Gentrifikasi adalah "Imigrasi penduduk kelas ekonomi menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya atau yang baru saja diperbaharui dan dipermodern," (Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI).Â
Dari pengertian di atas, gentrifikasi dapat dimaknai sebagai suatu proses di mana daerah dengan karakteristik sosial dan ekonomi yang rendah secara bertahap mengalami perubahan menjadi daerah yang lebih kaya dan bersifat urban.Â
Hal ini biasanya terjadi ketika individu atau kelompok dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi membeli atau menyewa properti di daerah tersebut, mengubahnya, dan menarik penghuni, bisnis, dan investasi baru.
Gentrifikasi memiliki dua dampak, seperti bermuka dua. Salah satu mukanya terlihat kinclong, sementara bagian lainnya terlihat tidak terawat. Mirip-mirip juga, seperti memoles jalan-jalan utama saja, hotmix, sementara jalan menuju kampung luar biasa rusak, berdebu dan berlumpur.
Gentrifikasi perlu dimoderasi. Tujuannya mengurangi yang terlalu kinclong dan menaikkan yang tidak terawat. Bertemu di tengah-tengah. Klop!Â
Kalau sudah klop, bisa muncul wajah asri desa gaya baru. Lebih makmur, lebih asri, dan sama-sama hidup sejahtera, baik yang bermigrasi maupun penduduk aslinya. Ekonomi membaik, budaya desa tetap terpelihara, lingkungan terawat.Â
Kelebihan GentrifikasiÂ
Banyak kelebihan yang dapat dirasakan akibat gentrifikasi. Setidaknya ada 4 kelebihan atau manfaat dari gentrifikasi yang dilihat dan dialami oleh penulis.
Pertama, perbaikan infrastruktur. Proses gentrifikasi seringkali disertai peningkatan infrastruktur. Ada perbaikan dan penambahan fasilitas yang dapat mendukung kegiatan di sana.Â
Jalan-jalan ditata ulang. Ada perbaikan atau pembuatan taman terbuka untuk publik yang lebih baik. Juga ada penambahan fasilitas umum dan meningkatkan kualitas hidup lingkungan.
Komplek perumahan yang seringkali dibangun di areal pedesaan berdampak pada perbaikan jalan di sekitar. Akses jalan desa ke jalan kota menjadi lebih lancar karena jalan menjadi lebih baik. Transportasi pun menjadi lebih baik.Â
Kedua, peningkatan nilai properti. Gentrifikasi dapat meningkatkan harga properti di daerah yang mengalami gentrifikasi, memberikan manfaat bagi pemilik yang telah ada dan juga potensi keuntungan bagi investor.
Ketiga, peningkatan pendapatan lokal. Kedatangan penduduk baru yang membawa kemampuan pembelian yang lebih tinggi ke daerah yang mengalami gentrifikasi dapat merangsang pertumbuhan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan penduduk setempat.
Sebagai contoh, hadirnya kampus-kampus negeri di desa membawa berkah bagi penduduk lokal setempat. Rumah-rumah penduduk desa mulai difungsikan sebagai kos bagi mahasiswa.Â
Warung-warung makan bermunculan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sekaligus mendatangkan keuntungan bagi penduduk lokal, yakni punya pendapatan. Kios sembako dan bengkel motor juga mulai dilirik oleh penduduk setempat untuk memperoleh uang.Â
Keempat, transfer pengetahuan dan teknologi. Gentrifikasi juga berkontribusi bagi peningkatan pengetahuan dan teknologi di desa. Kehadiran kaum urban bisa berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman baru bagi masyarakat asli.
Masih terkait kehadiran kampus-kampus di desa. masyarakat yang tadinya kurang tertarik pad pendidikan menjadi lebih tertarik. Pengetahuan bahasa asing pun mulai dianggap penting untuk dipelajari.Â
Kekurangan Gentrifikasi
Namun, gentrifikasi juga memiliki kekurangan. Selalu ada dampak negatif dari hadirnya sesuatu yang baru, termasuk gentrifikasi yang mana menghadirkan orang-orang kota dengan pemikiran dan gaya hidup yang berbeda dengan penduduk asli.
Berikut beberapa kekurangan dari gentrifikasi yang perlu diperhatikan. Semua kekurangan ini bergantung pada niat masyarakat dan pemerintah setempat untuk menguranginya atau meniadakannya sama sekali.
1. Pengusiran penduduk asli. Salah satu dampak negatif utama gentrifikasi adalah pengusiran penduduk asli yang tidak mampu mempertahankan biaya hidup yang semakin tinggi.Â
Mereka menjadi tergusur secara alami atau dipaksa tergusur. Menjual rumah dan tanah mereka pada para pendatang lalu pergi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya dan komunitas yang ada sebelumnya.
2. Ketimpangan ekonomi. Proses gentrifikasi seringkali membuat kesenjangan sosial semakin besar dengan adanya pemisahan antara penduduk yang mampu dan tidak mampu secara ekonomi.Â
Penduduk yang mampu mulai mengembangkan dirinya. Rumah ditata menjadi elite dan mulai membatasi pergaulan dengan lingkungan sekitar.Â
3. Kenaikan harga sewa. Dalam banyak kasus, gentrifikasi dapat menyebabkan kenaikan harga sewa yang signifikan, membuat penduduk yang sudah ada kesulitan untuk tetap tinggal di daerah tersebut.
Di desa pun ada orang yang tidak memiliki rumah dan hidup dengan menyewa rumah orang lain. Gentrifikasi mengakibatkan penduduk yang tidak mampu memiliki uang menjadi kesulitan menyewa harga rumah dan properti lainnya.
4. Ketimpangan sosial. Desa yang tadinya hidup bergotong-royong dalam mengerjakan sesuatu berubah menjadi individualistis. Segalanya disewa atau minta dibayar.
Seiring kompleksitasnya, dampak gentrifikasi bisa bervariasi, bergantung pada konteks geografis dan sosial yang spesifik dalam setiap kasusnya.Â
Namun yang paling utama adalah memoles dua wajah gentrifikasi yang ada sehingga kehidupan sosial ekonominya tidak jomplang. Semuanya berwajah Kinclong. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H