1. Pengusiran penduduk asli. Salah satu dampak negatif utama gentrifikasi adalah pengusiran penduduk asli yang tidak mampu mempertahankan biaya hidup yang semakin tinggi.Â
Mereka menjadi tergusur secara alami atau dipaksa tergusur. Menjual rumah dan tanah mereka pada para pendatang lalu pergi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya dan komunitas yang ada sebelumnya.
2. Ketimpangan ekonomi. Proses gentrifikasi seringkali membuat kesenjangan sosial semakin besar dengan adanya pemisahan antara penduduk yang mampu dan tidak mampu secara ekonomi.Â
Penduduk yang mampu mulai mengembangkan dirinya. Rumah ditata menjadi elite dan mulai membatasi pergaulan dengan lingkungan sekitar.Â
3. Kenaikan harga sewa. Dalam banyak kasus, gentrifikasi dapat menyebabkan kenaikan harga sewa yang signifikan, membuat penduduk yang sudah ada kesulitan untuk tetap tinggal di daerah tersebut.
Di desa pun ada orang yang tidak memiliki rumah dan hidup dengan menyewa rumah orang lain. Gentrifikasi mengakibatkan penduduk yang tidak mampu memiliki uang menjadi kesulitan menyewa harga rumah dan properti lainnya.
4. Ketimpangan sosial. Desa yang tadinya hidup bergotong-royong dalam mengerjakan sesuatu berubah menjadi individualistis. Segalanya disewa atau minta dibayar.
Seiring kompleksitasnya, dampak gentrifikasi bisa bervariasi, bergantung pada konteks geografis dan sosial yang spesifik dalam setiap kasusnya.Â
Namun yang paling utama adalah memoles dua wajah gentrifikasi yang ada sehingga kehidupan sosial ekonominya tidak jomplang. Semuanya berwajah Kinclong. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H