Selamat Memperingati Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 1945 - 1 Juni 2024. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para pahlawannya (Pidato Presiden Ir. Soekarno pada 10 November 1961).
Tanggal 1 Juni dikenal sebagai lahir lahir Pancasila. Setiap anak bangsa mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar negara dan falsafah bangsa.Â
Pancasila tidak lahir dalam hitungan hari, tetapi cukup lama melalui permenungan yang sangat matang yang pada akhirnya lahirlah 5 sila yang kita kenal sekarang ini.
Beberapa tokoh penting begitu konsen dan mencurahkan pikiran dan waktunya untuk menghasilkan rumusan dasar negara yang dapat diterima oleh bangsa yang memiliki beragam perbedaan.
Selain Bung Karno, peran tokoh seperti Muhammad Yamin dan Mr. Soepomo serta tokoh lain yang menjadi anggota panitia 9 dan BPUPKI memiliki peran penting dalam penggalian dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara Repubik Indonesia.
Tokoh penggali Pancasila yang juga proklamator kemerdekaan RI kita, Bung Karno selalu dikaitkan dengan hari lahirnya Pancasila, 1 Juni.
Dalam sejarah, dikatakan bahwa konsep dasar negara disebut dengan nama Pancasila pertama kali disebut oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.
Penyebutan kata Pancasila untuk konsep dasar negara tersebut disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya di dalam sidang BPUPKI pertama pada tanggal 1 Juni 1945.Â
Pohon Sukun dan Rumah Pengasingan di Kota Ende
Lalu apa hubungan pohon sukun dan rumah pengasingan Bung Karno di Kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur? Bahkan Kota Ende pun menamakan dirinya sebagai Kota Pancasila.Â
Bung Karno adalah pemikir dan penggerak bangsa kala itu. Beliau dianggap sebagai tokoh berbahaya oleh penjajah. Karena itu, seringkali diasingkan ke tempat-tempat terpencil.
Pengaruh Bung Karno semakin besar dan menimbulkan kekhawatiran penjajah. Melalui pidato dan pergerakannya, Bung Karno menjadi orang yang sangat disegani.
Agar memutus pengaruhnya terhadap rakyat Indonesia, penjajah pun memutuskan untuk mengasingkan Bung Karno ke kota kecil di Pulau Flores bernama Ende.
Merujuk pada kemdikbbud.go.id, suatu ketika saat Bung Karno keluar dari rumah Muhammad Husni Thanrin, ia ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi penjajah Belanda.
Bung Karno kemudian dijebloskan ke penjara selama 8 bulan tanpa ada proses pengadilan. Hingga kemudian keluarlah surat dari Gubernur Jenderal Belanda bernama De Jonge pada tanggal 28 Desember 1933 yang mengasingkan Bung Karno ke Ende Flores.
Bung Karno pun bertolak menuju ke tempat pengasingannya bersama keluarga, naik kapal barang KM van Riebeek melalui Surabaya.Â
Turut serta dalam perjalanan menuju pengasingannya di Ende adalah sang isteri waktu itu, Ibu Inggit. Selain itu, ikut pula anak angkat mereka Ratna Djuami, dan ibu mertuanya.
Rumah yang ditempati adalah milik Haji Abdullah Amburawau yang berada di Kampung Amburagaga, Kelurahan Kota Raja, Ende. Rumah tersebut memiliki 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, dan 3 kamar tidur.
Di halaman depan, tumbuh 1 pohon sukun. Di sinilah, Bung Karno seringkali merenungkan dan menggali Pancasila yang kemudian dijadikan sebagai dasar negara.
Sayangnya, pohon sukun asli sudah roboh sekitar tahun 1960. Sebagai gantinya, ditanam 1 pohon sukun pada tahun 1981 yang dibentuk dengan 5 cabang.
Di bawah pohon sukun itu, dibuatkan juga patung Bung Karno yang duduk sambil melihat ke laut lepas di Pantai Ende, Flores.
Pohon sukun asli itulah yang menjadi saksi bisu ketika Bung Karno merenungkan impiannya akan masa depan bangsa Indonesia.
Pengasingan Bung Karno di Kota Ende memakan waktu selama 4 tahun, 9 bulan dan 4 hari. Pada tanggal 18 Oktober 1938, Bung Karno pun dipindahkan ke Bengkulu, Sumatera.
Beberapa peninggalan berharga dari Bung Karno yang masih terawat dengan baik di rumah pengasingannya di Kota Ende Flores diantaranya adalah ranjang, lemari, lampu minyak, dan lampu tekan.
Selain itu, ada pula biola, tongkat, setrika, peralatan makanan, dan peralatan masak yang semuanya disimpan dan dipamerkan di ruang tamu.
Beberapa lukisan karya Bung Karno juga dipajang di dinding rumah. Sementara beberapa buku koleksi Bung Karno diletakkan di teras belakang rumah.Â
Sesudah Indonesia merdeka, rumah pengasingan Bung Karno di Ende ini diresmikan menjadi Museum oleh Presiden pertama RI yang adalah Bung Karno sendiri pada tahun 1954.
Kini, rumah pengasingan di Kota Ende ini ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya berperingkat Nasional melalui Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.
Referensi:
1. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
2. https://www.kompas.com/stori/read/