Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Warsun Bu Sholeh: Ambil Makanan dan Catat Sendiri

26 September 2023   07:20 Diperbarui: 30 September 2023   02:44 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan bersama seperti ini sangat luar biasa untuk ukuran anak kos zamanku, hanya jika ada acara tertentu saja (dok foto: arekgedhe.blogspot.com)

Biaya hidup seperti sekolah putri semata wayang,  kesehatan, kebutuhan akan sandang dan hiburan juga menjadi perhatian. Karena mereka pun membutuhkan uang.

Namun  mereka tak ingin mengambil untung sebanyak-banyaknya. Cukuplah untuk membeli bahan-bahan makanan untuk usaha warung makan. Lalu ada kelebihan untuk biaya hidup keluarga.

Harga makanannya yang paling murah, menjadikan makanan di warungnya cepat habis sebelum maghrib. Pelanggannya bukan hanya mahasiswa sekitar Bafak. Ada yang dari Babakan Peundeu, Tegal Manggah, Cidangiang atau Ciwaluya.

Cara gen muda zaman now menghemat dengan belanja dan masak apa yang bisa dimasaki (dok foto: genmuda.com)
Cara gen muda zaman now menghemat dengan belanja dan masak apa yang bisa dimasaki (dok foto: genmuda.com)

Prinsip kedua, berbagi rasa. Sekalipun banyak pembelinya, pemilik warung berjasa Bu Sholeh dan Pak Sholeh lumayan banyak mengenal nama.  Juga asal daerah mahasiswa yang sering beli nasi bungkus di sana

Apalagi orang model seperti saya. Berkulit hitam, rambut keriting dan sering telat bayar uang makan sampai satu bulan. 

Bu Sholeh tak pernah menagih. Biasanya seminggu sekali saya update saldo dalam buku. Masih plus berapa atau sudah minus berapa.

"Nggak apa-apa Aris, nanti aja kalau sudah ada uangnya", kata bu Sholeh sambil tersenyum.  Bahkan seringkali ia membungkuskan gorengan seperti bakwan atau krupuk untuk dibawa pulang ke kos.

O, ya. Bu Sholeh memanggil saya dengan nama Aris. Beliau sulit menyebut nama Goris. Jadilah, saya dipanggil "Aris" oleh Bapak dan Bu Sholeh. Di-Sunda-kan. Ya, sudah sehendak hati bu ajalah, hehehe. 

Gegara itu, teman sekos asal Kerawang sering bilang kalau beli mah nitip aja sama si Aris, anak kesayangannya Bu Sholeh.  Banyak gratisnya....! Entah dimana tuh si Joni Surya yang satu ini, teman sekos di Bafak dahulu.

Sarapan pagi mahasiswa kos di warung makan sederhana (dok foto: hipwee.com)
Sarapan pagi mahasiswa kos di warung makan sederhana (dok foto: hipwee.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun