Rumput dan dedaunan kering menjadi santapan utama ternak-ternak ini. Bahkan kulit kayu mahoni, jati dan pohon lain pun digigit dan dimakan.
Ternak sapi mulai kesulitan mendapatkan pakan hijau. Apa yang ada, dicoba untuk dimakan. Jangan heran jika tanaman yang pagar sering dirusak ternak ini.Â
Ternak yang telah merusak pagar kebun pun menyerbu masuk. Memakan isi kebun yang masih ada semisal singkong, jagung. Pisang, pepaya dan kacang-kacangan.
Beberapa ternak yang dipelihara dengan cara diikat, ditambatkan di bekas sawah yang telah dipanen. Mereka masih bisa makan jerami ladi atau rerumputan yang tumbuh di atas pematangan.
Situasi dan kondisi seperti ini selalu terlihat sepanjang musim. Beberapa fasilitas bantuan seperti program perpipaan air bersih hampir tak berfungsi di musim kemarau. Mata air pun kering sehingga hampir tak ada aliran air.
Embung-embung kecil yang dibangun untuk mendukung ternak dan tanaman juga tak mampu berfungsi banyak. Tinggal sedikit air, bahkan mengering.
Ah, lingkungan atoni pah meto yang kering ini tak pernah membuat penduduknya menyerah. Kehidupan tetap berlanjut di sini.
Petani tetap berkebun, termasuk memanen hasil di musim kemarau. Saat ini, asam dan kemiri sudah bisa dipanen. Sedangkan jambu mente bsru akan dipanen di bulan November.
Sirih dan pinang juga menjadi komoditas unngulan untuk dijual ke pasar. Tak ada yang tak bisa dijual, asal ada usaha.
Sapi, kambing, babi, dan ayam juga tetap diandalkan untuk menopang ekonomi kelaurgs. Termasuk dijual untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.