Akhir-akhir ini, publik  mendapatkan sajian  menarik dari para elite negeri +62 ini. Para penggede sibuk saling menjajaki untuk berkoalisi atau saling mendepak.
Berkoalisi untuk memantapkan kekuasaan melalui perhelatan Pemilu serentak 2024. Pemilu Legislatif, Pilpres plus Pilkada.
Sibuk untuk saling menelikung dan mendepak. Sekaligus menyalahkan orang lain. Mumcul lagi istilah kambing hitam atau musang (serigala) berbulu domba.Â
Ah, mereka sibuk bukan tentang bagaimana memperhatikan grass root agar level kesejahteraannya meningkat. Tetapi lebih pada kata-kata semisal musang berbulu domba, dan lain-lain.
Bukan juga tentang ajakan dan praktik berkolaborasi dan berkoalisi. Atau entah apa sebutannya untuk mewujudkan suatu komitmen bersama.  Cita-cita luhur the founding fathers kita "Mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata".Â
Ya, suatu kerja sama untuk kepentingan yang nilainya sangat besar. Tak hanya untuk kelompoknya tetapi bagi segenap lapisan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita sebut sebagai NKRI ini.Â
Bukan! Bukan itu yang kini sedang dipertontonkan. Banyak  hal yang disuguhkan, hingga membuat rakyat tertarik ke dalam pusarannya.
Ada beberapa tontonan yang menarik, lucu dan menggemaskan. Bahkan menuai komentar-komentar yang semakin menggairahkan.
Tontonan pertama, kita mulai dari yang terhangat, "Janji yang tak rasional".
Setelah Cak Imin disandingkan sebagai Bacawapresnya Anies Baswedan, muncullah "Janji Cak Imin" yang beredar luas di berbagai akun media sosial.Â
Dua janji yang membuat masyarakat yang masih punya pikiran rasional geleng-geleng kepala. Dan tersenyum masam saat menonton tayangan-tayangan yang berseliweran di media sosial.
Janji pertama, jika  pasangan Anies-Cak Imin berhasil memenangkan Pilpres maka para ibu hamil dapat uang sokongan sebesar IDR 6 juta. Wow...Syahrini bilang, sesuatu deh.Â
Benarkah? Bisakah? Rasionalkah? Entahlah! Tetapi para mendukungnya pun ikut mrenyebarluaskan janji-janji manis itu.
Janji kedua, para pemilik kendaraan tak usah pusing memikirkan BBM. Sebab bakal digratiskan. Gratis...tis...tis....!
Lalu Bacapres lain pun mulai angkat suara. Ingin memberi sesuatu yang gratis pada rakyatnya apabila memenangkan Pemilu. Atau paling tidak, menaikkan gaji kelompok profesi secara fantastis yang dinilai masih rendah.Â
Ah, janji manis jangan cepat ditanggapi. Ingatlah peribahasa, "Manis jangan cepat ditelan, Â pahit jangan cepat dimuntahkan". Â Jangan sampai kecewa belakangan.
Tontonan lain yang tak kalah heboh adalah mendadak akrab dengan nama hewan. Akrab sama musang dan familiar sama domba.Â
Kata seorang penggede, ada musang serigala berbulu domba. Istilah yang tepat sebenarnya Serigala berbulu domba. Â Musang berbulu ayam.Â
Serigala kan gemar memangsa domba. Kalau ia berbulu domba, maka kawanan domba tidak curiga. Sementara Musang doyan ayam. Sama-sama bermakna, mangsanya diembat saat lengah.Â
Ketika domba-domba lengah atau memberi kepercayaan pada si musang berbulu domba ini, maka dengan leluasa iacmenjalankan aksi jahatnya.Â
Entahlah, siapa yang disebut sebagai musang berbulu domba. Hanya penggede yang mengeluarkan statemen ini dan timnya sajalah  yang tahu, siapa yang dibidiknya.Â
Satu lagi, muncullah hewan lain bernama kambing. Tetapi kambing hitam.Â
Katanya sih ini adalah skenario dari Pak Lurah. Jadi ujung-ujungnya Pak Lurah yang dikambinghitamkan.Â
Ah, para penggede kita nampaknya tidak mau merefleksikan kekurangannya. Mereka lebih suka menuding orang lain.Â
Jadi ingat peribahasa yang satu ini, "Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak".Â
Untuk masyarakat kecil, berpikirlah secara rasional. Jangan mau menjadi pelanduk yang mengorbankan diri di tengah perkelahian dua ekor gajah.Â
Never do it!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H