Air bersih menjadi kendala saat kemarau panjang, apalagi El Nino. Sumur-sumur penduduk tak cukup air dan mengering.Â
Penduduk terpaksa menggali lubang-lubang darurat di pinggir sungai untuk mengambil air bersih. Sebagai kebutuhan makan minum sehari-hari.
Mereka mandi di  sungai. Lalu membawa pulang satu dua ember ke rumah. Karenanya,  tanaman yang ada di rumah juga  harus disiram secara bergilir.
Paling efisien, memakai model irigasi tetes sederhana. Melubangi botol air mineral, tancapkan di dalam polibag dan isi air ke dalam botol.
Air akan menetes perlahan-lahan di dalam pot. Dengan demikian, kita dapat menghemat air dalam menyiram tanaman.
Pakai air bekas cucian beras
Para ibu di Semoga Jaya sudah bisa manfaatkan air cucian beras untuk menyiram tanamam sayur dalam polibag yang diletakkan di sekitar rumah.Â
Selain air cucian beras, air cucian cepuran pakaian pum masih dapat dimanfaatkan. Namun hanya cucian terakhir yang busa sabunnya sudah berkurang.Â
Bekas air cucian piring tidak digunakan. Sebab berminyak dan ada sisa-sisa bumbu yang bahkan bisa mematikan tanaman sayur.
Pilih tanaman yang bertahan hidup
Tidak semua jenis tanaman sayuran bisa bertahan hidup selama kemarau panjang.Â
Di Semoga Jaya, petani memilih untuk bertanam sayuran umur pendek, 2-3 minggu sudaj dapat panen. Ada sawi dan bayam.
Tak ketinggalan pula tanaman sayuran yang bisa bertahan hingga 6 bulan, bahkan 1 tahun. Ada cabe rawit, tomat, terong, ketimun, bawamg merah dan kacang panjang.Â