Alasan pertama, jarak sekolah untuk ABK sangat jauh dari Dusun Bukit Jambi. Baru ada satu sekolah satu atap untuk SD, SMP, dan SMA yaitu SLBN Baradatu. Sementara belum ada SLB untuk siswa dengan usia di bawah SD.
Alasan kedua, orang tua merasa malu kalau anaknya dianggap sebagai Anak Berkebutuhan Khusus. Menurut kepala TK Bina Karya Atun Setiani, orang tua juga enggan untuk menerima anaknya dikategorikan sebagai Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK.Â
Kepala sekolah yang lebih sering disapa sebagai Bunda oleh anak-anak ini juga menyatakan bahwa apabila anak-anak ditolak untuk diterima di sekolah maka mereka akan bermain saja di rumah. Di sana, orang tua kurang memperhatikan kebutuhan pendidikan mereka.Â
Karena kondisi seperti itulah, maka anak-anak yang lamban ini diterima di TK Bina Karya Bukit Jambi. Materi  didikan disamakan seperti anak-anak lainnya.Â
Saat ini, ada tiga guru yang mengajar di Taman Kanak Kanak Bina Karya. Atun Setiani sebagai kepala sekolah sekaligus bertindak sebagai guru. Ada lagi dua guru lainnya, Levi Wulandari dan Milasari.
Taman Kanak Kanak baru mendapatkan akreditasi pada tangga 11 Desember 2022. Akreditasi ini adalah yang pertama sejak berjuang selama 7 tahun. Masa akreditasi Taman Kanak Kanak Bina Karya akan berakhir di tahun 2027.Â
Agar sekolahnya bisa bertahan hidup, maka kepala sekolah bersama komite sekolah menempuh berbagai strategi. Tidak semua orang tua siswa mampu untuk membiayai anak-anaknya bersekolah di TK Bina Karya.
Bentunglah, dua guru yang ikut mengabdi pun dapat menerima bahwa tujuan mereka ikut mendidik anak-anak di TK Bina Karya adalah mengabdi. Sebab uang bulanan yang mereka terima sangatlah kecil.Â
Sering kali, kepala sekolah harus merogoh kocek sendiri untuk membiayai operasional sekolah. Alat-alat bermain, alat perga dan buku-buku masih jauh dari kata 'cukup'.Â
Meskipun demikian, para guru berusaha untuk kreatif dalam mendampingi dan mendidik anak-anak usia dini ini yang sangat membutuhkan bimbingan.Â