Beras yang langka dan kemudian harganya pun mahal karena fenomena Pemilu 2024. Â Sebab banyak yang memborong beras untuk dibagi-bagikan.Â
Bantuan beras paling banyak ya dalam takaran 5 kilogram. Dikemas dan dibagikan kepada penduduk yang mayoritasnya adalah calon pemilih.Â
Lha kok bisa, mana datanya? Tuh, banyak berseliweran di media massa, termasuk media sosial. Memang ada yang dilebih-lebihkan beritanya. Namun tak ada asap kalau tidak ada api, seorang teman menimpali dalam diskusi pinggiran.
Bisa jadi, kelangkaan beras juga karena orang gemar menimbun. Simpan dulu di gudang yang besar. Nanti dijual lagi manakala harga beras semakin mahal dan mencekik leher.
Kenaikan harga beras juga diikuti bahan pangan lainnya. Gula pasir, minyak goreng,telur ayam, cabai merah, Â dan beberapa bahan makanan pokok lain juga ikut-ikutan naik.
Di Baradatu, harga cabai merah sempat menyentuh Rp 80.000 per kg. Masyarakat hanya mampu membeli 1/4 kilogram saja.Â
Sementara data dari BPS menunjukkan rata-rata harga cabai merah secara nasional mencapai level Rp 54.039 per kg pada minggu kedua Februari 2024.Â
BPS juga mencatat, ada kenaikan telur ayam ras pada minggu kedua Februari 2024 secara nasional. Naik dari Rp 29.537 per kg menjadi Rp 29.862 per kilogramnya.
Kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini hendaknya diperhatikan secara serius. Apalagi sebentar lagi akan mamasuki bulan Ramadan yang mana kebutuhan akan pangan pokok akan meningkat tajam.
Apabila tidak dikendalikan dari sekarang, maka harga barang pokok akan semakin tinggi. Sementara daya beli masyarakat menjadi menurun.Â