Beras semakin langka dan mahal menjelang pelaksanaan Pemilu 2024 yang tinggal hitungan menit. Namun langkanya beras dan mahalnya pangan pokok penduduk Indonesia ini terlihat tenggelam dalam hiruk-pikuk kampanye Pilpres dan Pileg 2024.
Senin (12 Februari 2024), seorang ibu bernama Sariyem, Â warga desa Belida, Dusun Bukit Jambi, Kampung Gunung Katun. Baradatu, Way Kanan, Lampung ini bercerita jikalau beras agak langka.
Akibat dari kelangkaan beras itu, maka harganya pun menaik. Di Belida, harga beras premium yang tadinya berkisar antara Rp 10.000 hingga Rp 11.000 per kg, naik menjadi Rp Rp 12.000 per kilogram naik hingga Rp 13.500 - Rp 14.000 per kg.Â
Merujuk pada berita Okezone.com, kenaikan dan kelangkaan harga beras ini pun ditanggapi oleh menteri BUMN Erick Thohir, Senin (12 Februari 2024).Â
Erick menyampaikan bahwa kenaikan harga beras di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga pangan di dunia. Kenaikan harga pangan dunia akibat geopolitik yang tidak stabil. Perang di Gaza, lalu Rusia versus Ukraina yang belum selesai dan trseretnya negara-negara lain dalam blok perang ini.
Lalu, pertanyaan orang awam adalah apakah kenaikan beras di dalam negeri semata-mata karena geopolitik di luar negeri yang tidak stabil? Atau adakah faktor lain yang menyebabkan langkanya beras di Indonesia?
Beberapa teman diskusi pinggir jalan mengungkapkan, kelangkaan dan kenaikan beras di dalam negeri akibat kekeringan di tahun 2023. El Nino menjadi salah satu penyebabnya.
Kemarau berkepanjangan di tahun 2023, menyebabkan air petani kesulitan air untuk bertanam padi sawah. Jika pun ada yang bertanam, gagal panen. Kalau sampai panen, hasilnya juga sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara, beberapa teman yang suka mengaitkannya dengan politik dalam negeri punya pendapat yang berbeda.Â
Beras yang langka dan kemudian harganya pun mahal karena fenomena Pemilu 2024. Â Sebab banyak yang memborong beras untuk dibagi-bagikan.Â
Bantuan beras paling banyak ya dalam takaran 5 kilogram. Dikemas dan dibagikan kepada penduduk yang mayoritasnya adalah calon pemilih.Â
Lha kok bisa, mana datanya? Tuh, banyak berseliweran di media massa, termasuk media sosial. Memang ada yang dilebih-lebihkan beritanya. Namun tak ada asap kalau tidak ada api, seorang teman menimpali dalam diskusi pinggiran.
Bisa jadi, kelangkaan beras juga karena orang gemar menimbun. Simpan dulu di gudang yang besar. Nanti dijual lagi manakala harga beras semakin mahal dan mencekik leher.
Kenaikan harga beras juga diikuti bahan pangan lainnya. Gula pasir, minyak goreng,telur ayam, cabai merah, Â dan beberapa bahan makanan pokok lain juga ikut-ikutan naik.
Di Baradatu, harga cabai merah sempat menyentuh Rp 80.000 per kg. Masyarakat hanya mampu membeli 1/4 kilogram saja.Â
Sementara data dari BPS menunjukkan rata-rata harga cabai merah secara nasional mencapai level Rp 54.039 per kg pada minggu kedua Februari 2024.Â
BPS juga mencatat, ada kenaikan telur ayam ras pada minggu kedua Februari 2024 secara nasional. Naik dari Rp 29.537 per kg menjadi Rp 29.862 per kilogramnya.
Kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini hendaknya diperhatikan secara serius. Apalagi sebentar lagi akan mamasuki bulan Ramadan yang mana kebutuhan akan pangan pokok akan meningkat tajam.
Apabila tidak dikendalikan dari sekarang, maka harga barang pokok akan semakin tinggi. Sementara daya beli masyarakat menjadi menurun.Â
Berharap pada Bantuan Sosial alias Bansos? Tentu tidak. Sebab tidak semua warga mendapatkan Bansos. Lagi pula, Bansos itu tak dapat diandalkan. Hanya sekadar membantu meringankan beban ekonomi rumah tangga yang benar-benar kesulitan. Idelanya sih begitu!***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI