Tidak uring-uringan dan kesal karena pesawat delay. Mengapa? Ya, berkat menulis 2 artikel  di Kompasiana, saat menunggu di Waiting room 2E/3E Soekarno/Hatta.
Minggu 20 Agustus 2023. Awalnya saya agak emosi manakala mendapatkan informasi, pesawat JT Â sekian-sekian rute Jakarta-Bandar Lampung bakal terlambat.Â
"Alasan teknis", begitu penjelasan pegawai di dalam ruang tunggu ketika banyak penumpang yang menanyakan alasan pesawat delay. Memang pesawat yang satu ini hampir tidak pernah ontime.
Tentu saja saya emosi sebab berangkat dari Kupang ke Jakarta via Surabaya itu pukul 06.15 Wita. Di Surabaya, pesawatnya terlambat sekira 60 menit. Masih lumayan, tidak sampai berjam-jam.
Di dalam ruang tunggu E3, para penumpang mulai gelisah. Sebenarnya tak perlu gelisah, toh sudah diumunkan bahwa pesawatnya delay. Namun manusia, tetaplah manusia.Â
Pada boarding pass tertulis, Boarding pukul 12.10 WIB dan keberangkatan 12.40 WIB. Namuj sekira pukul 13.00 WIB baru ada pengumuman. Lesawak bakal delay hingga 3 jam.
Waduh, berabe. Namun karena sering menghadapi situasi pesawat terlambat, makak saya pun mencoba untuk tetap santai. Â Sebab, mau uring-uringan atau emosi pun tidak akan cepat berangkat.
Beberapa saat setelah pengumuman pesawat delay, datanglah kompensasi pertama. Air mineral dalam kemasan cup plus sekerat roti dalam bungkusan.
Saya tak ikutan antri mengambil jatah kompesansi dimaksud. Selain karena agak enggan untuk antri, juga karena masih kenyang.
Tak ada niat juga untuk membuka laptop yang selalu menemani diriku ketika bepergian. Saya pun memutuskan untuk mengeluarkan handphone dari saku jaket.
Satu persatu mengecek aplikasi akun media sosial. WhatsApp pribadi dan grup. Membalas beberapa chat dari teman.
Pindah lagi ke twitter. Melihat trend berita di Indonesia, termasuk twitt dari pejabat publik dan artis tanah air.Â
Dari twitter pindah ke facebook. Lumayan lama melihat beranda akun FB. Lalu approve beberapa kiriman anggota di FB group.
Lumayan nih, ada medsos yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk menghabiskan waktu manakala menunggu pesawat delay seperti ini.
Masih lama nih. Tinggal satu akun yang belum dicek, Instagram. Bergegas saya mengecek IG nya. Melihat postingan selebriti dan pejabat negara. Tentu saja postingan teman IG.
Ketemu juga beberapa postingan sahabat Instagram terkait artikel Kompasiana terbaru mereka. Dari situlah muncul ide, mendingan menulis artikel pakai handphone saja.Â
Jadilah, artikel pertama berjudul Perempuan adalah Tiang Agung, Terminal, dan Benteng Pertahanan Keluarga". Nampaknya tulisan ini mengalir saja, sebab 90 persennya adalah terkait dengan penglihatan sehari-hari.Â
Dalam waktu 30 menit, jartikelnya pun rampung. Lengkap dengan beberapa foto sebagai pemanis tulisan.
Seperti biasa, setelah berhasil menayangkan artikel di Kompasiana, saya pun berkunjung untuk membaca tulisan teman-teman di Kompasiana.Â
Selain membaca, sekaligus membubuhlan nilai menarik, aktual, bermanfaat, inspiratif, menghibur, atau unik. Semuanya penting, namun karena hanya 1 kali, maka cukuplah memberi 1 nilai.Â
Tak lupa pula. Meninggalkan beberapa komentar singkat pada tulisan beberapa teman yang keren-keren itu.Â
Tak berapa lama sekira puku 15.00 WIB, terdengar lagi pengumuman yang ditujukan pada penumpang JT sekian-sekian untuk mengambil jatah makan siang.
Nah, nampaknya perlu mengambil jatah nih. Sebab perut pun mendadak keroncongan.Â
Kompensasi kedua berupa sekota makanan berisi nasi, mie, dan 3 potong kecil ayam saos. Lumayan buat mengganjal perut dan memberi makan cacing dalam perut yang sudah pada lapar.Â
Berbekal sekotak nasi dan air mineral kompensasi, Â saya kembali menulis artikel untuk Kompasiana. Mumpung lagi semangat.
Sebuah foto dari dokumen handphone menjadi inspirasi untuk menulis artikel. Ya, sambal matah buatan sendiri tetiba menjadi begitu menarik untuk di-share dalam bentuk artikel sederhana.Â
Jadilah, artikel kedua dengan judul "Resep Mudah Membuat Sambal Matah Timor dari Bahan Organik" pun ditulis dalam blog Kompasiana ini.Â
Sayangnya, pukul 16.40 WIB, petugas mengumumkan agar penumpang  pesawat dengan JT sekian sekian tujuan Bandar Lampung untuk naik pesawat.
Tidak lupa save, tulisan yang sudah rampung 90 persen ini pun saya tutup. Toh tinggal finishing lalu tayang.Â
Senin, 21 Agustus 2o23 sekira pukul 05.00 WIB tulisan tentang sambal matah Timor pun tayang. Sambil deg degan, takut kenal bully sama sahabat Kompasiana yang sangat jago perkara resep dan kuliner.
Syukurlah, ternyata kekhawatiran saya tidak terjadi. Malahan sahabat Kompasiana yang jago-jago ini sangat mendukung artikel resep Sambal Matah ala Orang Timor.
Terima kasih untuk sahabat Kompasiana yang sudah mendukung kedua artikel yang ditulis dalam ruang tunggu 2E/E3 Soekarno/Hatta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H