Ibu-ibu dan anak remaja, saban hari pergi ke pinggir sungai yang masih dapat diambil airnya. Mereka mencuci pakaian sekalian mandi di sana. Pulangnya, membawa beberapa gayung air minum untuk dijerang menjadi air minum dan juga untuk memasak makanan bagi anggota keluarga.Â
Ah, maaf. Terlalu bersemangat untuk mendeskripsikan kondisi yang tengah dihadapi, Fenomena El Nino. Padahal El Nino dan fenomenanya, bukanlah hal yang baru.Â
Penduduk Timor Barat sudah kebal menghadapinya. Tak hanya di waktu muncul si El Nino yang katanya, bakal diikuti pula oleh pacarnya yang bernama La Nina ini. Tiap tahun, penduduk selalu menghadapi cekaman kekeringan nan panjang.
Tidaklah mengherankan, jika banyak kearifan lokal yang muncul di sana dalam rangka menjaga diri tetap survive ketika menghadapi cekaman kekeringan.Â
Strategi Sederhana Penduduk untuk Tetap SurviveÂ
Bagi penduduk yang hidup di kota, memiliki uang dan fasilitas yang mumpuni mungkin tidak akan pernah mengalami yang namanya masa kesulitan. Kekurangan bahan pangan dan menipisnya ketersediaan air bersih. Tetapi di kampung-kampung yang ada di Timor Barat, masih banyak yang mengalaminya.
Hanya saja, penduduk di kampung sudah mendapatkan 'warisan hidup' dari leluhur tentang bagaimana bertahan di tengah cekaman kekeringan nan panjang. Hidup tak boleh mengeluh, tetapi pergi mencari dan menemukan apa yang harus dibawa pulang ke rumah.Â
Inilah cara penduduk Timor Barat untuk tetap survive terhadap cekaman kekeringan, utamanya di kampung-kampung dan pelosok.
1. Membuat Oeleu atau Air Pemali
Hampir semua sumber mata air di Timor Barat merupakan Oelue atau Air pemali bagi suku tertentu. Tidak sembarangan orang memasuki kawasan Oeleu ini, apalagi untuk mengambil hasil-hasil yang ada di situ.
Jika ada yang masuk tanpa izin, maka sudah dipastikan akan diproses secara hukum. Biasanya didenda berupa kain adat dan ternak. Jumlah denda ditentukan oleh tua-tua adat setelah dilakukan pemeriksaan secara intensif.