Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Catatan Seorang Petani Gurem: Musim Tanam Nyata Bergeser

21 Januari 2024   06:54 Diperbarui: 21 Januari 2024   11:30 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musim tanam mulai bergeser (FOTO ANTARA/Basri Marzuki)

Global climate change juga diakibatkan karena peningkatan emisi. Pembakaran batu bara, gas, dan minyak bumi menimbulkan dikosida dan nitrogen dioksida. Belum lagi laju deforestasi yang tidak terkendali dan pemanfaatan pupuk nitrogen yang berlebihan di dunia pertanian.

Selain itu, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) kendaraan bermotor pun memberi kontribusi pada perubahan iklim global. Bensin dan bahan bakar lainnya yang digunakan adalah bahan bakar fosil. Pembuangan gas kendaraan tersebut mengandung polusi berupa gas kimia.

Semakin banyaknya kendaraan yang menggunakan BBM fosil, memberi kontribusi pada peningkatan perubahan iklim di dunia. Penumpukan sampah juga menghasilkan gas metana yang ikut memberi dampak bagi terjadinya perubahan iklim. 

Apa yang Harus Dilakukan Petani Menghadapi Perubahan Iklim Global?

Sebagai petani gurem yang hanya berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, kami selalu berusaha untuk memastikan bahwa lahan, tanaman, dan ternak kami tetap dipertahankan. Tak hanya dinikmati oleh generasi sekarang, tetapi berlanjut hingga ke anak, cucu, dan cece kami.

Namun banyak persoalan yang tak mampu kami hadapi. Terutama berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang tak dapat dikontrol. 

Karenanya, perlu berpikir ulang tentang konsep pertanian yang selama ini telah kami peroleh. Konsep menggenjot produksi dan produktivitas lahan, menyebabkan peningkatan penggunaan pupuk kimiawi dan pestisida. 

Peningkatan penggunaan input pertanian yang cenderung meningkat, ternyata berkontribusi juga pada peningkatan emisi. Selain lahan meningkatkan ketergantungan lahan terhadap pemupukan bersumber dari pupuk kimiawi.

Berpikir cerdas dengan memetakan kembali perubahan-perubahan iklim yang tengah terjadi. Memetakan musim hujan yang sudah bergeser ke bulan lain. Juga memprediksi berapa lama kira-kira hujan turun dalam setahun. 

Dengan mengetahui perkiraan tentang kapan hujan akan turun dan dalam berapa bulan hujan membasahi bumi dengan jumlah air yang cukup untuk bertanam, maka kami akan menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam saat itu.

Konservasi air, juga harus menjadi prioritas kami. Bagaimana menangkap air sebanyak mungkin dan masuk ke dalam tanah untuk membantu air tanah. Mencegah run off saat musim hujan dengan menanam tumbuhan cover crop yang cocok di sekitar kebun kami. 

Mendidik anak menanam pohon sejak dini, bagian dari konservasi lahan dan air (dok foto: pppa.or.id)
Mendidik anak menanam pohon sejak dini, bagian dari konservasi lahan dan air (dok foto: pppa.or.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun