan saat ini yang mengharus anak untuk tetap naik kelas meskipun kemampuannya belum bisa, membuat anak tetap tidak bisa membaca.

Anak saat ini lebih suka mendengar dan melihat video dibandingkan membaca. Menrut Yefta, dahulu sejak SD anak dipaksa dan dilatih membaca. 

Sekarang ini, malah anak SD lebih banyak diberikan pendidikan secara visual. Menurtnya, ini  berdampak pada masa depan. 

Memang tidak banyak anak yang lambat membaca tetapi tidak sedikit juga yang kesulitan membaca.

Pentingnya literasi sejak Pendidikan Dasar

Penguatan literasi sejak pendidikan dasar merupakan hal yang sangat penting karena literasi merupakan pondasi utama dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. 

Dari hasil diskusi dengan beberapa teman di FB, muncul  beberapa alasan mengapa penguatan literasi harus diperhatikan secara serius sejak pendidikan dasar.

1. Fundamental skills
Literasi adalah kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan untuk mempelajari mata pelajaran lainnya dan untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.

2. Kesetaraan akses terhadap pendidikan
Dengan memiliki kemampuan literasi yang baik, setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses dunia pendidikan dan informasi.

3. Pengembangan kemampuan berpikir
Melalui literasi, individu dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan reflektif yang sangat penting dalam menghadapi tantangan kehidupan.

4. Pemahaman dunia
Literasi membantu individu untuk memahami dunia di sekitarnya, mengasah imajinasi, serta memperkaya wawasan dan pengetahuan mereka.

Festival literasi digital di NTT, mampukah meningkatkan kemampuan literasi para mahasiwa di NTT? (dok foto: Humas Setda NTT via kompas.id)
Festival literasi digital di NTT, mampukah meningkatkan kemampuan literasi para mahasiwa di NTT? (dok foto: Humas Setda NTT via kompas.id)

Jalan mengatasi rendahnya literasi di NTT

Untuk meningkatkan kemampuan literasi di daerah-daerah seperti NTT, perlu mengambil llangkas serius. Beberapa strategi tersebut adalah sebagai berikut. 

1. Program literasi komprehensif
Menerapkan program literasi yang komprehensif sejak dini, mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar, dengan metode pengajaran yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Pelatihan Guru
Memberikan pelatihan kepada guru-guru mengenai strategi pengajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa.

3. Kolaborasi dengan komunitas lokal
Melibatkan komunitas lokal dalam upaya meningkatkan literasi, seperti melalui program baca buku bersama, pertunjukan teater, dan kegiatan literasi lainnya.

4. Akses terhadap bahan bacaan
Memastikan ketersediaan bahan bacaan yang bervariasi dan mudah diakses oleh masyarakat, baik melalui perpustakaan, toko buku, maupun media online.

Program Kamp Baca dalam INOVASI menargetkan peningkatan kemampuan baca di SD Kupang. (Medcom.id/Harianty) 
Program Kamp Baca dalam INOVASI menargetkan peningkatan kemampuan baca di SD Kupang. (Medcom.id/Harianty) 

Melalui upaya kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, diharapkan kemampuan literasi di daerah-daerah seperti NTT ini dapat meningkat secara signifikan dan memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat setempat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun