Penulis tidak mau berkomentar terhadap pemakaian pakaian karena itu berkaitan dengan pilihan pribadi individu. Yang patut disayangkan adalah aksi guru yang melakukan hal tersebut.Â
Guru-guru ini, mengambil jalan pintas. Dimana sebenarnya pikirannya, bukankah harus memberikan teladan termasuk dalam melakukan suatu keputusan? Dimana peran guru yang harus mengambil suatu keputusan dengan bijaksana?Â
Lalu dimana pula guru BP yang bertugas untuk menasehati siswa-siswi di sekolah? Bukankah kehadiran mereka untuk membantu mengarahkan dan menyelesaiakan persoalan yang dihadapi siswa dengan baik dan manusiawi?
Sementara, pernah juga terjadi razia cukur rambut yang justru mendapatkan pujian. Adalah siswa pria SMA 7 Cirebon yang bukannya melarikan diri tetapi antri untuk dicukur rambutnya saat razia. Pasalnya, razia ini melibatkan Redbox Barbershop Cirebon.Â
Peristiwa ini memang sudah terjadi setahun yang lalu, tepatnya pada hari Senin (31 Oktober 2022). Demikian diberitakan dalam https://sumedang.jabarekspres.com/2022/11/.Â
Memang, dampak yang dirasakan oleh setiap siswa tentunya berbeda-beda. Ada yang sangat terpukul, ada yang terlihat sedang-sedang saja dan mungkin ada pula yang cuek-cuek saja.Â
Terlepas dari penerimaan siswa yang berbeda-beda, ada beberapa dampak buruk siswa-siswi yang dicukur rambutnya di sekolah terutama dalam hal psikologis dan sosial. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut.
1. Rasa malu dan rendah diri. Siswi mungkin merasa malu karena penampilannya berubah secara drastis. Proses dicukur rambutnya di depan teman-teman sekelas dapat memicu perasaan rendah diri.
2. Stigma dan ejekan. Proses mencukur rambut di sekolah dapat menarik perhatian rekan-rekan sekelas. Hal ini dapat menyebabkan siswi menjadi sasaran ejekan atau cemoohan dari teman-temannya.