Seringkali nyanyian burung hantu di malam hari itu dikaitkan dengan kematian seseorang.Â
Orang-orang di Kampung akan gelisah, sebab nyanyian burung hantu itu seolah menjemput nyawa seseorang yang akan meninggal dunia dalam beberapa hari mendatang.
Darimana asalnya pak Jagal, kami tidak tahu. Hanya cerita dari para orang tua, ia datang dari arah pantai selatan pulau Timor.Â
Sekalipun terkesan tertutup, Pak Jagal suka membantu orang yang meminta bantuan tenaganya.Â
Ia akan membantu, tanpa nyaris bersuara. Fokus untuk mengerjakan apa yang harus dikerjakannya.
Jika pekerjaannya selesai, maka ia akan pulang ke gubuknya. Mengurung diri di dalam rumah hingga sore menjelang malam hari.
Pak Jagal selalu keluar sore hari hingga malam. Entah apa yang dilakukan di luar sana.
Biasanya lelaki sangar ini akan mengasah parangnya sebelum keluar. Â Kemudian parang tajam itu disarungkan dalam sarung kulit sapi yang bikinan sendiri.
Jaket loreng lusuh selalu dikenakan ketika keluar malam. Tak lupa, ia memasukkan pisau lipat di dalam saku jaket lorengnya.Â
Sementara petek dan tembakau sek (joker) ia masukkan di dalam kantung jaket bagian atas.Â
Dan terakhir, Pak Jagal akan meraih sebuah lampu senter yang disimpan di atas satu-satunya almari tua di dekat bale-balenya.