Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ini 3 Tempat Masa Kecil nan Berkesan, Selalu Kudatangi Saat Pulkam

23 Juni 2023   19:35 Diperbarui: 25 Juni 2023   07:11 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi padang Netenkain menuju ke kampung halaman di bulan April, salah satu lokasi padang berumput tempat ternak  herbivora mencari makanan (dokpri)

Setiap orang yang sudah beranjak dewasa atau menuju sepuh, pastilah kadang-kadang merindukan kenangan masa kecil.  Apalagi masa kecilnya di tempat lain dan kini menetap di kampung atau kota lain. Jauh dari tempat tinggal sekarang. 

Banyak sekali kenangan masa kecilku di kampung halaman. Dari sekian banyak, ada tiga tempat masa kecil yang nampaknya melekat sekali di dalam kenangan, selain rumah tua dan rumah adat.  Ketiga lokasi ini memang sangat dikenang, sebab masa kecil kami dihabiskan di sini. Tentu saja selain di rumah dan sekolah.  

Ah rindu rumah. Rindu ayah dan bunda meskipun tinggal pusara. Rindu teman-teman masa kecil. Rindu sanak saudara, di sana. Di kampung halaman.  Perjalanan kali ini, diiringi lagu Wizz Baker, Rindu Rumah yang kami nyanyikan bersama di atas pick up. "Rindu memaksaku untuk Kembali...."

Mandi dan Mencari Udang di Sungai

Sungai adalah tempat favorit masa kecil. Di kampung halaman, ada beberapa sungai kecil yang airnya tidak pernah mengering. Paling debit airnya berkurang saja ketika tiba musim kemarau. 

Sungai-sungai alami seperti itu biasanya ada kolamnya juga. Air terjebak di antara bebatuan. Kedalaman kolamnya bervariasi. 

Kolam di sungai inilah yang biasa kami jadikan sebagai tempat mandi. Berenang, menyelam, dan salto dari atas batu.

Ada pula kolam yang sengaja dibendung di musim kemarau. Ke dalam kolam bendungan ini, kami masukkan potongan ranting jambu air hutan. Pohon-pohon ini biasa tumbuh di sekitar pinggir sungai. Jadi tidak susah untuk memperolehnya.

Kolam ini kami namakan oe kuba. Dua atau tiga bulan kemudian dibongkar untuk menangkap udang-udang dan belut yang ada di dalamnya.

Oe kuba tidak sembarangan dibongkar. Hanya sang pemilik yang membongkarnya bila dianggap udangnya sudah cukup besar.

Sungai di kampung temapt bermain kami di masa kecil masih tetap ada airnya saat saya berkunjung ke sana bulan Juni 2023 ini (dokpri)
Sungai di kampung temapt bermain kami di masa kecil masih tetap ada airnya saat saya berkunjung ke sana bulan Juni 2023 ini (dokpri)

Menggembala Sapi di Padang

Di kampung halaman, ada dua cara memelihara ternak sapi. Digembalakan di padang rumput dan diikat di sekitar pekarangan dan kebun.

Sapi dalam jumlah banyak biasa dilepas untuk mencari pakan sendiri. Pada musim penghujan, rumput dan daun tumbuh menghijau. 

Ternak sapi tak perlu diberikan makanan tambahan di musim hujan. Berbeda dengan musim kemarau. Rumput mengering, daun berguguran. 

Saat kesulitan pakan di musim kemarau, sapi-sapi lebih sering digembalakan. Tugas kami adalah membawa sapi-sapi ke lokasi yang ada pohonnya. 

Kabesak, matani, bambu hutan, pohon waru, beringin, kosambi sering menjadi sasaran. Kami memanjat pepohonan itu, memotong rantingnya dan membiarkan sapi-sapi berpesta-pora dengan pakan yang ada.

Saat makan itulah, kami pun mulai bermain. Paling sering dimainkan adalah gangsing dan prosotan alam. Atau bermain dengan bergelantungan di pohon, mirip Tarzan.

Di siang hari kami membawa kawanan sapi menuju sungai yang ada airnya. Membiarkan mereka minum sampai puas. Meskipun sungai-sungai  berkurang debit airnya di musim kemarau, selalu ada sungai yang ada airnya. Mengalir sepanjang musim. 

Ke sungai-sungai itulah kami mengarahkan kawanan sapi itu. Minum sampai puas lalu mencari pakan di sekitar pinggir sungai.

Sore hari, kawanan sapi kami giring menuju kandang. Tak perlu diberi makan sepanjang malam. Dan mereka pun tiduran sambil memamah biak.

Sapi di kampung kami terlihat sangat kurus di musim kemarau, butuh tambahan pakan (dokpri)
Sapi di kampung kami terlihat sangat kurus di musim kemarau, butuh tambahan pakan (dokpri)

Menjaga Burung dan Panen Padi Sawah

Salah satu kegiatan lain di masa kecil yang tak terlupakan adalah menjaga burung pipit di sawah. Jika tak dijaga maka burung-burung pipit ini akan berpesta pora. Mengisap isi padi yang masih muda. 

Menjaga burung itu menjengkelkan. Sekalioun orang-orangan dipasang, lama-kelamaan mereka menjadi terbiasa. Tidak takut lagi. Jadinya harus berjalan keliling sepanjang mendapat tugas menjaga burung.

Kami tak pernah kehabisan akal. Kami mencoba menangkap burung-burung pipit ini. Mencari getah lalu menempelkannya pohon sekitar. Biasanya pohon di sekitar menjadi tempat mangkal sebelum turun memakan padi. 

Saat duduk itulah, getah mulai beraksi. Terlalu kuat untuk si pipit sehingga tak bisa terbang. Tinggal mengambilnya, dibawa pulang ke pondok untuk dijadikan lauk nan nikmat. 

Selain menggunakan lem dari getah pohon, kami juga membidik gerombolan pipit dengan menggunakan ketapel. Senang rasanya ketika bidikan mengenai seekor pipit yang jatuh terkulai lemas saat kawan-kawannya terbang karena kaget.

Ketika panen, kami pun bergembira. Bisa membuat suling dari batang padi dan bergulingan di jerami yang empuk. Belalang sawah sering kami tangkap, dibakar dan dikonsumsi. 

Sawah dan semua aktifitas di sawah selalu menyenangkan saat masa kecilku (dokpri)
Sawah dan semua aktifitas di sawah selalu menyenangkan saat masa kecilku (dokpri)

Ah, masa kecil di kampung yang selalu kurindukan.  Sederhana namun sangat menyenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun